Mohon tunggu...
Zidan Muhammad Sirojudin
Zidan Muhammad Sirojudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Saya memiliki ketertarikan pada dunia kepenulisan sejak masuk kuliah. Passion saya ialah pada ranah pendidikan dan juga sosial. Saya memiliki hobi futsal dan juga membaca untuk menunjang dalam kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Insight yang Diperoleh dari Peristiwa Gus Miftah dengan Penjual Es Teh

5 Desember 2024   15:23 Diperbarui: 15 Desember 2024   14:42 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(instagram/magelang_raya, instagram/gusmiftah) 

Peristiwa yang melibatkan Gus Miftah dan seorang penjual teh menjadi perhatian publik dan memunculkan diskusi yang cukup intens. Dalam menghadapi situasi seperti ini, penting bagi kita untuk merujuk pada ajaran Al-Qur'an yang memberikan panduan jelas tentang etika menjaga lisan, menghormati sesama manusia, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang baik dan bijaksana.

Menjaga Lisan: Amanah Utama dalam Islam

Al-Qur'an secara konsisten menekankan pentingnya berbicara dengan cara yang baik, karena ucapan memiliki dampak besar terhadap hubungan sosial dan keutuhan masyarakat. Allah SWT berfirman:


"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka."
(QS. Al-Isra' [17]: 53)

Ayat ini menegaskan bahwa seorang Muslim harus menjaga lisannya dari ucapan yang tidak baik atau berpotensi melukai perasaan orang lain. Hal ini sangat relevan, terutama bagi seorang pemimpin atau tokoh masyarakat, karena ucapannya tidak hanya memengaruhi individu tertentu, tetapi juga dapat memberikan dampak luas pada masyarakat yang mendengarnya. Jika benar ada ucapan yang dianggap merendahkan, ini menjadi pengingat bahwa menjaga lisan bukan hanya soal adab personal, tetapi juga tanggung jawab sosial.

Menghormati Pekerjaan dan Martabat Manusia

Dalam Islam, semua pekerjaan yang halal dianggap mulia, tanpa memandang besar atau kecilnya usaha tersebut. Allah SWT mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki kehormatan dan martabat yang sama, sebagaimana firman-Nya:


"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. " (QS. Al-Isra' [17]: 70)

Penjual teh, seperti profesi lainnya, adalah bagian dari ekosistem masyarakat yang memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bahkan mencontohkan penghormatan terhadap semua profesi, termasuk yang dianggap sederhana oleh sebagian orang, dengan bersikap penuh kasih sayang dan menghargai usaha keras mereka. Dalam konteks ini, dugaan hinaan kepada seorang penjual teh menunjukkan pentingnya memahami nilai-nilai Islam yang mendorong penghormatan terhadap martabat setiap orang.

Pentingnya Menyelesaikan Konflik dengan Bijaksana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun