Selain itu dari segi tekstur juga perlu diperhatikan, misalnya lauk hewani ayam fillet goreng dengan tekstur krispi garing di luar dan lembut daging di dalam, maka untuk lauk nabati sebisa mungkin mencari tekstur yang berbeda, misalnya tahu sebagai lauk nabati bisa dibuat sup tahu dengan tekstur lembut yang dicampur dengan sayur mayur lainnya.
Menyiasati Food Waste yang Kemungkinan Timbul
Food waste atau sisa makan tentu ada kaitannya dengan olahan menu yang diberikan, mungkin sulit untuk setiap harinya menyesuaikan menu apa yang per siswa inginkan, apalagi jumlah penerima tidak hanya satu dua sekolahan namun seluruh sekolah di Indonesia.
Memang kuncinya satu, terus berinovasi terhadap menu juga selalu menerapkan siklus menu tiap harinya, bisa dibuat siklus menu 7 hari atau siklus menu 10 hari. Juga mungkin bisa diadakan evaluasi menu-menu yang disuka atau kurang disukai oleh siswa yang berasal dari laporan para guru untuk dibuat perbaikan saat pergantian menu nantinya.
Berdasarkan pengalaman saya saat bersekolah asrama yang mana disediakan makan 3x sehari, saya menyadari bahwa ada saatnya teman-teman memilih untuk tidak mengambil makanan yang menurut mereka kurang enak. Atau biasanya mereka hanya akan ambil jatah nasi saja, namun lauknya mereka beli sendiri di luar asrama sesuai dengan yang mereka ingini.
Memang makanan asrama terkenal sederhana dan apa adanya, jauh dari kata gizi seimbang, sering kali lauk hanya dengan tempe goreng dan sambal tomat, namun tetap nikmat karena tidak ada duanya. Namun saat ada menu baru yang sebelumnya belum pernah diberikan atau menu dengan lauk hewani yang jarang diberikan, seperti kare ayam atau lele goreng, teman-teman juga saya akan berburu mendapatkan posisi pertama untuk mengantri agar tidak kehabisan dan bisa memilih potongan yang lebih besar.
Food waste kemungkinan timbul apabila porsi yang diberikan lebih besar dari kebiasaan makan sehari-hari, ataupun karena lauk yang diberikan kurang sesuai dengan selera siswa. Tentu cukup sayang jika banyak makanan yang terbuang percuma dan berakhir di tempat pembuangan, sama saja dengan menyianyiakan anggaran negara.
Entah bagaimana skema pemberian makan bergizi gratis ini, apakah pemerintah nantinya akan memberikan makan bergizi lengkap dengan wadah sekali pakai seperti kotak nasi dari kertas atau masing- masing siswa membawa wadah makan sendiri yang bisa dipakai berulang kali, tentu pilihan kedua lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
Setiap sekolah setidaknya perlu menyediakan tempat cuci tangan atau wastafel yang dilengkapi dengan air mengalir dan sabun, agar keamanan pangan terjaga. Apalagi jika setiap sekolah ada tempat khusus yang di desain dengan istilah "ruang makan sekolah", yang di dalamnya terdapat bangku makan, wastafel, juga meja pengambilan nasi, lauk-pauk, juga sayur-buahnya yang mana siswa mengantri satu per satu menunggu giliran.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H