Bukan soal tes TIU CPNS ya teman-teman, tapi memang begitu adanya, obrolan kami pun semakin ramai akan kedatangan Winda dan Titis, lima orang, lengkap.
FYI, Winda adalah mahasiswa kedokteran di salah satu PTN di Surabaya, dan Titis adalah Mahasiswa pascasarjana Fisika Murni di PTN Surabaya juga.
Sama halnya saat bertemu dengan sulis pertama kali, obrolan pertama adalah tentang kesibukan saat ini dan apa angan yang ingin digapai di waktu terdekat, dan tidak bisa terlewat adalah topik mengenai kisah cinta Azki dan suaminya, yang tentu sangat romantis.
Hingga tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, Titis pun mengeluh ngantuk, dan meminta untuk menyegerakan upacara bridal shower ala-ala kepada Azki secepatnya.
Saya bertugas membawa kue yang cukup tidak selamat karena jarak yang cukup jauh dari rumah saya, agak penyet dikit, sangat tidak estetik, sulis membawa lilin, sedangkan titis dan winda yang bertugas untuk mendandani Azki.
Bridal Shower Ala-AlaÂ
Bridal shower memang bukan sebuah tradisi wajib, namun beberapa orang terdekat, seperti sahabat akan menyempatkan dan memberikan kejutan di malam terakhir sebelum status berubah menjadi seorang istri, acara inti dari bridal shower itu sendiri hampir mirip dengan acara ulang tahun, yang mana ada kejutan, tiup lilin, dan doa yang dipanjatkan oleh pihak yang memiliki hajat.Â
Bridal shower bisa dilakukan dimanapun, bisa dirumah calon pengantin perempuan, atau mengadakan acara di luar rumah, namun paling umum dilakukan di rumah, karena biasanya ada tradisi calon pengantin sedang dipingit atau tidak boleh keluar rumah terlebih dahulu untuk menjaga keselamatan.
Bridal shower yang kami siapkan kepada Azki, memang sangat sederhana, hanya bermodal kue dan lilin saja, korek apinya pun mencari di rumah Azki, namun kesederhanaan itu tidak membuat kemeriahan berkurang. Azki diberikan makeup ala-ala oleh winda, sedangkan sulis dan nata sibuk untuk persiapan kue, lilin, dan template capcut.
Ada hal paling lucu di bridal shower ini, Titis sudah tertidur saat kami masih persiapan, ia pun hanya ikut dua kali foto saja, selebihnya tidak bergerak, meski kami berjoget-joget ria, ia masih tidak bangun juga. Setelah puas foto dan makan kue, akhirnya kami pun bersiap-siap untuk tidur, satu kamar siap dihuni oleh lima orang, the real menyusahkan teman.
Pagi Buta, Ngungsi ke Mushola Desa