Mohon tunggu...
Zidan Muhammad Sirojudin
Zidan Muhammad Sirojudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Saya memiliki ketertarikan pada dunia kepenulisan sejak masuk kuliah. Passion saya ialah pada ranah pendidikan dan juga sosial. Saya memiliki hobi futsal dan juga membaca untuk menunjang dalam kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Insight yang Diperoleh dari Peristiwa Gus Miftah dengan Penjual Es Teh

5 Desember 2024   15:23 Diperbarui: 15 Desember 2024   14:42 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(instagram/magelang_raya, instagram/gusmiftah) 

Islam mengajarkan bahwa ketika terjadi konflik atau kesalahpahaman, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari jalan keluar dengan cara yang baik. Allah SWT berfirman:


"Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan."
(QS. Al-Ma'idah [5]: 2)

Pendekatan yang bijaksana, seperti membuka dialog, meminta maaf jika diperlukan, dan memberikan ruang untuk saling memahami, adalah cara yang diajarkan dalam Al-Qur'an untuk menyelesaikan konflik. Hal ini bukan hanya menunjukkan kedewasaan, tetapi juga menggambarkan komitmen terhadap ajaran Islam yang memprioritaskan keharmonisan sosial.

Pelajaran yang Bisa Diambil

Kasus ini memberikan pelajaran yang berharga bagi semua pihak, baik Gus Miftah, penjual teh, maupun masyarakat secara umum:

  1. Bagi Gus Miftah: Sebagai seorang tokoh agama dan publik figur, ada tanggung jawab besar untuk menjaga lisan dan menyampaikan pesan dengan hikmah. Sikap rendah hati untuk meminta maaf jika memang diperlukan adalah cerminan keteladanan seorang pemimpin.
  2. Bagi Penjual Teh: Insiden ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua bahwa setiap orang berhak mendapatkan penghormatan atas profesinya, tidak peduli apa pun tingkatannya.
  3. Bagi Publik: Sebagai masyarakat, kita diajak untuk tidak mudah terpancing atau menghakimi tanpa memahami konteks dan fakta secara menyeluruh. Kita juga harus tetap memupuk rasa saling menghargai di tengah keberagaman status sosial.

Refleksi Berdasarkan Al-Qur'an

Dari sudut pandang Al-Qur'an, peristiwa ini mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama manusia melalui lisan yang terkontrol, tindakan yang penuh hormat, dan pendekatan yang bijak dalam menyelesaikan konflik. Allah SWT memberikan pedoman agar umat Islam saling memuliakan dan menghindari perkataan yang bisa menimbulkan perselisihan.

Sebagai manusia, kita semua tidak terlepas dari kemungkinan melakukan kesalahan. Namun, yang paling penting adalah bagaimana kita merespons kesalahan tersebut dengan sikap penuh hikmah, belajar dari pengalaman, dan berusaha memperbaiki diri. Dengan demikian, konflik seperti ini dapat menjadi peluang untuk mempererat persaudaraan, memperbaiki relasi sosial, dan menunjukkan nilai-nilai Islam yang sebenarnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun