4) kearifan lokal mampu dalam mengendalikan,
5) kecakapan kearifan lokal dalam memberikan arah pada perkembangan budaya.
Dari pernyataan tersebut sangat jelas bahwa, pengintegrasian antara kearifan lokal dan pendidikan bisa menjadi alternatif dalam pembelajaran. Salah satu cara kearifan lokal bisa diintegrasikan dalam pembelajaran adalah dengan menjadikan kearifan lokal sebagai sumber belajar bagi peserta didik.
KESIMPULAN
      Masyarakat Jawa juga memiliki budaya yang unik, salah satunya adalah tradisi Nyadran. Tradisi Nyadran ialah tradisi/ritual/upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk mengungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan para leluhur terdahulu, dengan melakukan ziarah kubur dan bersih-bersih desa. Tradisi ini telah dilakukan pada masa Hindu-Budha, tepatnya pada masa kerajaan Majapahit, dimana Ratu Tribuana Tunggadewi melakukan ritual tersebut untuk mendoakan ibu dan para leluhurnya. Kemudian tradisi ini dilanjutkan oleh anaknya, yakni Hayam Wuruk yang sama-sama dilakukan untuk mendoakan neneknya dan para leluhurnya yang sudah tiada. Sejak Islam masuk ke Indonesia, tradisi diteruskan oleh Wali Songo yang digunakan oleh para wali sebagai media dakwah atau dengan kata lain tradisi ini diakulturasikan dengan kebudayaan Islam. Pengakulturasian ini terlihat dari digunakannya doa-doa yang menggunakan Bahasa Arab atau dengan ayar-ayat suci Al-Qur'an, meskipun masih ada alat atau media yang digunakan mengikuti budaya Hindu-Budha. Oleh karena itu, tradisi Nyadran memiliki bentuk dan makna. Bentuk dan makna tradisi Nyadran di setiap daerah berbeda-beda, namun tujuan yang ingin disampaikan dalam tradisi Nyadran yang dilakukan sama. Kemudian, apabila dilihat secara seksama, makna tradisi Nyadran sendiri mengandung nilai-nilai yang baik, yaitu nilai religius, nilai, sosial, budaya, dan pendidikan.
      Tradisi Nyadran bukan hanya sebagai ritual belaka saja, karena dalam pelaksanannya tradisi Nyadran mengandung banyak nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah nilai sosial, nilai religius, nilai budaya, dan nilai pendidikan. Nilai-nilai tersebut padanannya bisa diintegrasikan sebagai sumber belajar dalam mata pelajaran IPS. Hal itu dikarenakan tradisi Nyadran ialah kearifan lokal yang memiliki relevansi dengan tujuan IPS, yakni menjadikan peserta didik sebagai warga negara yang memiliki kemampuan dalam mengatasi segala permasalahan kehidupan global, dengan berbekal pada nilai-nilai budaya bangsa sehingga peserta didik memiliki jati diri yang kuat. Pengintegrasian tradisi Nyadran dalam mata pelajaran IPS sebagai alternatif sumber belajar, diharapkan bisa memberikan pengetahuan dan pengalaman belajar peserta didik, sehingga pembelajaran IPS dapat lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Oleh karena itu, sudah semestinya guru menerapkan nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran, melalui kearifan lokal peserta didik akan lebih mengenal dan dekat dengan lingkungan sosial budayanya dalam kehidupan sehari-hari. Adanya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru-guru untuk mengimpelementasikan tradisi Nyadran ke dalam pembelajaran IPS di kelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H