Mohon tunggu...
Zida Sinata Milati
Zida Sinata Milati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer, Content Creator, Writer

Seorang freelancer yang menyenangi dunia content creator dan kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Membangun Dapur Sehat dan Hemat ala Anak rantau, Cegah Krisis Kelaparan di Akhir Bulan

16 Agustus 2024   15:35 Diperbarui: 16 Agustus 2024   17:29 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Memasak ala Anak Kost | health.usnews.com

Anak rantau, anak kosan, anak kuliahan, adalah masa-masa cukup menantang, bagaimana tidak, terpaksa dewasa oleh keadaan untuk merawat diri sendiri di kota yang jauh dari orang tua ataupun keluarga, utamanya berkaitan dengan isi perut.

Yang tadi hari-harinya disiapkan makan dan minum oleh ibu, buka tudung saji sudah tersedia dan tinggal makan. Kini harus bisa mandiri, cari dan beli sendiri untuk merawat perut agar tidak kelaparan dan dapat beraktivitas normal.

Maka tidak jarang, banyak anak kosan termasuk saya, yang hanya makan 2x sehari, dan menerapkan puasa senin-kamis, tirakat sambil berhemat. Mungkin jarang bisa makan 3x sehari, kecuali ada acara tertentu dan disediakan makan oleh pihak kampus.

Pilih kos dengan fasilitas dapur bersama 

Ada dua hal yang menjadi pertimbangan saya dalam memilih kos saat di perantauan, pertama fasilitas wifi dan yang kedua adalah dapur bersama, bagi saya keduanya sama-sama penting, karena setiap hari membutuhkan wifi untuk mengerjakan tugas ataupun sekedar scroll sosial media, dan sehari-harinya juga butuh makan, dan sangat terbantu dengan adanya dapur bersama. 

Memilih kos dengan fasilitas dapur bersama, adalah salah satu cara untuk berhemat, meskipun nantinya ada iuran gas elpiji selama penggunaan, tetapi saya rasa tetap worth it daripada setiap harinya beli makan di warung.

Adanya dapur bersama ini, selain memudahkan kita dalam akses makanan, dapat mengubah bahan pangan mentah menjadi matang siap santap, juga dapat membantu kita dalam berhemat, setidaknya saat ingin makan mie instan, cukup rebus air dan mie sebentar tanpa harus ke warmindo terdekat, tanpa mengeluarkan ongkos lagi.

Ilustrasi Memasak ala Anak Kost | health.usnews.com
Ilustrasi Memasak ala Anak Kost | health.usnews.com

Tantangan kos dengan dapur bersama biasanya terletak pada kebersihan yang perlu dijaga oleh masing-masing penghuni kosan, beruntung jika setiap minggu ada petugas bersih-bersih yang disediakan oleh penyewa, namun jika tidak ada, maka penyewa harus menerapkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat memasak, dan ditempel di area dapur bersama.

Alokasikan biaya pengeluaran tiap bulan 

Kebanyakan mahasiswa rantau masih mengandalkan sumber penghasilan mereka dari uang saku yang diberikan oleh orang tua tiap bulannya, meskipun ada juga yang sudah benar-benar mandiri, kuliah iya, kerja juga iya.

Setiap bulannya, setelah orangtua kirim uang, maka sebaiknya kita harus mengalokasikan uang tersebut ke dalam beberapa kategori pengeluaran, misalnya untuk biaya penunjang pendidikan, biaya makan, kebutuhan kebersihan, dan sebagainya.

Ada baiknya pada masing-masing kategori diberikan dompet atau wadah tersendiri agar tidak tercampur satu sama lain, dan dapat menjadi acuan berapa alokasi kebutuhan pengeluaran masing-masing dalam sebulan, sehingga dalam sehari bisa tahu batasan pengeluarannya.

Saat membeli produk konsumsi, perhatikan stok bahan pangan apa saja yang habis di kosa dan memang waktunya beli, jangan karena tanggal muda semua diborong tanpa memikirkan jangka panjang sampai bulan berakhir.

Rice cooker adalah jalan hemat 

Ada satu hal yang perlu dibawa oleh mahasiswa saat di rantau, yakni rice cooker, alat penanak nasi serbaguna, yang bisa menghemat pengeluaran konsumsi. Apalagi jika beras bisa bawa sendiri dari rumah, tentu akan lebih hemat lagi.

Nasi adalah makanan pokok sehari-hari yang tidak pernah absen, kalau budaya orang Indonesia, "belum makan, kalau belum makan nasi", saya pun juga begitu, meskipun sebenarnya sudah makan roti, sebagai salah satu penukar nasi, sama-sama dari golongan karbohidrat, namun terasa ada yang kurang dan terasa berbeda.

Bawa rice cooker sendiri, bisa menjadi salah satu cara agar anak rantau dapat makan 2-3x sehari, hal ini juga menjadi alternatif jika ternyata mendapati kos yang tidak memiliki fasilitas dapur bersama, sehingga nantinya hanya perlu membeli lauk di warung terdekat, cara ini akan menghemat pengeluaran 3000 hingga 5000 rupiah yang dikeluarkan untuk beli satu porsi nasi setiap kali makan. 

Bahkan, bagi sebagian anak kos dapat menyulap rice cooker menjadi panci elektrik untuk membuat segala macam masakan, pernah saat itu saya menginap di kos teman, dan olehnya diajak untuk membuat soto ayam homade yang dimasak menggunakan rice cooker, kami patungan untuk beli ayam juga bumbu instan di pasar, dan ternyata hasilnya juga lumayan enak, meskipun pada awalnya saya cukup ragu akan kematangan ayamnya.

Meluangkan waktu untuk memasak sendiri

Bagi mahasiswa regular S1 yang mungkin setiap harinya, mulai senin hingga jumat ada jam kuliah entah mulai di pagi atau siang hari untuk jam pertamanya. Tentu memasak setiap pagi akan cukup membuat sibuk, apalagi jika bertepatan dengan kelas pagi pukul 7.

Manajemen waktu memang penting, entah menjadi morning person dengan bangun pagi sekali untuk membuat masakan simple dan sat-set, atau menerapkan jam masak di sore hari, setelah selesai kuliah, sehingga di pagi hari masakan tinggal dihangatkan saja dan siap konsumsi.

Semuanya memang tergantung selera dan kemauan dari masing-masing individu, awalnya memang berat dan terasa merepotkan jika harus meluangkan waktu untuk memasak setelah seharian belajar dan mengerjakan tugas, hingga memilih jalan pintas untuk beli lauk setiap harinya. Tidak ada yang salah dengan pilihan tersebut, mau beli atau memasak, semua adalah pilihan yang diputuskan setelah menimbang banyak plus minusnya.

Dulu saat awal kuliah, saya selalu beli lauk setiap hari dengan alasan sudah lelah dengan tugas dan pembelajaran di kelas, namun semakin naik semester, saya semakin berpikir dan membandingkan bahwa memasak adalah salah satu jalan agar bisa berhemat, bisa menyisihkan sebagian uang untuk dana darurat yang sewaktu-waktu dibutuhkan, apalagi saya selalu meniatkan memasak sebagai sarana aktualisasi diri dan refreshing sejenak dari penatnya belajar.

Buat siklus menu yang simpel dan affordable 

Anak kos mungkin tidak pernah ketinggalan menu telur dadar dan mie instan setiap minggunya, keduanya adalah menu ter simpel, enak, dan terjangkau di kalangan mahasiswa. Tetapi tentu, tidak mungkin setiap hari menunya itu-itu saja, selain bosan, kita juga perlu memenuhi zat gizi lain dengan makan makanan yang beragam.

Tidak seperti saat tinggal di rumah, saat memasak di kos ada tantangan lain selain waktu, yakni terbatasnya alat masak. Biasanya, di dapur bersama, penyewa hanya akan menyediakan wajan penggorengan, pisau dan talenan, juga panci untuk merebus, jarang ditemukan alat kukus, blender, uleg, dan sebagainya.

Sehingga saat memasak pun perlu memikirkan menu masakan apa saja yang mudah dibuat dengan peralatan seadanya, tentu teknik masak menggoreng, menumis, dan merebus adalah jalan tengahnya, sehingga perlu dibuat siklus menu dalam 7 hari ataupun 10 hari untuk mengurangi rasa bosan pada masakan, setelah melakukan list beberapa menu.

Contoh beberapa menu simpel antara lain, tempe-tahu goreng, telur goreng, bakwan sayur, perkedel kentang, ikan goreng, ayam goreng, tumis kangkung, capcay sayur, tumis tempe-kacang, nasi goreng, sayur sop, sayur bayam, sayur asem, soto ayam, dan masih banyak lainnya.

Kemungkinan saat memasak akan memerlukan alat tambahan yang perlu dibeli, mengingat perannya yang begitu penting seperti copper mini/uleg untuk menghaluskan bumbu. Meskipun saat ini juga sudah dimudahkan dengan adanya banyak bumbu instan siap pakai yang dijual di toko kelontong, namun pertimbangan kadar natrium yang cukup tinggi, sehingga tidak baik jika digunakan setiap hari.

Kelola stok bahan makanan

Stok yang wajib ada di kosan adalah bahan pangan yang awet jika disimpan cukup lama tanpa lemari es, antara lain beras, minyak goreng, telur, mie instan, roti, ikan sarden kalengan, minuman sereal, dan beberapa kondimen seperti garam, gula, sambal jadi, cabe tabur, saos, dan kecap.

Untuk bahan pangan yang memiliki masa simpan singkat seperti sayur-mayur juga sumber protein seperti tempe, tahu, juga ayam, sebaiknya membeli dalam jumlah kecil, yang bisa langsung habis konsumsi dalam sehari, kecuali jika memang ada kulkas bersama di kosan, mungkin bisa membeli dengan jumlah 2x lipat, atau sesuai kebutuhan untuk persediaan.

Kunci stok bahan pangan di kos adalah dengan menyusun produk-produk konsumsi terpisah dengan produk non konsumsi, meski memang keduanya berada pada satu ruang yang sama, karena dapat terjadi kontaminasi silang, misalnya bau sabun cuci menempel pada bau roti tawar dan sebagainya jika disusun bercampur pada satu wadah yang sama.

Perhatikan juga untuk wadah penyimpanan gula dan garam, juga persaosan, usahakan disimpan di tempat rapat, tidak ada akses serangga, agar tidak ada semut-semut atau hama yang berdatangan dan membuat kotor kamar kos.

Selain itu, perlu untuk mempertimbangkan besar kecilnya kemasan/jumlah yang dibeli untuk stok bahan pangan sehari-hari, baiknya membeli produk dalam kemasan kecil atau kemasan sachet sekali konsumsi, untuk menghindari mubadzir, meski memang banyak produk yang memberikan harga lebih murah jika beli dalam ukuran besar.

Pernah saat itu, saya memiliki stok telur, tidak banyak memang, setiap beli di warung hanya membeli seperempat kilogram saja, tetapi waktu itu saya lupa bahwa saya beli saat mendekati waktu libur kuliah. Dibawa ke rumah tidak mungkin, dihabiskan juga sudah bosan, alhasil saya bagikan ke tetangga kos yang berkenan, dengan meletakkannya di bagian dapur dan upload di grup WhatsApp kos, daripada terbuang karena telur sudah basi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun