Anak rantau, anak kosan, anak kuliahan, adalah masa-masa cukup menantang, bagaimana tidak, terpaksa dewasa oleh keadaan untuk merawat diri sendiri di kota yang jauh dari orang tua ataupun keluarga, utamanya berkaitan dengan isi perut.
Yang tadi hari-harinya disiapkan makan dan minum oleh ibu, buka tudung saji sudah tersedia dan tinggal makan. Kini harus bisa mandiri, cari dan beli sendiri untuk merawat perut agar tidak kelaparan dan dapat beraktivitas normal.
Maka tidak jarang, banyak anak kosan termasuk saya, yang hanya makan 2x sehari, dan menerapkan puasa senin-kamis, tirakat sambil berhemat. Mungkin jarang bisa makan 3x sehari, kecuali ada acara tertentu dan disediakan makan oleh pihak kampus.
Pilih kos dengan fasilitas dapur bersamaÂ
Ada dua hal yang menjadi pertimbangan saya dalam memilih kos saat di perantauan, pertama fasilitas wifi dan yang kedua adalah dapur bersama, bagi saya keduanya sama-sama penting, karena setiap hari membutuhkan wifi untuk mengerjakan tugas ataupun sekedar scroll sosial media, dan sehari-harinya juga butuh makan, dan sangat terbantu dengan adanya dapur bersama.Â
Memilih kos dengan fasilitas dapur bersama, adalah salah satu cara untuk berhemat, meskipun nantinya ada iuran gas elpiji selama penggunaan, tetapi saya rasa tetap worth it daripada setiap harinya beli makan di warung.
Adanya dapur bersama ini, selain memudahkan kita dalam akses makanan, dapat mengubah bahan pangan mentah menjadi matang siap santap, juga dapat membantu kita dalam berhemat, setidaknya saat ingin makan mie instan, cukup rebus air dan mie sebentar tanpa harus ke warmindo terdekat, tanpa mengeluarkan ongkos lagi.
Tantangan kos dengan dapur bersama biasanya terletak pada kebersihan yang perlu dijaga oleh masing-masing penghuni kosan, beruntung jika setiap minggu ada petugas bersih-bersih yang disediakan oleh penyewa, namun jika tidak ada, maka penyewa harus menerapkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat memasak, dan ditempel di area dapur bersama.
Alokasikan biaya pengeluaran tiap bulanÂ
Kebanyakan mahasiswa rantau masih mengandalkan sumber penghasilan mereka dari uang saku yang diberikan oleh orang tua tiap bulannya, meskipun ada juga yang sudah benar-benar mandiri, kuliah iya, kerja juga iya.
Setiap bulannya, setelah orangtua kirim uang, maka sebaiknya kita harus mengalokasikan uang tersebut ke dalam beberapa kategori pengeluaran, misalnya untuk biaya penunjang pendidikan, biaya makan, kebutuhan kebersihan, dan sebagainya.