Judul buku: It Ends With Us
Penulis: Colleen Hoover
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman 400
"Hanya karena seseorang menyakitimu, bukan berarti kau bisa langsung berhenti mencintai mereka begitu saja. Bukan tindakan seseoranglah yang paling menyakitkan. Namun cinta. Jika tidak ada cinta yang melekat dalam tindakan itu, rasa sakitnya akan sedikit lebih mudah untuk ditanggung." Hal. 403.
Siapa yang enggak seneng dapet pacar dokter bedah saraf ganteng yang pintar dan berbakat, apalagi adiknya merupakan sahabat kita dan keluarganya sangat welcome sama kita? Ditambah lagi doi lahir dari keluarga kaya. Perfect. Siapa yang akan menolak pria sesempurna itu, apalagi pria sempurna itu juga ternyata sangat jatuh cinta pada kita?
Keberuntungan itu dimiliki oleh Lily Bloom, sang karakter utama dari novel "It Ends With Us". Rasa cinta Ryle pada Lily membuat pria yang sebelumnya tak ingin berkomitmen dengan perempuan mana pun malah jadi justru berubah posesif. Ryle bahkan serius ingin menikahi Lily setelah mereka menjalin hubungan selama dua bulan.
Namun, keberuntungan lily berubah menjadi ketakutan ketika Ryle pertama kali melakukan kekerasan fisik. Kenangan buruk Lily tentang ayahnya yang sering memukuli ibunya pun menyergap perempuan yang mengelola toko bunga tersebut.
Keadaan bertambah buruk dengan munculnya, Atlas, pria masa lalu Lily. Pria yang dulu sangat disukai Lily. Dulu Atlas merupakan tetangga Lily yang tinggal seorang diri di sebuah rumah tua. Dulu, mereka menyebutnya gelandangan. Namun, siapa sangka kalau saat ini Atlas memiliki restoran sendiri.
Meski Lily senang bisa bertemu Atlas kembali, rasa cinta Lily pada Ryle tak teralihkan. Dan karena rasa cinta itu, Lily pun memaafkan Ryle atas kekerasan yang telah pria itu lakukan padanya.
Sayangnya, tak seperti janji Ryle yang tidak akan menyakiti Lily lagi. Sifat cemburu Ryle yang membabi buta justru melukai Lily lebih parah lagi. Tak hanya jahitan di kening dan gigitan di bahu, Lily juga mengalami trauma berat karenanya. Namun, ketika Lily berpikir untuk menjauh seutuhnya dari Ryle, dokter yang memeriksa Lily menyatakan kalau dirinya tengah hamil.
Meski kisah ini terinspirasi dari kisah nyata yang dialami ibu dari penulis, saya menyatakan penulis buku ini sangat cerdas dalam meramu kisah ini. Buku ini menjadi salah satu buku yang paling saya rekomendasikan. Bukan hanya karena kisahnya yang sangat menyentuh dan menginspirasi, tetapi juga karena rangkaian alur yang cantik.
Tidak hanya alur cerita yang menarik, penulis juga menyiratkan sebuah pesan yang ia tulis di buku tersebut: "Orang-orang menghabiskan begitu banyak waktu bertanya-tanya kenapa para wanita itu tidak pergi saja. Mana orang-orang yang bertanya kenapa para pria tersebut suka menyiksa? Bukankah mereka yang seharusnya disalahkan? (Hal. 347)"
Saya merasa tertampar oleh novel ini karena saya salah satu orang yang sering mempertanyakan hal tersebut. "Kenapa mereka masih mau menerima [ria yang melakukan hal buruk pada mereka?"
Ternyata ada juga perempuan-perempuan korban KDRT yang berpikiran, "Aku sudah bertahan selama lima tahun sekarang. Apa sulitnya lima tahun lagi? (Hal. 420)"
Novel ini mengajarkan saya sebagai pembaca untuk tidak menghakimi apa pun pilihan yang diambil oleh para korban KDRT.
Selain pesan yang indah. Kisah ini pun membuat hati saya menjadi hangat. Selain itu, saya pun mendapat banyak pelajaran berharga tentang bagaimana kita menghargai diri kita sendiri. Atau bagaimana kita harus tegas dalam memutus siklus buruk dalam kehidupan kita di masa lalu. Ya, It Ends With Us. Jangan ada lagi korban setelah kita.Dalam hal apa pun.
Nice Book. Nice Story.
_Zi Irene_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H