Pernah dengar kebisingan pasar malam? Begitulah keadaan kerap kali yang kualami di rumah besar nan megah ini. Sebelumnya masih ada ketenangan di tempat yang kata orang istana raja, sampai Angela, katanya sepupu Papa datang ke dalam keluarga bahagia kami.
Perempuan itu adalah pemicu semua permasalahan yang terjadi antara Mama dan Papaku. Aku awalnya tidak menyangka akan serumit ini. Aku mengira, Tante Angela itu perempuan yang baik. Namun, dengan sikapnya yang egois itu mampu menghancurkan perasaan orang yang telah melahirkanku ke dunia fana ini.
Ah, itu sebagian ingatan burukku tentang perempuan penggoda itu. Malam ini aku pulang lebih awal dari biasanya. Aku ingin tahu apa masih ada ketenangan di rumah walau hanya sedikit saja. Perlahan kugerakkan langkah membuka gagang pintu depan, persis seperti maling yang sedang mengawasi tuan rumahnya.
Pertama, aku sengaja mengarahkan pandangan ke lantai atas untuk memeriksa keadaan rumah. Ternyata seluruh penghuni sudah terlelap. Bahkan Mama, yang biasanya menungguku pulang sekarang malah tidak kudapati apa-apa di sofa ruang tengah.
Kunaiki tangga satu persatu, akhirnya aku sampai di depan kamar mama. Perlahan aku berjalan menuju pintu kamar. Sengaja sepatu aku buka, agar mama dan papa tidak menyadari kalau anaknya pulang. Sayup terdengar dari dalam sana.
"Cukup Mas! aku nggak mau dengar kamu menyebut nama itu lagi. Gara-gara wanita itu rumah tangga kita berantakan," pekikan amarah mama sungguh membuat hati ini kesal.
"Maksud kamu apa, hah?! kan sudah aku bilang sama kamu kalau aku hanya sebatas rekan kerja dengan Angela. tetap saja papa menyangkal kalau mama menyinggung perempuan sialan itu.
Aku sungguh tidak mengerti sama jalan pikiran papa. Apa sih lebihnya perempuan itu dibanding mama yang sudah jelas-jelas mencintai papa apapun keadaannya. Mau papa susah, mau Papa senang mama selalu setia mendampingi. Rasanya ingin kucabik-cabik itu perempuan. Giliran amarahku yang berperan sekarang. Aku tidak bisa melihat penderitaan mama yang terang-terangan dikhianati oleh Papa.
Sejak pertengkaran Pada dan Mama malam itu, aku mulai lagi keluar malam. Rasanya kepalaku mau pecah saja ketika mendengar mereka adu mulut. Hanya berkumpul dengan teman-teman hiburanku yang lebih menyenangkan untukku. Aku lega sesaat bisa melupakan kegaduhan yang tiada habisnya di rumah.
"Vin, kamu kenapa lagi sekarang, orang tua kamu ribut lagi, ya? tanya Rico padaku. Ia adalah teman lelaki yang kutemui di tempat aku biasa ngumpul dengan teman-teman yang lain.
"Apa lagi, Ric, cuma itu aja masalah yang terjadi dalam hidupku. Cukup kenyang aku menyaksikan Papa dan Mama berantem kaya gitu," keluhku. Â Kali ini tak ada bedanya dengan beberapa waktu yang lalu. Biasanya Rico selalu menjadi teman berbagi di saat beban ini terasa terlalu berat untuk aku pikul sendiri.