Mohon tunggu...
Zidna Khoirozzad
Zidna Khoirozzad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa aktif Profi Teknologi Informasi, UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Perbedaan Metode Double Diamond dan Design Thinking dalam Proses Berinovasi

15 Juni 2024   20:40 Diperbarui: 15 Juni 2024   20:57 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengenal Perbedaan Metode Double Diamond dan Design Thingking

Dalam era digital yang semakin berkembang, inovasi dan desain menjadi elemen kunci dalam menciptakan produk dan layanan yang relevan dan efektif. Dua pendekatan yang sering digunakan dalam proses inovasi ini adalah metode Double Diamond dan Design Thinking. Kedua metode ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menghasilkan solusi yang inovatif dan berpusat pada pengguna, namun memiliki kerangka kerja dan pendekatan yang berbeda.

Meskipun kedua metode ini bertujuan untuk menghasilkan solusi yang inovatif dan user-centered, mereka memiliki perbedaan signifikan dalam hal struktur, proses, dan penerapannya. Artikel ini akan membahas perbedaan antara metode Double Diamond dan Design Thinking, termasuk kelebihan dan kekurangan masing-masing metode, serta situasi di mana satu metode mungkin lebih cocok digunakan daripada yang lain. Dengan memahami perbedaan ini, diharapkan para praktisi desain dan inovasi dapat memilih pendekatan yang paling sesuai untuk proyek mereka, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam menciptakan solusi yang memenuhi kebutuhan pengguna.

Metode Double Diamond

Metode Double Diamond diperkenalkan oleh Design Council di Inggris pada tahun 2005. Metode ini dikenal karena strukturnya yang jelas dan sistematis, membagi proses desain menjadi empat fase: Discover, Define, Develop, dan Deliver. Dengan menggunakan pendekatan ini, desainer diharapkan dapat memahami masalah secara mendalam, mendefinisikan masalah yang spesifik, mengembangkan solusi yang beragam, dan akhirnya menghasilkan produk atau layanan yang siap digunakan.

Metode Double Diamond terdiri dari empat tahapan utama yang dibagi ke dalam dua fase besar: Divergen dan Konvergen.

Tahap pertama adalah Discover (Menemukan), yang bertujuan untuk mengumpulkan wawasan sebanyak mungkin tentang masalah atau kebutuhan yang ada. Aktivitas pada tahap ini meliputi penelitian, wawancara, observasi, dan pengumpulan data dari berbagai sumber. Hasil yang diharapkan adalah pemahaman mendalam tentang konteks dan masalah yang dihadapi.

Tahap kedua adalah Define (Mendefinisikan), di mana informasi yang telah dikumpulkan disaring dan dianalisis untuk mendefinisikan masalah secara spesifik. Aktivitas ini melibatkan analisis data, sintesis temuan, dan penyusunan problem statement. Hasil dari tahap ini adalah pernyataan masalah yang jelas dan terfokus, yang menjadi dasar untuk tahap pengembangan solusi.

Tahap ketiga, Develop (Mengembangkan), bertujuan untuk menghasilkan berbagai konsep dan prototipe solusi untuk masalah yang telah didefinisikan. Aktivitas ini meliputi brainstorming, pengembangan ide, pembuatan prototipe, dan uji coba awal. Hasil yang dihasilkan adalah beragam solusi potensial yang dapat dievaluasi dan ditingkatkan.

Tahap terakhir adalah Deliver (Menyampaikan), yang bertujuan untuk memilih solusi terbaik dan mengimplementasikannya. Aktivitas pada tahap ini mencakup pengujian final, pengembangan lebih lanjut, dan peluncuran produk atau layanan. Hasil akhirnya adalah solusi yang siap untuk diimplementasikan dan dihadirkan kepada pengguna.

Metode Design Thinking

Design Thinking adalah metode yang populer di kalangan inovator dan desainer yang dikembangkan oleh IDEO dan Stanford d.school. Metode ini menekankan pada pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pengguna, kolaborasi tim, dan pendekatan iteratif untuk menciptakan solusi. Design Thinking terdiri dari lima fase utama: Empathize, Define, Ideate, Prototype, dan Test. Pendekatan ini sering kali digunakan untuk menangani masalah kompleks yang memerlukan solusi kreatif dan out-of-the-box.

Metode Design Thinking terdiri dari lima tahapan utama yang bersifat iteratif dan kolaboratif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun