Proses Mendalam dan Fleksibilitas
Informed consent bukanlah tindakan sekali jalan. Partisipan harus diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan kekhawatiran mereka. Pasal 49 menegaskan bahwa proses ini harus menjadi dialog yang kontinyu, dan partisipan harus diberikan hak untuk menarik diri kapan saja tanpa konsekuensi negatif.
Keamanan dan Kerahasiaan Data
Informed consent tidak hanya terbatas pada tahap awal penelitian. Pasal 49 juga menyoroti tanggung jawab psikolog untuk menjaga keamanan dan kerahasiaan data yang diperoleh dari partisipan. Ini melibatkan penerapan langkah-langkah yang memadai untuk melindungi identitas dan informasi pribadi partisipan.
Konsekuensi Pelanggaran Informed Consent
Pasal 49 secara tegas menyatakan bahwa pelanggaran terhadap prinsip informed consent dapat berakibat pada sanksi etika dan hukuman. Ini mencakup pencabutan izin praktik, tuntutan hukum, dan dampak serius lainnya. Kesadaran akan konsekuensi ini tidak hanya mendorong kepatuhan terhadap prinsip etika, tetapi juga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap penelitian psikologi.
Informed consent, seperti yang dijelaskan dalam Pasal 49 Kode Etik Psikologi, adalah pondasi utama dalam menjaga integritas penelitian psikologi. Ini bukan hanya tentang kepatuhan terhadap aturan, tetapi juga tentang menghormati hak-hak dan martabat individu. Dengan memahami, menghormati, dan melibatkan partisipan secara etis, penelitian psikologi dapat memberikan kontribusi positif tanpa merugikan individu yang terlibat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H