Sedangkan obesitas tentu diperuntukkan bagi anak-anak yang memiliki kelebihan berat badan, sehingga dalam dietnya dibantu dengan mengurangi asupan kalori dan lemak, serta menambah jumlah konsumsi serat dan tetap ada anjuran aktivitas fisik.
Sah-sah saja memang jika kebutuhan gizi sasaran mengacu pada tabel AKG, namun mungkin ada perhatian lebih untuk kelompok malnutrisi dan juga kelompok overweight hingga obesitas. Sehingga, lagi-lagi kerjasama lintas sektor diperlukan.
Misalnya, pihak sekolah bertugas untuk melakukan pengukuran tinggi dan berat badan dengan adanya pendampingan atau ada pelatihan sebelumnya. Setelah data terkumpul, selanjutnya menyetorkan data kepada lembaga atau pihak yang menangani program makan bergizi gratis untuk ditindak lanjuti terkait siswa-siswa yang perlu mendapat perhatian dalam pemorsian makan.
Lebih Baik Menu Disajikan berupa Pangan Utuh atau Modifikasi?
Dua-duanya baik asalkan tetap berasal dari real food yang tentu tidak memiliki banyak bahan tambahan pangan, misalnya lebih baik menggunakan olahan daging ayam daripada olahan sosis ayam sebagai sumber protein dalam sebuah menu yang diberikan.
Pertimbangan ini tentu berdasarkan kandungan zat gizi protein yang lebih unggul pada daging ayam daripada sosis. Adanya bahan tambahan pangan pada sosis ayam, seperti pengawet, pewarna, penyedap yang kurang baik bagi tubuh anak, jika terus-menerus diberikan. Â
Pangan utuh tentu baik dalam proses pengenalan kepada anak-anak tentang nama dan manfaat yang diperoleh, sehingga dalam benak anak akan tersimpan memori bahwa bahan makanan misal wortel, berwarna orange-kuning dengan sedikit rasa manis yang baik untuk kesehatan mata.
Biasanya first impression anak akan berlanjut sampai seterusnya, usahakan dalam proses pengenalan ini tidak melakukan kesalahan dalam proses pemilihan bahan pangan atau saat pengolahan yang menyebabkan anak trauma, misalnya adanya hazard biologi berupa ulat sayur pada menu tumis kacang.
Jika dinilai dari sudut pandang masalah anak-anak yang terkadang picky eater, pilih-pilih makanan, tentu pangan modifikasi atau pangan yang dibuat dengan campuran bahan lain dan seolah-olah menghilangkan bahan asli, bahkan rasa khasnya tersamarkan, maka strategi pangan modifikasi tentu akan lebih unggul.
Kita ambil contoh pada menu ayam goreng dan tumis wortel brokoli dengan menu nugget ayam sayur (wortel-brokoli) ditumis dengan menggunakan saos pedas manis. Mana yang akan lebih dipilih? Tentu bagi si penyuka ayam akan memilih menu pertama daripada menu kedua, namun bagi anak yang suka mencoba hal baru, maka akan memilih menu kedua.
Tampilan Menu Cukup Penting
Anak-anak bahkan orang dewasa sekalipun akan akan cenderung tertarik pada tampilan makanan yang menarik, bisa dari warna maupun bentuknya, tentu rasa juga tidak kalah penting.
Saya pernah belajar sebuah ilmu dasar kuliner bahwa penentuan menu dalam satu sajian harus mencapai keseimbangan, baik dari segi warna, tidak harus berwarna-warni memang, namun mungkin dari segi bumbu yang digunakan untuk jenis lauk nabati maupun hewani bisa dikreasikan, tidak hanya menggunakan satu jenis bumbu saja, misalnya penggunaan bumbu kuning dalam satu hidangan yang terdiri dari lauk nabati maupun hewani.