Masih ingat di sekitar tahun 2015, adalah pertama kalinya bagi saya untuk naik kereta, saat itu diajak oleh kakak, yang sedang berkuliah di Surabaya, ingatan yang paling membekas saat itu adalah saya begitu senang dan merasa menjadi orang berpengalaman meski sesaat, usia saya saat itu yang masih dibawah umur, belum memiliki KTP, sehingga mengharuskan untuk memakai nomor NIK sebagai identitas.
Saat itu, pesan dan cetak tiket kereta, hanya bisa dilakukan secara offline melalui loket tiket, saat itu belum ada aplikasi Kai Access seperti sekarang, yang bisa mudah dipesan kapanpun dan dimanapun. Juga masih ada pengecekan tiket saat sudah berada di kereta dengan cara para petugas berkeliling dari satu gerbong ke gerbong lainnya untuk melubangi tiket para penumpang menggunakan alat khusus.
Sekiranya sudah hampir 9 tahun hingga sekarang, dari awal saya naik kereta ikut kakak yang sedang berkuliah, hingga saya menjadi mahasiswa baru di tingkat sarjana, hingga kembali menempuh pendidikan pasca sarjana, saya masih setia menggunakan moda transportasi Kereta Api Indonesia, bahkan saat menulis artikel inipun saya sudah memiliki jadwal dan tiket untuk keberangkatan kembali ke tanah rantau guna menuntut ilmu.
Tidak banyak alasan mengapa saya memilih kereta api dari sekian pilihan transportasi yang ada di Indonesia, salah satunya adalah karena memang memiliki kenyamanan yang unggul, selain itu, tarif dalam sekali perjalanan bisa disesuaikan dengan kantong, tersedia mulai dari kelas ekonomi hingga eksekutif dengan perbedaan fasilitas yang sebanding.
Kesesuaian Jadwal, Menguntungkan Seorang PelajarÂ
Bagi saya, yang saat ini berstatus sebagai seorang pelajar, kereta api adalah salah satu transportasi yang memiliki jadwal keberangkatan dan jadwal tiba yang tepat, bisa dibilang anti ngaret, kereta api juga memiliki beragam jadwal dalam satu harinya, kalau dalam perjalanan rumah ke kampus, dengan menggunakan kelas ekonomi, ada 2 pilihan jadwal kereta yang bisa dipilih untuk keberangkatan, mau berangkat siang sampai stasiun akhir di malam hari, atau memilih berangkat pagi dan sampai stasiun akhir di siang hari.
Adanya pilihan keberangkatan ini tentu sangat memudahkan bagi para pelajar dalam menyesuaikan kebutuhan, seperti janji bimbingan dengan dosen, jam kelas pertama di hari senin, dan waktu pulang ke kampung halaman setelah kelas usia di hari jumat. Para mahasiswa dapat memilih dan mempertimbangkan jadwal keberangkatan mana yang paling sesuai dan cocok. Â Â
Ruang Tunggu yang Ramah untuk Mengerjakan Tugas
Tidak hanya sebatas tepat waktu saat berangkat dan tiba, di stasiun kereta api, tepatnya di ruang tunggu, juga cukup ramah untuk dijadikan tempat mengerjakan penugasan, bahkan saat di dalam gerbong kereta pun juga bisa, tetapi dikembalikan kepada masing-masing mahasiswa, apakah nantinya penugasan yang diberikan oleh dosen masih sempat dikerjakan saat sudah tiba di rumah, atau memang harus segera dikerjakan, mengingat tenggat deadline pengumpulan yang sudah dekat.
Beberapa kali juga, saya pernah mengerjakan laporan penugasan baik di ruang tunggu maupun saat di dalam gerbong, namun memang saya lebih memilih untuk mengerjakan saat di ruang tunggu saja, mengingat di ruang tunggu lebih nyaman karena tempat duduk yang disediakan lebih luas, tidak berdesakan, tidak ada guncangan yang menyebabkan kepala pusing, serta yang paling penting tidak mengganggu ruang gerak orang lain.
Biasanya saya mengerjakan tugas saat di ruang tunggu stasiun, saat jam tunggu kereta yang akan saya naiki cukup memakan waktu lama, biasanya sampai berjam-jam lamanya, sehingga daripada menghabiskan banyak kuota untuk scroll medsos selama menunggu, saya juga gunakan waktu tersebut untuk hal yang produktif. Â Â
Jenis penugasan yang biasa dan bisa saya kerjakan saat di ruang tunggu stasiun adalah yang berbasis teknologi, seperti mengetik laporan di laptop, ataupun saat ingin menulis artikel untuk tayang di Kompasiana, ataupun sekedar membaca buku maupun beberapa artikel, tidak berupa penugasan kompleks yang membutuhkan alat hitung, alat tulis, dan sebagainya.
Ruang tunggu yang disediakan di masing-masing stasiun sudah dilengkapi dengan tempat duduk nyaman, di beberapa sudut juga tersedia pendingin ruangan yang membuat sejuk ruang tunggu kereta, tidak hanya itu, ada juga area charger yang bisa digunakan untuk mengisi daya ponsel maupun laptop yang kehabisan baterai.
Tarif Ekonomis yang Ramah KantongÂ
Pelajar maupun mahasiswa memang harus memiliki perencanaan keuangan yang matang, apalagi saat berada di perantauan, jika saya, memang lebih memilih untuk menaiki kereta kelas ekonomi dan alokasi keuangan yang lebih dialihkan untuk konsumsi, kecuali memang di jam dan waktu yang dikehendaki kereta kelas ekonomi habis tiket baru naik kelas atau menggunakan kereta jarak jauh yang tentu memiliki biaya yang lebih mahal.
Bahkan saya pun juga bisa dibilang sangat jarang untuk menaiki kereta jarak jauh maupun kereta kelas bisnis hingga eksekutif, mungkin hanya pernah sekitar dua hingga tiga kali saja, memang dari segi fasilitas cukup berbeda, mulai dari pendingin AC yang lebih terasa sejuk, kursi yang tidak lagi berhadap-hadapan dan lebih empuk, serta berlalu lalang pramusaji menawarkan produk makanan atau minuman yang dijual di dalam kereta.
Rute Perjalanan Bojonegoro-Malang yang Biasa Saya GunakanÂ
Perjalanan Bojonegoro-Malang biasanya akan saya tempuh melalui jalur perjalanan panjang selama beberapa jam, begini gambarannya, anggap saja saya berangkat pagi subuh dari Bojonegoro menggunakan Commuter Line Blorasura di jam 04.53 dan tiba di Surabaya Pasar Turi pukul 07.27 WIB dengan perjalanan selama 2 jam 34 menit. Kemudian dari Surabaya Pasar Turi, saya harus pergi ke Surabaya Gubeng agar dapat naik kereta CL Penataran CL Dhoho di jam 08.23 WIB, setelah perjalanan ditempuh selama 02 jam 33 menit, lalu tiba di Malang pukul 10.26 WIB.
Total jam perjalanan ada sekitar 5 jam perjalanan selama di kereta ditambah dengan waktu untuk mobilisasi dari stasiun pasar turi ke stasiun gubeng dengan alokasi waktu sekitar 1 jam, sehingga total jam yang dibutuhkan dari Bojonegoro ke Malang, Â 6 jam perjalanan, tetapi memang harga kereta cukup murah yaitu 13.000 + 12.000 = 25.000, ditambah dengan biaya ojek online.
Ada alternatif  lain, dengan waktu yang lebih singkat dan tidak perlu transit, yaitu menggunakan Kereta Jayabaya dari Stasiun Bojonegoro ke Stasiun Malang dengan hanya menempuh waktu 03 jam 54 menit, tetapi harga yang ditawarkan juga cukup lumayan sebesar 380.000 rupiah sekali jalan, tetapi jangan tanya soal fasilitas, tentu Jayabaya patut diacungi jempol, saya baru sekali menggunakan Jayabaya, karena memang ada acara mendadak saat ke kampus waktu itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI