Mohon tunggu...
Zida Sinata Milati
Zida Sinata Milati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer, Content Creator, Writer

Seorang freelancer yang menyenangi dunia content creator dan kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Begini Ceritaku 7 Tahun Bersama Motor Lugu

20 Juli 2024   11:01 Diperbarui: 22 Juli 2024   19:29 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam transaksi jual beli motor, baik pembeli maupun penjual berada pada tingkat yang sama-sama membutuhkan, satu membutuhkan motor, dan yang satu lagi membutuhkan uang yang digunakan untuk modal tertentu.  Hal ini tentu membutuhkan etika yang santun, baik dari kita sebagai pembeli terhadap penjual motor, begitu pula sebaliknya, agar tercipta komunikasi yang santai namun tetap saling mengutarakan kejujuran tanpa menutup-nutupi. 

Komunikasi ini penting sebagai dasar informasi atas kondisi aktual motor, banyak bertanya tentu lebih baik daripada langsung beli mengiyakan, asalkan tetap dalam etika santun dan saling menghormati, sejak awal Anda juga harus memberikan pengertian bahwa Anda sedang mencari dan belum tentu resmi membeli dan memilikinya, untuk menghindari rasa kecewa dari penjual. 

Komunikasi ini tentu membutuhkan waktu tidak hanya sehari pertemuan saja, bahkan bisa beberapa kali bertemu, semua bergantung dengan keyakinan Anda sebagai pembeli untuk segera memiliki motor tersebut. Tentu first impression kita sebagai pembeli juga harus berkesan baik, agar penjual juga mau meluangkan waktunya untuk kita dapat bertemu dan bernegosiasi. 

Cek Fisik Motor Bekas, Jangan Hanya Fokus di Rupa dan Administrasi Saja

Tidak ada jaminan memang, apakah seluruh onderdil motor bekas masih orisinal dan layak pakai, susah susah gampang, apalagi jika pembeli kurang begitu familiar dengan motor dan permesinan. Sehingga langkah yang paling tepat adalah harus benar-benar memberanikan diri untuk bertanya pada pemilik terkait kondisi dan keadaan mesin motor, yang kemudian dicocokkan dengan persuratan yang ada, dan diakhiri dengan test ride, ibaratnya uji coba, apakah sinkron antara ucapan pemilik dengan surat juga kondisi real motor. 

Saat melakukan cek fisik motor, Anda dapat mengajak kerabat maupun relasi yang mengetahui mesin dengan baik, sebagai pertimbangan yang dapat Anda ajak diskusi bersama. Apakah benar apa yang dikatakan penjual terkait kondisi motornya, atau semua ini hanya trik marketing saja?  

Fisik motor yang perlu dicek pertama kali adalah pada bagian luar yang tampak oleh mata, mulai dari spion, jok motor, aksesoris, lampu, ban depan-belakang motor serta velg, dan juga body motor, apakah masih mulus atau sudah banyak goresan dan cat yang terkelupas, hal ini tentu akan mempengaruhi harga beli nantinya. 

Setelah fisik luar dicek dengan teliti, selanjutnya adalah pada bagian mesin, mulai dari double starter bagi matic, fungsi lampu dekat jauh apakah aman, lampu sein kanan-kiri, suara klakson, gas dan rem apakah masih berfungsi normal, serta perlu juga melihat fungsi speedometer, odometer, juga indikator bensin, apakah semuanya masih berfungsi normal atau tidak. 

Penting juga untuk menggali pertanyaan kepada penjual terkait kapan terakhir ganti oli, apakah sudah pernah ganti aki sejak pembelian pertama begitu pula dengan ban depan-belakangnya, serta apakah ada riwayat jatuh motor apabila terindikasi adanya banyak goresan di motor. Tentu setelah mengamati akan timbul banyak pertanyaan dengan sendirinya kepada penjual.  

Masalah Pertama Muncul, Ban

Ban Momo termasuk jenis ban tubeless, yang dirancang tanpa memiliki ban bagian dalam, banyak sumber mengatakan bahwa jenis ban ini relatif kuat dan bandel dari kebocoran, tetapi berbeda dengan ban Momo. Bahkan saat baru sampai di Surabaya, saya cukup kesulitan untuk menuntun Momo dari pagar depan kos sampai memasuki area parkir, yang memang ada peraturan seperti itu untuk kenyamanan bersama.

Terasa sangat berat ketika dituntun, bahkan saya harus berhenti sejenak sebelum melanjutkan menuntunnya kembali. Saat ban saya pegang, saya tidak merasakan empuk yang sampai kempes, masih keras saat dipegang, dan memutuskan untuk menambah angin keesokan harinya saat akan berangkat ke kampus. Dua kali dalam seminggu, biasanya saya mampir ke tukang tambal ban untuk menambah angin ban depan juga belakang miliki Momo, memang sesering itu, hingga saya akrab dengan seorang bapak tukang tambal ban dekat kosan, Pak Dirmo, nama samaran.

Saya merasakan ada perbedaan sebelum dan sesudah ditambah angin, tentu setelah ditambah angin, cukup ringan menuntun Momo dari depan pagar kos sampai area parkir tanpa harus berhenti. Tetapi saya harus menyisihkan uang 3000 rupiah sekali tambah angin, sehingga dalam satu bulan ada pengeluaran tambahan sebesar 24.000 untuk ban Momo. Memang beberapa kali juga Pak Dirmo menolak upah karena kasihan, namun saya juga tidak mau merepotkan mata pencahariannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun