Mohon tunggu...
Zidna Davva Amani
Zidna Davva Amani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa dari Institut Seni Surakarta, Prodi Film dan Televisi. Memiliki hoby Film, Sepakbola, Dan Media.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Tari Gambyong sebagai Ikon Masyarakat Jawa, yang berasal dari Kota Surakarta

2 Januari 2025   17:15 Diperbarui: 2 Januari 2025   17:36 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tari Gambyong (Sumber:https://bagpem.banjarmasinkota.go.id/2014/06/tari-gambyong-surakarta.html)

Tari Gambyong sebagai Ikon dari Masyarakat Jawa yang berasal dari kota Surakarta

 

Tari Gambyong

Tari Gambyong adalah salah satu tarian yang berasal dari kota Surakarta, Jawa Tengah. Tarian ini memiliki nilai seni yang tinggi, dan biasanya digunakan di pementasan formal maupun non-formal. Tarian ini memadukan antara gerak tubuh, irama musik yang memadukan dengan nilai filosofis yang mempresentasikan dan menjelaskan tentang seni budaya Jawa. Gerakan tubuh dengan irama yang lemah dan tempo yang pelan, Serta busana yang anggun dan elegan membuat Tari gambyong menjadi simbol Kecantikan, Kesopanan, Keharmonisan pada rakyat Jawa. Tari Gambyong juga menjadi salah satu Ikon dari suku Jawa karena mempunyai Seni gerakan dan irama yang indah dan banyak mendapat perhatian dari masyarakat luar Jawa.

Asal-usul Tari Gambyong

Awal mula Tari Gambyong bermula dari tarian adat istiadat suku Jawa sebagai media ritual agraris. Media ritual agraris adalah sarana upacara untuk memperingati atau menghormati tentang spiritual yang berkaitan dengan pertanian, seperti Tari Gambyong yang berawal memiliki fungsi sebagai ritual untuk memohon kesuburan tanah dan hasil panen yang melimpah. "Gambyong" diambil dari seorang penari rakyat legendaris pada zaman dahulu yang bernama Gambyong, dia dikenal sebagai penari yang memiliki keluwesan gerakan tubuh  yang memukau. Gambyong juga memiliki kemampuan luar biasa untuk memadukan gerakan dan irama gamelan dengan padu dan banyak  mendapatkan perhatian kepada masyarakat luas.

Gambyong sering diundang di upacara media ritual agraris, warga berharap dan memohon supaya tanahnya bisa subur dan hasil panen mereka bisa melimpah. Kecantikan, keluwesan, keindahan Gambyong sangat digemari masyarakat pada saat itu, dan sebab keahlian itulah yang membuat Gambyong selalu diingat sampai menjadi ikon seni gerak dari masyarakat Jawa itu sendiri. Keberadaan Gambyong menjadi inspirasi turun-temurun yang menciptakan tarian adat yang dikenal sebagai Tari Gambyong, yang awalnya meniru gerakan dan keluwesan Gambyong. Pada abad ke-18, tarian ini kemudian di adaptasi oleh Keraton Surakarta dan diberi sentuhan estetika dan keharmonisan yang lebih halus, dan menjadikan Tari Gambyong sebagai warisan seni yang penting dari masyarakat Jawa.

 

Tari Gambyong (Sumber:https://bagpem.banjarmasinkota.go.id/2014/06/tari-gambyong-surakarta.html)
Tari Gambyong (Sumber:https://bagpem.banjarmasinkota.go.id/2014/06/tari-gambyong-surakarta.html)

Ciri Khas Tari Gambyong

Tari Gambyong memiliki sejumlah ciri khas yang memiliki makna pada setiap aspek meliputi gerakan, musik, busana.  . Berikut adalah deskripsi detail tentang elemen-elemen utama yang menjadi karakteristik Tari Gambyong: 

1. Gerakan Tarian

- Lembut dan Anggun: Gerakan Tari Gambyong sangat menonjolkan kehalusan, mulai dari gerakan tangan (nggripit), leher (glenak-glenik), hingga kaki yang menapak dengan ritmis. 

- Keseimbangan dan Harmoni: Seluruh gerakan, termasuk anggukan kepala, pandangan mata, dan posisi tubuh, harus selaras dengan irama gamelan. 

- Gerakan Tangan: Tangan bergerak seperti melambai dengan posisi jari yang lentik dan teratur, melambangkan keanggunan perempuan Jawa. 

- Gerakan Kaki: Kaki bergerak dengan langkah kecil namun teratur, menambah kesan lemah lembut tanpa kehilangan energi. 

- Gerakan Selendang: Selendang yang dikenakan penari digunakan sebagai alat pendukung tarian, digerakkan dengan lemah gemulai untuk mempertegas keindahan gerakan. 

2. Musik Pengiring

- Iringan Gamelan Jawa: Gamelan Jawa menjadi pengiring utama Tari Gambyong. Alat musik seperti kendang, gong, siter, gender, dan bonang menciptakan harmoni yang lembut namun ritmis. 

- Peran Kendang: Kendang memiliki peran penting dalam mengatur tempo dan dinamika gerakan tarian. Penari harus peka terhadap perubahan tempo yang ditentukan oleh kendang. 

- Lagu Pengiring: Lagu yang mengiringi Tari Gambyong biasanya bertema sukacita, rasa syukur, atau doa kepada alam, seperti lagu "Pangkur" atau "Ladrang." 

3. Busana Penari

- Kain Batik: Penari mengenakan kain batik panjang yang diikat erat di pinggang. Motif batik sering kali mencerminkan budaya Jawa yang kaya akan simbolisme. 

- Kemben: Atasan berupa kemben yang menonjolkan keanggunan, biasanya berwarna cerah seperti kuning atau hijau yang melambangkan kesuburan dan kehidupan. 

- Selendang: Selendang panjang berwarna senada dengan busana digunakan sebagai properti tari, diikat di pinggang atau dilepas untuk menambah estetika gerakan. 

- Riasan dan Tata Rambut: Penari dirias dengan gaya sederhana namun anggun. Rambut disanggul dan dihiasi bunga melati untuk memberikan kesan elegan dan tradisional. 

4. Filosofi Gerakan dan Simbolisme 

- Keselarasan dengan Alam: Setiap gerakan dalam Tari Gambyong mencerminkan keharmonisan antara manusia dan alam, seperti gerakan tangan yang melambai menyerupai padi yang tertiup angin. 

- Simbol Kecantikan dan Kelembutan: Gerakan yang halus menggambarkan kelembutan dan keindahan perempuan Jawa, yang idealnya penuh tata krama dan santun. 

- Ekspresi Penuh Makna: Ekspresi wajah penari cenderung tersenyum, memberikan kesan keramahan dan kegembiraan. 

5. Komposisi Tarian 

- Pembukaan: Penari memasuki panggung dengan langkah pelan sambil menyapa penonton menggunakan gerakan tangan yang anggun. 

- Gerakan Utama: Fokus pada keindahan dan detail gerakan tangan, kaki, dan kepala yang mengikuti irama gamelan. 

- Penutup: Penari menutup tarian dengan sikap hormat atau sembah, sebagai bentuk penghormatan kepada penonton dan lingkungan. 

6. Fungsi Sosial dan Ritual

- Acara Ritual: Tari Gambyong awalnya digunakan dalam ritual untuk memohon kesuburan tanah. 

- Pertunjukan Hiburan: Kini sering ditampilkan dalam acara-acara adat, pernikahan, dan festival budaya. 

- Pendidikan Seni: Tari ini diajarkan di sanggar-sanggar seni untuk melestarikan nilai budaya Jawa. 

Kesimpulan

Sebagai salah satu warisan budaya Indonesia, Tari Gambyong tidak hanya menjadi seni pertunjukan yang memukau, tetapi juga menyimpan nilai-nilai luhur yang menggambarkan kehidupan masyarakat Jawa. Keindahan gerakannya, iringan musik gamelan yang merdu, dan busana khasnya menjadikan Tari Gambyong sebuah mahakarya yang patut dilestarikan.  Di tengah modernisasi yang terus berkembang, Tari Gambyong tetap relevan dan memiliki daya tarik tersendiri. Upaya pelestarian melalui pendidikan seni, pertunjukan budaya, dan pengenalan kepada generasi muda menjadi langkah penting agar keindahan tarian ini tetap hidup di hati masyarakat. Dengan menjaga keasliannya sekaligus terbuka terhadap inovasi, Tari Gambyong akan terus menjadi cerminan keanggunan budaya Jawa, simbol keharmonisan hidup, dan kebanggaan bangsa Indonesia di mata dunia.

            

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun