KH. Hasyim Asy’ari adalah seorang ulama yang memberikan kontribusi pemikiran penting dalam bidang pendidikan Islam, dengan tujuan mencetak generasi muslim yang tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga dilandasi oleh nilai-nilai etika Islam.Â
Pemikiran beliau dalam dunia pendidikan banyak dilihat dari perspektif etika pendidikan, yang diungkapkan juga oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, khususnya dalam bagian yang membahas adab atau kesopanan bagi pelajar dan pengajar.Â
Dalam konteks pendidikan saat ini, etika ini masih relevan dan sering dibahas, baik dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan maupun dalam aspek kepribadian yang efektif bagi pelajar dan pengajar, seperti yang dibahas oleh ahli psikologi pendidikan (Marimba, 1989, hal. 23).Â
Tulisan ini bertujuan untuk menelaah lebih dalam tentang bagaimana seharusnya etika yang dimiliki oleh seorang peserta didik dalam menjalani proses belajar serta etika seorang pendidik dalam mengamalkan ilmunya, dengan menggunakan perspektif KH. Hasyim Asy’ari.
Pemikiran pendidikan KH. Hasyim Asy’ari lebih banyak berfokus pada aspek etika atau adab, baik bagi peserta didik maupun pendidik dalam proses belajar mengajar. Beliau memandang menuntut ilmu sebagai aktivitas yang sangat mulia, sehingga orang yang mencarinya harus memperhatikan etika yang tinggi.Â
KH. Hasyim Asy’ari berkeinginan agar peserta didik tidak hanya terampil dalam bidang keagamaan, tetapi juga memiliki perilaku sosial yang baik, yaitu al-akhlak al-karimah. Dalam kitabnya Adab Al-Alim wa Al-Muta’allimin, beliau mengemukakan berbagai etika yang harus diperhatikan oleh pendidik dan peserta didik.Â
Beliau merangkum pemikiran pendidikannya dalam delapan pokok yang mencakup keutamaan ilmu, etika dalam belajar mengajar, hubungan antara guru dan murid, serta bagaimana etika diterapkan dalam penggunaan buku dan alat belajar.Â
Pemikiran-pemikiran ini kemudian dibagi dalam tiga kelompok utama, yakni tujuan pendidikan, etika peserta didik, dan etika pendidik. Dengan pemikiran ini, KH. Hasyim Asy’ari memberikan panduan bagi pendidikan Islam yang mengutamakan etika dalam setiap aspek belajar mengajar.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, etika didefinisikan sebagai 1) ilmu tentang yang baik dan buruk serta hak dan kewajiban moral, 2) kumpulan asas atau nilai yang berhubungan dengan akhlak, dan 3) asas perilaku yang menjadi pedoman (Depdiknas, 2008, hal. 402).Â
Dari definisi-definisi ini, etika dapat dipahami sebagai ilmu atau pemahaman serta dasar terkait sikap dan perilaku baik atau buruk. Sedangkan menurut KH. Hasyim Asy’ari, peserta didik atau murid memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan etika dalam menuntut ilmu. K
H. Hasyim Asy’ari menyebutkan sepuluh etika yang harus dipenuhi oleh murid dalam proses belajar, yaitu: pertama, membersihkan hati dari gangguan keimanan dan keduniawian; kedua, membersihkan niat; ketiga, tidak menunda kesempatan belajar; keempat, bersabar dan qonaah terhadap pemberian dan cobaan; kelima, pandai mengatur waktu; keenam, menyederhanakan makan dan minum; ketujuh, bersikap hati-hati atau wara; kedelapan, menghindari makanan dan minuman yang dapat menyebabkan kemalasan yang akhirnya menumbuhkan kebodohan; kesembilan, menyediakan waktu tidur yang cukup tanpa merusak kesehatan; dan kesepuluh, meninggalkan hal-hal yang kurang bermanfaat bagi perkembangan diri.
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik di tingkat pendidikan anak usia dini, pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Kemendikbud, 2005).Â
Guru atau pendidik memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran, yang sangat dipengaruhi oleh cara atau etika guru dalam menyampaikan materi pelajaran.Â
KH. Hasyim Asy’ari, yang dikutip oleh Nizar (2010, hal. 342), mengemukakan bahwa seorang guru hendaknya memperhatikan berbagai etika dalam mengajar, seperti mensucikan diri, berpakaian sopan, berniat ibadah, menyampaikan ajaran Allah, dan lainnya. Beliau juga menekankan pentingnya menjaga perilaku guru agar tetap sopan, ramah, tegas, dan tidak sombong, serta menciptakan suasana belajar yang tenang, efektif, dan efisien.
Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang etika mengajar ini bisa dianggap sebagai suatu bentuk manajemen, strategi, metode, atau teknik dalam proses belajar mengajar, karena gagasan yang ditawarkan sangat praktis. Pendapat ini sejalan dengan pandangan Wina Sanjaya yang menyatakan bahwa pengelolaan kelas sangat penting untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien (Sanjaya, 2008).Â
Selain itu, menurut Syaiful Bahri Djamarah, kegiatan belajar mengajar yang mencakup bahan pelajaran, alat, metode, sumber, dan evaluasi merupakan inti dari proses pembelajaran yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan baik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H