"Ada tantangan bagi Kelompok 2 terkait waktu yang hanya 2 jam. Selain itu, alat pemukul untuk pelaksanaan Teknik Pounding Pembuatan Batik Ecoprint dengan media pouch terbatas jumlahnya, yakni hanya 10 alat pemukul. Dengan jumlah peserta yang banyak, tentunya perlu kesabaran masing-masing peserta untuk menunggu timnya dalam satu kelompok untuk memukul atau melakukan teknik pounding secara bergantian," terangnya.
Dalam Workshop Pembuatan Batik Ecoprint, pelatih memberikan penjelasan secara detail langkah-langkah pembuatan Batik Ecoprint, bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan untuk proses pembuatan Batik Ecoprint hingga daun atau ranting-ranting apa saja yang bisa digunakan untuk membentuk pola di medium pouch tersebut. Dari kegiatan Workshop Pembuatan Batik Ecoprint, dihasilkan luaran berupa pouch dengan pola-pola daun dan ranting yang dihasilkan dari Teknik Pounding. Masing-masing anak membawa hasil pouch Batik Ecoprint dengan suka cita dan berhasil menyelesaikan projek dengan tepat waktu. Pouch yang dihasilkan dalam Workshop Pembuatan Batik Ecoprint bersama peserta Komunitas Rubbik School sebanyak 30 pouch.
Sesuai dengan namanya ecoprint, kata eco berasal dari ekosistem (alam) dan print yang berarti mencetak. Batik ecoprint dibuat dengan cara mencetak dengan bahan-bahan yang terdapat di alam sekitar sebagai kain, pewarna, maupun pola motif. Tak seperti batik tulis dan batik cap yang menggunakan malam dan bahan warna kimia, batik ecoprint sangat ramah lingkungan dan tidak menimbulkan pencemaran air, tanah hingga udara.
Tren inilah yang membuat Kelompok 2 memilih untuk melakukan projek berbasis kelas eksperimen yang berupa Workshop Pembuatan Batik Ecoprint di Komunitas Rubbik School. Dalam proses pembuatan batik ecoprint, daun, bunga, ranting atau bagian tanaman lainnya ditempatkan di atas kain dan kemudian ditumpuk menggunakan plastik dan koran.
Keunikan Batik Ecoprint terletak pada penggunaan bahan-bahan alami yang digunakan dalam pewarnaan. Metode ini mendukung praktik ramah lingkungan karena mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, pewarna alami yang digunakan dalam Batik Ecoprint juga memberikan hasil yang unik dan organik, menciptakan pola-pola alami yang cantik dan menarik.
Batik Ecoprint adalah contoh nyata bagaimana teknologi dan seni dapat digabungkan dengan keberlanjutan. Metode ini tidak hanya menghasilkan karya seni yang indah, tetapi juga memberikan alternatif yang lebih ramah lingkungan dalam industri batik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI