Pulang ke rumah seperti menginjak kaki di neraka. Sungguh malang nasibku sebagai anak. Tak bisa kah mereka memberikan sedikit perhatian padaku? Ah, hanya mama saja yang perhatian dan baik padaku. Sedangkan papa sibuk dengan perempuan lain.
Pernah aku meminta Mama untuk menggugat cerai Papa. Namun, apa dikata mamaku itu sangat mencintainya. Ia menghabiskan seluruh hidupnya dengan lelaki yang menyia-nyiakan kehadiran seorang perempuan baik hati seperti mama. Mama terlalu sayang kepada Papa. Seakan tidak ada satu pun luka yang membekas di hati mama karena ulah papa.
Hari ini aku diajak mama ke salah satu mall terlengkap di ibu kota. Rencana mama ingin belanja bulanan. Aku juga meminta mama menemaniku membeli beberapa helai pakaian. Saat mama lagi sibuk mendorong trolinya, aku melihat dua wajah yang kukenal di dekat area pertokoan yang menjual perhiasan.
"Papa... Tante Angela!" Aku terkejut melihat kedua orang yang kubenci saling bercanda melempar senyum. Papa begitu bahagia berada di dekat perempuan penggoda itu.
Sepertinya kesabaranku telah habis. Aku harus segera memberitahukan mama. Sekarang mama melihat pemandangan terkutuk itu.
Tanpa pikir panjang, mama langsung menghampiri si perempuan genit itu. Dengan cepat mama membalikkan badannya, lalu satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi putih Tante Angela.
"Apa apaan kamu, Astri! Suara Papa menggema di seluruh ruangan. Semua mata tertuju pada mereka yang sedang berdiri mematung.
"Jadi, begini kelakuan kamu di belakang aku, Mas?" Â Mama menatap tajam mendekati papa. Karena tidak mau bertengkar dan memperpanjang masalah di depan umum, mama mengajakku untuk menghindar dan meninggalkan papa dan perempuan itu.
"Sudah cukup mama diperlakukan papa selama ini. Sekarang mama harus tegas dengan hidup mama sendiri," ucapku sembari meraih jemari perempuan setengah tua yang telah merawatku hingga dewasa seperti hari ini.
"Iya, Vin. Tapi, bagaimana dengan kamu, Nak? Apa kamu sanggup menjalani kehidupan yang tidak utuh lagi seperti anak lain yang punya keluarga lengkap," balas mama pelan. Kemudian mama mendekap tubuhku.
"Pokoknya Mama harus bercerai dengan Papa. Papa jahat, sudah tidak peduli perasaan mama, istrinya."Pintaku memelas di hadapan mama.