Ada baiknya pada masing-masing kategori diberikan dompet atau wadah tersendiri agar tidak tercampur satu sama lain, dan dapat menjadi acuan berapa alokasi kebutuhan pengeluaran masing-masing dalam sebulan, sehingga dalam sehari bisa tahu batasan pengeluarannya.
Saat membeli produk konsumsi, perhatikan stok bahan pangan apa saja yang habis di kosa dan memang waktunya beli, jangan karena tanggal muda semua diborong tanpa memikirkan jangka panjang sampai bulan berakhir.
Rice cooker adalah jalan hematÂ
Ada satu hal yang perlu dibawa oleh mahasiswa saat di rantau, yakni rice cooker, alat penanak nasi serbaguna, yang bisa menghemat pengeluaran konsumsi. Apalagi jika beras bisa bawa sendiri dari rumah, tentu akan lebih hemat lagi.
Nasi adalah makanan pokok sehari-hari yang tidak pernah absen, kalau budaya orang Indonesia, "belum makan, kalau belum makan nasi", saya pun juga begitu, meskipun sebenarnya sudah makan roti, sebagai salah satu penukar nasi, sama-sama dari golongan karbohidrat, namun terasa ada yang kurang dan terasa berbeda.
Bawa rice cooker sendiri, bisa menjadi salah satu cara agar anak rantau dapat makan 2-3x sehari, hal ini juga menjadi alternatif jika ternyata mendapati kos yang tidak memiliki fasilitas dapur bersama, sehingga nantinya hanya perlu membeli lauk di warung terdekat, cara ini akan menghemat pengeluaran 3000 hingga 5000 rupiah yang dikeluarkan untuk beli satu porsi nasi setiap kali makan.Â
Bahkan, bagi sebagian anak kos dapat menyulap rice cooker menjadi panci elektrik untuk membuat segala macam masakan, pernah saat itu saya menginap di kos teman, dan olehnya diajak untuk membuat soto ayam homade yang dimasak menggunakan rice cooker, kami patungan untuk beli ayam juga bumbu instan di pasar, dan ternyata hasilnya juga lumayan enak, meskipun pada awalnya saya cukup ragu akan kematangan ayamnya.
Meluangkan waktu untuk memasak sendiri
Bagi mahasiswa regular S1 yang mungkin setiap harinya, mulai senin hingga jumat ada jam kuliah entah mulai di pagi atau siang hari untuk jam pertamanya. Tentu memasak setiap pagi akan cukup membuat sibuk, apalagi jika bertepatan dengan kelas pagi pukul 7.
Manajemen waktu memang penting, entah menjadi morning person dengan bangun pagi sekali untuk membuat masakan simple dan sat-set, atau menerapkan jam masak di sore hari, setelah selesai kuliah, sehingga di pagi hari masakan tinggal dihangatkan saja dan siap konsumsi.
Semuanya memang tergantung selera dan kemauan dari masing-masing individu, awalnya memang berat dan terasa merepotkan jika harus meluangkan waktu untuk memasak setelah seharian belajar dan mengerjakan tugas, hingga memilih jalan pintas untuk beli lauk setiap harinya. Tidak ada yang salah dengan pilihan tersebut, mau beli atau memasak, semua adalah pilihan yang diputuskan setelah menimbang banyak plus minusnya.
Dulu saat awal kuliah, saya selalu beli lauk setiap hari dengan alasan sudah lelah dengan tugas dan pembelajaran di kelas, namun semakin naik semester, saya semakin berpikir dan membandingkan bahwa memasak adalah salah satu jalan agar bisa berhemat, bisa menyisihkan sebagian uang untuk dana darurat yang sewaktu-waktu dibutuhkan, apalagi saya selalu meniatkan memasak sebagai sarana aktualisasi diri dan refreshing sejenak dari penatnya belajar.
Buat siklus menu yang simpel dan affordableÂ
Anak kos mungkin tidak pernah ketinggalan menu telur dadar dan mie instan setiap minggunya, keduanya adalah menu ter simpel, enak, dan terjangkau di kalangan mahasiswa. Tetapi tentu, tidak mungkin setiap hari menunya itu-itu saja, selain bosan, kita juga perlu memenuhi zat gizi lain dengan makan makanan yang beragam.