Dampak dari Covid-19 juga turut dirasakan di bidang ekonomi, seperti penutupan kegiatan usaha untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 yang juga berdampak pada besarnya jumlah pekerja yang harus dirumahkan.
Peneliti dari Institute of Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah memperkirakan angka kemiskinan pada September 2020 naik menjadi 10,34 persen karena dampak pandemi COVID-19.
untuk menghadapi ancaman dibidang ekonomi Kembali menata sektor ekonomi seiring relaksasi pembatasan sosial.
Sosial Budaya
Widjajanti mengatakan, kajian ini berkaitan dengan studi masyarakat digital dilihat dari sisi sosial dan budaya. "Sisi ini merupakan fenomena masyarakat era digital dilihat dari sisi sosial budaya, adalah berbeda apabila dibanding dengan kajian yang berkaitan dengan kesehatan", katanya. Widja menambahkan, dengan penyebaran virus yang dianggap bisa terjadi melalui kontak fisik, serta kebiasaan-kebiasaan sosial yang umum pun terpaksa harus dihindari demi mencegah penyebaran virus yang lebih luas. " Masyarakat terpaksa mengubah kebiasaan sosial, kareana regulasi social distancing dan lockdown telah membuat digital menjadi ruang publik yang mengaitkan individu dan masyarakat menjadi hal yang penting", ungkap Widja.
Sependapat dengan Widja, peneliti Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya LIPI, Ubaidillah menyatakan di masa pandemi ini, melalui teknologi digital masyarakat dapat mengakses informasi di mana pun selagi memiliki akses teknologi dan bahasa terkait perkembangan COVID-19. "Masyarakat dapat membandingkan pola penanganan di Indonesia dengan negara-negara lain, hal ini merupakan penyampaian informasi ke publik secara benar dan baik kepada masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan transparansi dalam penanganan pandemi COVID-19", lanjutnya,
Keamanan
DIREKTUR Eksekutif Center of Intelligent and Strategic Studies (CISS) Ngasiman Djoyonegoro mengatakan, pandemi Covid-19 berdampak pada seluruh sektor kehidupan, bukan hanya kesehatan dan ekonomi, tapi ikut juga menyentuh sisi pertahanan dan keamanan negara. Hal itu ditegaskannya saat meluncurkan buku karyanya berjudul Perang Global Melawan Corona : Perspektif Intelijen yang dibuat bekerja sama dengan Lembaga Kajian Nawacita.Â
"Dampak yang ditimbulkan covid-19 ini sangat kompleks. Banyak pihak menyatakan bahwa virus korona adalah senjata biologis yang sengaja diciptakan pihak tertentu untuk menimbulkan kekacauan global untuk menuju pada titik keseimbangan baru," kata Simon, panggilan akrab Ngasiman, Kamis (16/7).Â
Menurut Simon, Indonesia tidak dapat memandang bahwa covid-19 sebagai situasi ancaman kesehatan semata. Ada perspektif lain yang perlu ditelusuri dan diperdalam lebih lanjut. Simon melalui bukunya tersebut juga mengimbau supaya negara dapat lebih siaga dalam menghadapi ancaman wabah, seperti covid-19.Â
"Dari sisi dunia intelijen dan pertahanan, pemerintah perlu memperkuat pertahanan biologi (biodefense) pada tugas operasi militer. Ini merupakan upaya pertahanan terhadap agen biologi yang digunakan sebagai senjata oleh pihak yang konflik serta terhadap penyakit infeksi endemis," katanya.