Saya memiliki kisah indah memilukan bersama motor kesayangan, saya beri nama "Momo", motor matic bekas warna hitam putih merah dengan merk Yamaha Mio J keluaran tahun 2013, memang tidak ada yang spesial dengannya, bahkan banyak sedihnya mengenang Momo dan perjuangan saat masih berkuliah di perantauan. Melalui tulisan ini, saya hanya ingin memberi Momo ucapan terimakasih, karena telah setia menemani selama 7 tahun ini.
Beli motor baru ataupun bekas, semua adalah pilihan, tergantung berapa budget yang dialokasikan untuk membeli motor, juga tergantung dengan tujuan dari membeli motor, apakah memang dibutuhkan untuk mobilitas yang tiap harinya menempuh jarak berkilo-kilo meter atau hanya dibutuhkan untuk jarak yang relatif dekat. Tentu keduanya sama-sama perlu disyukuri atas titipan rezeki yang Tuhan berikan.
Motor bekas ataupun baru tentu ada lebih kurangnya. Motor baru tentu secara harga lebih mahal, tetapi ada jaminan bahwa mesin, ban, dan body kendaraan masih mulus juga orisinal, berbeda dengan motor bekas yang memiliki harga lebih terjangkau, tetapi tidak ada jaminan bagaimana kondisi aktual mesin motor, juga riwayat jatuh yang pernah dialami.
Memutuskan Beli Motor Bekas
Salah satu alasan terbesar saya dalam membeli motor bekas adalah karena alasan harga, harga lebih ekonomis daripada beli baru di dealer, karena alasan itu pula, akhirnya saya bisa memiliki barang berharga secara cash, tanpa memiliki tanggungan cicilan yang dapat membuat hidup tidak tenang. Juga urusan persuratan seperti BPKB, STNK, dan juga plat nomor yang semua sudah tersedia cepat, sehingga siap dibawa berkendara jauh meskipun memang belum balik nama.Â
Di awal tahun 2018, ketika masih menjadi seorang mahasiswa, saya mendapatkan beasiswa pendidikan dari universitas, setelah bertelepon dengan orang tua, akhirnya uang tersebut diputuskan untuk dibelikan motor saja karena memang posisi sudah lunas membayar UKT (Uang Kuliah Tunggal), tetapi saya belum memiliki motor saat berada di perantauan.
Berbekal uang tersebut, ibu juga ayah membelikanku motor bekas agar tidak nambah banyak uang lagi, saat itu harga Momo dibandrol sebesar 7 juta rupiah. Setelah melewati tawar-menawar, akhirnya Momo yang saat itu berusia 5 tahun berhasil dipindah tangankan, saya hanya terima jadi melalui telepon yang saat proses pembelian, saya sedang berada di Surabaya.Â
Ada kesempatan hari libur dan saya gunakan untuk pulang ke rumah melihat motor baru. Setibanya di rumah, ayah begitu bersemangat menunjukkannya padaku wujud motor tersebut, karena memang cukup awam dengan otomotif, saya hanya melihat Momo dari sisi tampilan motor, dan menurut saya tampilan luar Momo cukup mulus. Begitu pula dengan Ayah, ayah orangnya tidak ribet, dan memilih mengiyakan daripada banyak tanya.Â
Libur pulang ke rumah memang biasanya tidak lama, hanya sekitar 2 hari saja, sabtu-minggu, senin pagi sudah harus kembali dengan menaiki kereta pagi ke Surabaya, hingga saya tidak sempat untuk mencoba mengendarai Momo saat di rumah, saya hanya berpesan kepada ayah untuk segera mengirimkan Momo ke Surabaya melalui jasa angkut paket motor yang ada banyak di stasiun. Tidak berselang lama, saya diberi kabar oleh pihak paket motor, bahwa motor saya, si Momo, sudah sampai di Stasiun Gubeng dan siap untuk diambil, tidak banyak yang disiapkan saat itu, saya hanya membawa bukti transaksi, KTP, STNK, juga sebotol pertalite dari kosan, karena tangki motor benar-benar kosong saat proses pengiriman.
Setelah spion kaca kembali dipasang oleh petugas, saya pun memasukkan pertalite ke dalam tangki bensin, dan mencoba menghidupkan mesin, Alhamdulillah tidak ada hambatan. Saya pun segera pulang dan berkendara dengan Momo selama kurang lebih 15 menit dari stasiun ke kosan. Padatnya Surabaya sore itu, saya nikmati dengan rasa syukur, karena akhirnya bisa berhemat untuk tidak selalu mengandalkan ojol setiap pergi-pulang kampus.
Bangun Komunikasi Santun Antara Pembeli-Penjual
Dalam transaksi jual beli motor, baik pembeli maupun penjual berada pada tingkat yang sama-sama membutuhkan, satu membutuhkan motor, dan yang satu lagi membutuhkan uang yang digunakan untuk modal tertentu. Â Hal ini tentu membutuhkan etika yang santun, baik dari kita sebagai pembeli terhadap penjual motor, begitu pula sebaliknya, agar tercipta komunikasi yang santai namun tetap saling mengutarakan kejujuran tanpa menutup-nutupi.Â
Komunikasi ini penting sebagai dasar informasi atas kondisi aktual motor, banyak bertanya tentu lebih baik daripada langsung beli mengiyakan, asalkan tetap dalam etika santun dan saling menghormati, sejak awal Anda juga harus memberikan pengertian bahwa Anda sedang mencari dan belum tentu resmi membeli dan memilikinya, untuk menghindari rasa kecewa dari penjual.Â
Komunikasi ini tentu membutuhkan waktu tidak hanya sehari pertemuan saja, bahkan bisa beberapa kali bertemu, semua bergantung dengan keyakinan Anda sebagai pembeli untuk segera memiliki motor tersebut. Tentu first impression kita sebagai pembeli juga harus berkesan baik, agar penjual juga mau meluangkan waktunya untuk kita dapat bertemu dan bernegosiasi.Â
Cek Fisik Motor Bekas, Jangan Hanya Fokus di Rupa dan Administrasi Saja
Tidak ada jaminan memang, apakah seluruh onderdil motor bekas masih orisinal dan layak pakai, susah susah gampang, apalagi jika pembeli kurang begitu familiar dengan motor dan permesinan. Sehingga langkah yang paling tepat adalah harus benar-benar memberanikan diri untuk bertanya pada pemilik terkait kondisi dan keadaan mesin motor, yang kemudian dicocokkan dengan persuratan yang ada, dan diakhiri dengan test ride, ibaratnya uji coba, apakah sinkron antara ucapan pemilik dengan surat juga kondisi real motor.Â
Saat melakukan cek fisik motor, Anda dapat mengajak kerabat maupun relasi yang mengetahui mesin dengan baik, sebagai pertimbangan yang dapat Anda ajak diskusi bersama. Apakah benar apa yang dikatakan penjual terkait kondisi motornya, atau semua ini hanya trik marketing saja? Â
Fisik motor yang perlu dicek pertama kali adalah pada bagian luar yang tampak oleh mata, mulai dari spion, jok motor, aksesoris, lampu, ban depan-belakang motor serta velg, dan juga body motor, apakah masih mulus atau sudah banyak goresan dan cat yang terkelupas, hal ini tentu akan mempengaruhi harga beli nantinya.Â
Setelah fisik luar dicek dengan teliti, selanjutnya adalah pada bagian mesin, mulai dari double starter bagi matic, fungsi lampu dekat jauh apakah aman, lampu sein kanan-kiri, suara klakson, gas dan rem apakah masih berfungsi normal, serta perlu juga melihat fungsi speedometer, odometer, juga indikator bensin, apakah semuanya masih berfungsi normal atau tidak.Â
Penting juga untuk menggali pertanyaan kepada penjual terkait kapan terakhir ganti oli, apakah sudah pernah ganti aki sejak pembelian pertama begitu pula dengan ban depan-belakangnya, serta apakah ada riwayat jatuh motor apabila terindikasi adanya banyak goresan di motor. Tentu setelah mengamati akan timbul banyak pertanyaan dengan sendirinya kepada penjual. Â
Masalah Pertama Muncul, Ban
Ban Momo termasuk jenis ban tubeless, yang dirancang tanpa memiliki ban bagian dalam, banyak sumber mengatakan bahwa jenis ban ini relatif kuat dan bandel dari kebocoran, tetapi berbeda dengan ban Momo. Bahkan saat baru sampai di Surabaya, saya cukup kesulitan untuk menuntun Momo dari pagar depan kos sampai memasuki area parkir, yang memang ada peraturan seperti itu untuk kenyamanan bersama.
Terasa sangat berat ketika dituntun, bahkan saya harus berhenti sejenak sebelum melanjutkan menuntunnya kembali. Saat ban saya pegang, saya tidak merasakan empuk yang sampai kempes, masih keras saat dipegang, dan memutuskan untuk menambah angin keesokan harinya saat akan berangkat ke kampus. Dua kali dalam seminggu, biasanya saya mampir ke tukang tambal ban untuk menambah angin ban depan juga belakang miliki Momo, memang sesering itu, hingga saya akrab dengan seorang bapak tukang tambal ban dekat kosan, Pak Dirmo, nama samaran.
Saya merasakan ada perbedaan sebelum dan sesudah ditambah angin, tentu setelah ditambah angin, cukup ringan menuntun Momo dari depan pagar kos sampai area parkir tanpa harus berhenti. Tetapi saya harus menyisihkan uang 3000 rupiah sekali tambah angin, sehingga dalam satu bulan ada pengeluaran tambahan sebesar 24.000 untuk ban Momo. Memang beberapa kali juga Pak Dirmo menolak upah karena kasihan, namun saya juga tidak mau merepotkan mata pencahariannya.
Saya juga telah berkonsultasi dengan Pak Dirmo, kenapa ban motor saya sering kempes, beliau menjawab kemungkinan ada kebocoran halus pada ban motor Momo, bisa karena faktor ban yang sudah tua, permukaan luar ban yang sudah halus, yang mana sulit mendeteksi sisi mana yang bocor.
Ganti Ban Baru, ternyata Belum Menyelesaikan Masalah
Setelah bertahan selama kurang lebih 7 bulan dengan tambah angin, saya memutuskan untuk mengganti ban baru, depan-belakang untuk Momo, saat itu, pasang sekaligus ganti ban di bengkel habis 500 ribu. Setidaknya investasi di ban daripada terus-terusan tambah angin.
Setelah 3 minggu pemasangan ban baru, tidak ada masalah pada ban Momo. Tetapi tepat di minggu ke 4 setelah pemasangan, sepertinya masalah ban Momo belum tuntas. Ban Momo kembali mengalami kempes yang ditandai dengan berat untuk dituntun. Sehingga harus kembali ke Pak Dirmo, dengan frekuensi yang tidak sesering dulu. Sepertinya, kali ini ada masalah di velg ban, entah kurang presisi atau apa, hingga akhirnya abai dan terbiasa.
Ternyata permasalahan Momo tidak hanya pada ban, tetapi juga pada mesin motor, beberapa kali juga Momo mogok, kalau saya hitung ada sekitar 4 kali, di starter elektrik tidak bisa, starter manual pun sama saja, permasalahan ada di AKI, biasanya kalau panggil montir akan strum AKI agar bisa kembali digunakan. Hingga mogok yang terakhir saya terpaksa ganti AKI atas permintaan montir, akibat AKI rusak dan memang sudah waktunya ganti setelah sekian tahun.
Drama mogok Momo pun akhirnya selesai, Momo pun berada pada performa terbaiknya, sampai akhir masa KKN dan penelitian skripsi yang mengharuskan berkeliling di Wilayah Surabaya Utara dan Timur setiap harinya. Saya memang awam terhadap motor beserta mesinnya, yang saya ingat hanya isi bensin, tambah angin jika ban kempes, ganti oli motor 6 bulan sekali, juga pajak kendaraan setahun sekali. Selebihnya mampir bengkel hanya jika mogok mesin.
Jika saya ditanya apakah menyesal membeli Momo? jawabnya tidak, karena memang sudah konsekuensi beli motor bekas akan ada biaya tambahan untuk pemeliharaan mesin, apalagi baik ayah maupun saya juga tidak terlalu paham mengenai kondisi awal Momo saat pertama kali dibeli.
Ada Rezeki Lebih, dan Memutuskan Beli Motor Baru Pengganti Momo
Sebut saja namanya Blue, honda BeAT CBS warna biru, sengaja mencari yang baru dari dealer, untuk menghindari kejadian yang sama dengan Momo, cukup berat memang berpisah dengan Momo, setelah bersama selama 7 tahun. Namun karena ada kebutuhan mobilisasi yang lebih sering dan jauh, akhirnya Momo diputuskan untuk dijual kembali guna tambahan modal.
Singkat cerita Momo laku 5.750.000, memang harganya menyusut dan tidak genap di angka 6 juta, karena di bulan Agustus ini waktunya Momo untuk bayar pajak, sehingga pembeli hanya berani membeli Momo di kisaran harga tersebut, dan selamat jalan Momo.
Saat akan melakukan test ride dengan Blue, saya cukup excited karena Odometer masih menunjukkan angka 0,1 KM yang menunjukkan bahwa saya adalah orang pertama yang berkendara dengan Blue. Setelah saya lihat dan bandingkan dengan motor Ibu dengan jenis yang sama yakni honda BeAT keluaran 2016, memang tidak banyak upgrade fitur, hanya banyak mempertegas lekukan dan body motor agar terlihat lebih tegas, pembeda ada pada cara bukaan seat/jok motor yang dikendalikan dari depan, satu tempat dengan lubang kunci. Selebihnya Allahumma Baarik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H