Etika profesi merupakan fondasi penting yang menopang integritas dan kredibilitas dalam setiap bidang pekerjaan. Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, penerapan etika profesi menjadi kunci utama dalam membangun kepercayaan antara individu, perusahaan, dan masyarakat. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang etika profesi, pentingnya penerapannya, serta mengangkat salah satu kasus pelanggaran etika yang terkenal, yaitu kasus Enron, sebagai pelajaran berharga bagi kita semua.
Pengertian dari etika profesi sendiri yaitu, dimana ini ditulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika didefinisikan sebagai ilmu yang membahas tentang baik dan buruk, serta hak dan kewajiban moral. Dalam dunia bisnis, penerapan etika profesi sangatlah penting karena pengaruhnya terhadap reputasi perusahaan dan kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut. Sedangkan menurut pakar ahli yaitu H. A. Mustafa, etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk, dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Tanggung jawab dalam etika profesi mencakup pelaksanaan pekerjaan dan dampaknya terhadap masyarakat [[1]](https://www.scribd.com/document/366945832/Pengertian-Etika-Profesi-Menurut-Para-Ahli).
Terdapat juga beberapa Prinsip-prinsip dasar yang mendasari etika profesi dalam bisnis meliputi kejujuran, keadilan, kerahasiaan, tanggung jawab, dan integritas. Setiap profesional diharapkan untuk menjunjung tinggi kejujuran dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil. Perlakuan yang adil terhadap semua pihak tanpa diskriminasi juga merupakan bagian penting dari etika profesi. Selain itu, menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama menjalankan tugas sanggatlah penting untuk melindungi privasi klien. Setiap pekerja profesi yang profesional juga harus bertanggung jawab atas keputusan yang diambil, serta memiliki integritas yang tinggi dalam bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral.
Karena itu Penerapan etika profesi sangat penting untuk membangun kepercayaan antara perusahaan dan klien. Kepercayaan ini menjadi kunci bagi keberlangsungan bisnis dalam jangka panjang. Dengan menerapkan prinsip-prinsip etika, perusahaan dapat menghindari konflik yang dapat merusak reputasi dan operasional bisnis. Perusahaan yang memiliki reputasi etika yang baik akan lebih dihargai oleh masyarakat dan memiliki citra positif di pasar. Banyak aspek etika profesi juga berkaitan dengan kepatuhan hukum, sehingga perusahaan yang mengikuti etika yang baik dapat memastikan bahwa mereka mematuhi peraturan yang ada.
Contoh nyata dari tidak di terapkannya etika profesi dapat dilihat dari beberapa kasus. Salah satunya Kasus besar  yaitu kasus dari  Enron yang juga melibatkan kan KAP terbesar yaitu artur Anderso,n sampai sampai Keruntuhan Enron dan malapetaka finansial yang ditimbulkannya pada pemegang saham dan karyawannya menyebabkan munculnya peraturan dan undang-undang baru untuk meningkatkan keakuratan pelaporan keuangan bagi perusahaan publik. Pada bulan Juli 2002, Presiden George W. Bush saat itu menandatangani Undang -Undang Sarbanes--Oxley Act.
Sedikit ringkasan kecil dari kasus enron ini yaitu,
" Enron, sebuah perusahaan energi yang berdiri pada tahun 1985, mengalami kebangkrutan pada 2 Desember 2001 akibat praktik akuntansi yang curang. Perusahaan ini memanfaatkan metode mark-to-market dan menyembunyikan utang melalui entitas khusus yang disebut Special Purpose Entities (SPEs). Para petinggi perusahaan, termasuk CEO Jeffrey Skilling dan CFO Andrew Fastow, terlibat dalam aktivitas penjualan saham pribadi sambil menutupi informasi penting dari para investor.
Masalah semakin parah dengan keterlibatan Arthur Andersen, perusahaan auditor yang menyetujui laporan keuangan palsu dan menghancurkan dokumen terkait saat investigasi dimulai. Skandal ini memicu pengesahan Sarbanes-Oxley Act (SOX) pada tahun 2002 di Amerika Serikat, yang bertujuan meningkatkan transparansi laporan keuangan serta memperkuat kontrol internal di perusahaan publik.
Melalui SOX, manajemen diwajibkan untuk menyatakan secara langsung keabsahan laporan keuangan mereka, serta memastikan auditor tetap independen. Di Indonesia, meskipun belum sekomprehensif SOX, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mengatur standar kepatuhan akuntansi sebagai langkah preventif terhadap praktik serupa."
Dari menilihat kasus pelanggaran etika di atas kita tau bahwa Penerapan etika profesi tidak hanya berdampak pada reputasi, tetapi juga menjadi pondasi keberlanjutan sebuah perusahaan. Dunia kerja yang semakin kompleks menuntut perusahaan dan individu untuk mengedepankan nilai-nilai etika sebagai landasan dalam pengambilan keputusan.
Etika profesi tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga perusahaan secara kolektif. Dalam konteks ini, kepemimpinan yang berlandaskan integritas memainkan peran penting. Pemimpin yang menjunjung nilai-nilai etika mampu menciptakan budaya kerja yang sehat, transparan, dan bertanggung jawab.
*Transparansi: Pilar Kepercayaan Publik
Kasus Enron telah menunjukkan kepada kita bahwa pelanggaran terhadap prinsip transparansi dapat menghancurkan kepercayaan publik. Transparansi tidak hanya berarti menyajikan data dengan jelas, tetapi juga memastikan bahwa setiap informasi yang disampaikan kepada pemangku kepentingan, termasuk investor dan masyarakat, adalah benar dan akurat.
Manajemen yang transparan mampu menghindari spekulasi yang dapat merusak stabilitas perusahaan. Hal ini juga menjadi landasan bagi perusahaan untuk menciptakan hubungan yang lebih baik dengan pemangku kepentingan.
*Peran Auditor yang Independen
Auditor independen memegang peran krusial dalam memastikan integritas laporan keuangan perusahaan. Sebagai pihak ketiga, auditor harus menjaga netralitas dan menjauhi konflik kepentingan. Kasus Enron menjadi pelajaran berharga bahwa ketika independensi auditor terganggu, dampaknya bisa sangat merusak.
Keberadaan regulasi seperti Sarbanes-Oxley Act menunjukkan pentingnya memperkuat independensi auditor dalam proses audit. Di Indonesia, penerapan standar akuntansi yang ketat dan kepatuhan pada peraturan dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menjadi langkah yang signifikan untuk mencegah kasus serupa.
*Pentingnya Pengawasan dan Regulasi
Kasus Enron juga menjadi pengingat bahwa pengawasan internal dan eksternal yang baik adalah kunci untuk menjaga integritas perusahaan. Regulasi seperti Sarbanes-Oxley Act telah membawa perubahan besar dalam memastikan kontrol internal yang lebih ketat dan meningkatkan akuntabilitas manajemen.
Pengawasan tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kolektif perusahaan dan masyarakat. Dengan pengawasan yang kuat, risiko pelanggaran etika dapat diminimalkan, dan stabilitas dunia kerja dapat terjaga.
Kesimpulan
Etika profesi adalah inti dari setiap praktik kerja yang berintegritas. Kasus Enron memberikan pelajaran bahwa pelanggaran terhadap prinsip-prinsip etika tidak hanya merugikan perusahaan, tetapi juga menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap dunia kerja secara umum.
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, perusahaan dan individu harus menjunjung tinggi nilai-nilai etika, seperti transparansi, integritas, tanggung jawab, dan keadilan. Dengan demikian, dunia kerja tidak hanya akan menjadi tempat yang kompetitif, tetapi juga penuh dengan nilai-nilai yang mendukung keberlanjutan jangka panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H