Mohon tunggu...
Zida Sinata Milati
Zida Sinata Milati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer, Content Creator, Writer

Seorang freelancer yang menyenangi dunia content creator dan kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Urgensi Penerapan Ilmu Antropometri dalam Sebuah Keluarga

13 September 2024   06:03 Diperbarui: 13 September 2024   13:37 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ukur tinggi badan anak. (Shutterstock via Kompas.com)

Sebagai contoh, ada seorang laki-laki dewasa usia 58 tahun, memiliki berat badan 80 kg dan tinggi badan 172 cm, dan didapatkan IMT sebesar 27 kg/m^2 (gemuk, kategori kelebihan berat badan tingkat berat), sehingga pelu untuk mencapai BBI sebesar 65 kg, namun butuh bertahap dalam pembatasan kalori dan target penurunan berat badannya, yang dalam prosesnya menjadi berat badan ideal tentu tidak mudah.

Pentingnya Memiliki Alat Antropometri Saat di Rumah

Adanya kegiatan rutin posyandu balita setiap bulan adalah untuk memberikan manfaat monitoring pertumbuhan dan perkembangan seorang balita, apakah balita yang memiliki berat badan sekian dan tinggi badan sekian, sama dengan berat dan tinggi badan anak normal seusianya ataukah tidak.

Namun, sebagai orangtua yang bertanggung jawab terhadap kesehatan buah hati, seharusnya juga dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan secara mandiri, tidak hanya menunggu rutinan posyandu saja, karena masa pertumbuhan dan perkembangan anak berada pada masa keemasannya, sehingga perlu maksimalkan dalam pemberian nutrisi dan tumbuh-kembangnya.

Begitu pula, pada kelompok dewasa produktif, yang tidak ada kegiatan rutinan kesehatan, kecuali jika memang ada peneliti yang ingin menilai status gizi dewasa atau saat adanya event seperti SKI (Survei Kesehatan Indonesia) tahun 2023 silam yang dilaksanakan 5 tahun sekali.

Oleh karena itu, memang sudah menjadi keharusan, dalam sebuah keluarga setidaknya ada satu alat timbangan berat badan dan juga tinggi badan, sebagai upaya preventif yang mudah dilakukan, jangan hanya mengandalkan kondisi sakit terlebih dahulu, baru tahu berat dan tinggi badannya saat diukur oleh petugas kesehatan. Tentu upaya preventif dilakukan saat badan masih sehat, sebelum terjangkit penyakit.

Di rumah saya, juga memiliki sebuah timbangan berat badan dan panjang badan, untuk dapat memantau berat badan ideal kami sekeluarga, kapan harus dilakukan pembatasan asupan kalori, dan kapan kami harus menyeimbangkan asupan makan dengan aktivitas fisik, yang kadangkala tidak seimbang dan menyebabkan asupan inadekuat.

Bahkan keluarga kami memiliki alat tensi sendiri, untuk memantau tekanan darah saat dirasa mulai ada tanda pusing dan sakit kepala, apakah memang pusing dan sakit kepala ini dikarenakan tekanan darah yang ubnormal atau memang hanya kurang asupan makan saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun