Peristiwa yang melibatkan Gus Miftah dan seorang penjual teh menjadi perhatian publik dan memunculkan diskusi yang cukup intens. Dalam menghadapi situasi seperti ini, penting bagi kita untuk merujuk pada ajaran Al-Qur'an yang memberikan panduan jelas tentang etika menjaga lisan, menghormati sesama manusia, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang baik dan bijaksana.
Menjaga Lisan: Amanah Utama dalam Islam
Al-Qur'an secara konsisten menekankan pentingnya berbicara dengan cara yang baik, karena ucapan memiliki dampak besar terhadap hubungan sosial dan keutuhan masyarakat. Allah SWT berfirman:
"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka."
(QS. Al-Isra' [17]: 53)
Ayat ini menegaskan bahwa seorang Muslim harus menjaga lisannya dari ucapan yang tidak baik atau berpotensi melukai perasaan orang lain. Hal ini sangat relevan, terutama bagi seorang pemimpin atau tokoh masyarakat, karena ucapannya tidak hanya memengaruhi individu tertentu, tetapi juga dapat memberikan dampak luas pada masyarakat yang mendengarnya. Jika benar ada ucapan yang dianggap merendahkan, ini menjadi pengingat bahwa menjaga lisan bukan hanya soal adab personal, tetapi juga tanggung jawab sosial.
Menghormati Pekerjaan dan Martabat Manusia
Dalam Islam, semua pekerjaan yang halal dianggap mulia, tanpa memandang besar atau kecilnya usaha tersebut. Allah SWT mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki kehormatan dan martabat yang sama, sebagaimana firman-Nya:
"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. " (QS. Al-Isra' [17]: 70)
Penjual teh, seperti profesi lainnya, adalah bagian dari ekosistem masyarakat yang memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bahkan mencontohkan penghormatan terhadap semua profesi, termasuk yang dianggap sederhana oleh sebagian orang, dengan bersikap penuh kasih sayang dan menghargai usaha keras mereka. Dalam konteks ini, dugaan hinaan kepada seorang penjual teh menunjukkan pentingnya memahami nilai-nilai Islam yang mendorong penghormatan terhadap martabat setiap orang.
Pentingnya Menyelesaikan Konflik dengan Bijaksana
Islam mengajarkan bahwa ketika terjadi konflik atau kesalahpahaman, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari jalan keluar dengan cara yang baik. Allah SWT berfirman:
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan."
(QS. Al-Ma'idah [5]: 2)
Pendekatan yang bijaksana, seperti membuka dialog, meminta maaf jika diperlukan, dan memberikan ruang untuk saling memahami, adalah cara yang diajarkan dalam Al-Qur'an untuk menyelesaikan konflik. Hal ini bukan hanya menunjukkan kedewasaan, tetapi juga menggambarkan komitmen terhadap ajaran Islam yang memprioritaskan keharmonisan sosial.
Pelajaran yang Bisa Diambil
Kasus ini memberikan pelajaran yang berharga bagi semua pihak, baik Gus Miftah, penjual teh, maupun masyarakat secara umum:
- Bagi Gus Miftah: Sebagai seorang tokoh agama dan publik figur, ada tanggung jawab besar untuk menjaga lisan dan menyampaikan pesan dengan hikmah. Sikap rendah hati untuk meminta maaf jika memang diperlukan adalah cerminan keteladanan seorang pemimpin.
- Bagi Penjual Teh: Insiden ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua bahwa setiap orang berhak mendapatkan penghormatan atas profesinya, tidak peduli apa pun tingkatannya.
- Bagi Publik: Sebagai masyarakat, kita diajak untuk tidak mudah terpancing atau menghakimi tanpa memahami konteks dan fakta secara menyeluruh. Kita juga harus tetap memupuk rasa saling menghargai di tengah keberagaman status sosial.
Refleksi Berdasarkan Al-Qur'an
Dari sudut pandang Al-Qur'an, peristiwa ini mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama manusia melalui lisan yang terkontrol, tindakan yang penuh hormat, dan pendekatan yang bijak dalam menyelesaikan konflik. Allah SWT memberikan pedoman agar umat Islam saling memuliakan dan menghindari perkataan yang bisa menimbulkan perselisihan.
Sebagai manusia, kita semua tidak terlepas dari kemungkinan melakukan kesalahan. Namun, yang paling penting adalah bagaimana kita merespons kesalahan tersebut dengan sikap penuh hikmah, belajar dari pengalaman, dan berusaha memperbaiki diri. Dengan demikian, konflik seperti ini dapat menjadi peluang untuk mempererat persaudaraan, memperbaiki relasi sosial, dan menunjukkan nilai-nilai Islam yang sebenarnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI