Indonesia merupakan negara yang kaya akan alam dan budaya. Sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa, Indonesia tidak hanya menawarkan atraksi keindahan alam yang sudah dikenal di berbagai belahan dunia, tetapi Indonesia juga memiliki keragaman budaya dari Sabang hingga Merauke.Â
Indonesia sendiri tercatat sebagai salah satu negara paling kaya akan budaya di dunia Beberapa budaya Indonesia secara global diakui dan terdaftar di UNESCO.Â
Bahkan banyak orang asing (WNA) yang tertarik dengan kekayaan budaya Indonesia dan tidak segan-segan mengeluarkan uang untuk tinggal di Indonesia dan berkenalan dengan budaya yang dikagumi ini. Kita orang Indonesia harus bangga dengan budaya yang sudah ada di negara kita tercinta ini dan sudah sepatutnya mau mempelajari dan mewariskannya agar tidak kalah dengan orang asing yang benar-benar memahaminya.Â
Wayang adalah salah satu budaya Indonesia yang paling populer di dunia Wayang merupakan salah satu daya tarik seni budaya Indonesia, di antara banyak karya budaya lainnya. Wayang meliputi drama, seni suara, musik, bahasa, sastra, lukisan, patung, dan simbolisme.Â
Wayang terus berkembang dari waktu ke waktu dan juga merupakan media informasi, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filosofis dan hiburan.Oleh karena itu, wayang merupakan nilai yang sangat berharga dalam membentuk watak dan jati diri bangsa dan peradaban Indonesia.Â
Wayang diperkirakan sudah ada sejak 1500 SM. Hal ini dikenal dan dikembangkan sebagai bagian dari ritual nusantara. Nenek moyang kita percaya bahwa arwah atau arwah orang yang sudah meninggal masih hidup dan dapat membantu yang masih hidup.Â
Oleh karena itu, arwah-arwah tersebut dipuja sebagai 'hyang' atau 'dahyang' dan sering dilihat sebagai arca atau berbentuk patung. Dalam perkembangannya, fungsi wayang sebagai sarana pemujaan arwah leluhur juga berkembang.Â
Pada zaman Hindu Buddha di Indonesia, cerita Ramayana dan Mahabharata berkembang pesat, menambah karakter cerita yang disesuaikan dengan budaya setempat. Kemudian, dari masa kerajaan Kadiri, atau dari periode Jawa Klasik, kepahlawanan dan cinta dikisahkan, berpusat pada dua karakter utama: Raden Inu Kertapati atau Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji atau Galuh Khandrakirana.Sebuah cerita banci muncul.Â
Ada banyak versi cerita ini, tersebar di beberapa bagian Nusantara, antara lain Jawa, Bali, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Filipina. Narasi-narasi dalam pementasan wayang tidak menutup kemungkinan untuk menghadirkan narasi-narasi lain selain yang klasik.Â
Ketika Islam pertama kali menyebar, wayang digunakan sebagai media dakwah untuk menambah karakter, mengembangkan cerita, dan menyesuaikan alur agar tidak bertentangan dengan ajaran agama. Bahkan, wayang kemudian digunakan sebagai media propaganda politik di zaman yang lebih modern.
Selama jam, wayang masih ada dan terus menjadi saksi evolusi agama dan nilai budaya yang masuk ke Indonesia. Proses akulturasi budaya ini berlangsung begitu lama sehingga seni wayang sangat tahan lama dan dapat dikembangkan.
 Lebih dari 100 jenis wayang tumbuh di seluruh Indonesia. Wayang kulit Purwa berkembang pesat di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta. Wayang Golek Sunda dikembangkan di Wayang Kulit Parwa, Jawa Barat, Bali. Selain itu wayang juga berkembang di Nusa Tenggara Barat dengan sebutan wayang Sasak, lalu ada Wayang Banjar di Kalimantan Selatan, Wayang Palembang di Sumatera Selatan.Â
Tidak hanya di dalam negeri, Wayang Kulit sudah diakui keberadaannya oleh UNESCO sebagai Masterpiece of Oral Intagible Heritage of Humanity atau karya kebudayaan yang mengagumkan di bidang cerita narasi dan warisan budaya yang indah dan berharga sejak tanggal 7 November 2003.Â
Tidak hanya di Indonesia, Wayang Kulit sudah di kenal hingga kancah manca negara, bahkan berkembang pesat di Amerika Serikat, ditunjukkan dengan banyaknya pertunjukan wayang kulit yang diselenggarakan di negara tersebut.Â
Kitsie Emerson, seorang wanita asal Amerika Serikat begitu tertarik dengan kesenian Wayang Kulit sehingga ia melakukan penelitian mendalam pada kesenian ini dengan mempelajari Bahasa Jawa, memainkan wayang, menabuh Gamelan, berlatih melantunkan gendhing-gendhing dan belajar dari narasumber yang luar biasa seperti beberapa diantaranya adalah Ki Purbo Asmoro, Dhalang yang berasal dari Pacitan, Jawa Timur yang juga merupakan salah satu dosen di ISI Surakarta.
Ki Midiyanto, Dhalang asal Eromoko, Jawa Tengah yang juga mengajar di salah satu perguruan tinggi di Amerika Serikat, dan Gusti Benowo yang merupakan adik dari Raja Keraton Kasunanan Surakarta, serta masih banyak lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H