Mohon tunggu...
Zidni Naila Malikhah
Zidni Naila Malikhah Mohon Tunggu... Mahasiswi -

Calon menantu

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Dia adalah Diriku

10 Maret 2019   19:51 Diperbarui: 10 Maret 2019   20:04 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebut saja Zidni, meski sebenarnya ia bernama panjang Zidni Naila Malikhah. Sudah dua puluh tahun ia terlahir di dunia ini, tepatnya sejak 21 Agustus 1998. Perempuan yang mengaku sebagai titisan hujan itu sama sekali tak berparas ayu. Bahkan sungguh membosankan jika ditatap terus menerus pada waktu yang lama.

Tubuhnya tinggi, besar, gagah, tapi juga lemah. Penampilan fisiknya sama sekali tak menarik, diselimuti beberapa potong pakaian yang menutup tubuhnya. Dia melebur bersama kenyataan bahwa ia tak memiliki banyak uang. Sehingga untuk mengenakan pakaian bermerk pun perlu lima puluh kali pikir panjang.

Ia senantiasa mengenakan pakaian yang sangat sederhana, pada sebuah catatan kecil ia mengatakan "Tak perlu gap-gapan menyiksa diri agar seperti orang lain, hiduplah semampumu, Zidni"

Tahun 2004, ia memulai karir dalam jenjang pendidikan. Zidni termasuk pelajar labil akan tugasnya dalam mengemban amanah sebagai seorang pelajar. Hal ini terlihat dari hobinya yang pindah-pindah sekolah, pondok, hingga kampus. Singkatnya, ia masuk di TK Darma Wanita berijazah TK RA Masyitoh.

Pada tingkat sekolah dasar, ia menuruti permintaan orang tuanya untuk bersekolah di Madrasah tepatnya MI Miftahul Huda. Masa SMP datang, ia diterima di sekolah impian sembari mondok di SMP Syubbanul Wathon. Takdir berkata lain, keadaan fisiknya menurun, Zidni kembali menjadi langganan rumah sakit. Terpaksa ia harus pindah sekolah di Madrasah Tsanawiyah dekat rumahnya.

Tahun 2013 adalah masa kelulusan, ia menjatuhkan diri pada sekolah turun temurun keluarganya yakni MAN Temanggung. Ia mulai terlatih menjadi pribadi yang tangguh. Hingga usai kelulusan ia mendaftar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Satu tahun ia membebaskan diri di tanah rantau, satu hal konkrit memaksa ia kembali ke tanah lahir. Alhasil, hingga kini, ia duduk di bangku perkuliahan semester empat Ilmu Komunikasi  Universitas Tidar.

Jika dikotomikan, keluarga Zidni masuk kategori keluarga agamis (red: basic pesantren). Ayahnya; Bapak Musrifin sangat menyayanginya dengan penuh. Kesehariannya mengajar sebagai seorang guru kelas enam di Sekolah Dasar, pun menjadi kepala keluarga yang luar biasa. Ibunya bernama Hidayatul Istifaroh, perempuan paruh baya yang mendedikasikan diri untuk suami dan anak-anaknya. Ibu Hidayatul adalah sosok Ibu yang cerdas, meski beliau tak pernah menyandang tittle mahasiswa, ia mampu memahami berbagai macam keilmuan sekaligus.

Zidni memiliki dua adik perempuan, Amrina dan Kamala. Menjadi anak pertama juga membuat ia memiliki tanggung jawab mental terhadap kedua adik-adiknya. Secara tidak langsung, ialah sosok role model bagi adik-adiknya.Tinggal pada lingkungan pegunungan membentuk karakter sederhana berkembang di masyarakat.

Asas kesederhanaan tersebut diimbangi dengan keinginan kuat untuk selalu mencerdaskan masyarakat. Sehingga meski berasal dari keluarga 'ndeso', Zidni besar pada lingkungan terdidik dan berpendidikan. Orangtuanya mendukung penuh segala kegiatan yang Zidni lakukan. Seringkali ia tak pulang satu minggu pun tidak kena marah dari orang tuanya, asal ada ijin.

Setiap mata yang pertama kali melihatnya akan mengatakan bahwa ia merupakan sosok grapyak, ramah, mudah bergaul, dan ceria. Di lain momen, pada matanya akan terpancar keseriusan dan ketangguhan. Sedikit yang memahami bahwa ia memiliki sisi gila dan cengeng pada satu waktu sekaligus. Seiring berjalannya waktu ia bertambah dewasa, berbagai benturan kehidupan pun menyertai.

Ia memahami bahwa segala luka, kekecewaan, dan amarah cukup dirinya saja yang tahu. Ia tak membutuhkan belas kasih ataupun simpati berlebihan dari orang lain. Prinsip hidup sederhananya "Terbentur, terbentur, terbentuk". Keadaan memaksa ia untuk selalu gerak cepat, tangkas, dan mandiri. Sungguh, ia tak menyukai kegiatan berbasa-basi. Hal ini juga dimotori oleh lingkungan bermainnya.

Ia lebih sering berkumpul, berdiskusi, dan menghabiskan waktu bersama orang yang lebih dewasa daripada teman sebaya. Hingga ia menyebut dirinya "pendewasaan dini". Klise sekali. Orang-orang menganggap ia dewasa, hingga beberapa orang mengabaikan bahwa Zidni juga mempunyai sifat seperti teman-teman seumurannya.

Ia penyuka kebebasan dan tantangan. Namun, ia lebih sering menghabiskan waktu diluar untuk berorganisasi dan berdiskusi. Ketika dirumah, ia menjalani rutinitas sebagai putri ayah. Tatkala bosan, biasanya Zidni memasak apapun yang ada di dapur, menggambar, dan menulis. Pada dasarnya, ia sangat menyukai seni dan sastra.Hal yang tak ia suka adalah kegagalan karena faktor dari dalam dirinya. Beberapa hal lain diantaranya dikecewakan, patah hati, dan berbagai hal galau seperti remaja pada umumnya. Namun, hingga saat ini Zidni belum mengerti apa saja yang sejatinya ia benci.

Sejak kecil, passion Zidni ialah berimajinasi dalam dunia tulis menulis sastra. Memasuki kepala dua, ia memiliki kemampuan baru yakni dalam Public Speaking, Editing Video, dan Desain Grafis. Ia berambisi untuk :

1. Menjadi pemilik perusahaan, bukan pekerja

2. Membuktikan kepada segenap orang yang merendahkan, bahwa pikiran mereka sungguh rendah

3. Menjadi sosok influencer/public figur

4. Novelis

5. Keliling dunia gratis

6. S2 diluar negeri

7. Memiliki galeri Art sendiri

8. Perpustakaan pribadi     

Ia memilih mengambil jurnalistik karena ia menyukai tantangan. Pun memiliki hobi menulis. Selain itu, menjadi wartawan ialah cita cita masa kecilnya. Dahulu kala, ia berpikiran bahwa dengan menjadi wartawan ia mampu mengejar mimpinya yang lain yakni keluar negeri. Setelah besar, Zidni merasa bahwa pemikiran seperti tidak layak membuat ia menjadi sosok wartawan sejati. Ia menemukan hal lain, bahwa ia ingin sekali menjadi sosok yang berpengaruh dan mengubah dunia melalui tulisan. Hal ini dimotori bahwa media merupakan sarana terbaik untuk mengontrol opini publik. Lambat laun, alasan alasan keinginan menjadi seorang jurnalis kian meningkat. Bahkan kini, ia sangat ingin menjadi pemilik media. Dimana ia mampu menjunjung tinggi asas idealisme, profesionalisme, dan kepentingan perut secara bersamaan.

Zidni memiliki berbagai kemampuan yang mendukungnya dalam dunia jurnalistik. Ia memiliki kemampuan publik speaking yang lumayan bagus, relasinya cukup banyak pada berbagai kalangan baik itu masyarakat biasa kyai DPR politisi wartawan HIPMI Temanggung dan sebagainya. Ia mampu memakai Canva dan Power director sebagai desain grafis dan sinematografi.

Buku yang terakhir ia baca dalam seminggu ini ialah Deddy Mulyana - Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Dale Carnegie - How to win friends and influence people, Modul Korp Pelajar Putri, jurnal Evans Garey - Seni Mencintai: Teori Cinta.

Dia adalah diriku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun