Mohon tunggu...
Zida Sinata Milati
Zida Sinata Milati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer, Content Creator, Writer

Seorang freelancer yang menyenangi dunia content creator dan kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Horor

Kakek Itu Tersenyum Kepadaku

24 April 2024   11:28 Diperbarui: 24 April 2024   19:30 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Senyuman Kakek | afifa art/Pinterest 

Kala itu di Ramadhan 2023, ada kebiasaan keluarga Ayu untuk selalu menservice mobil sebelum digunakan untuk mudik lebaran ke rumah nenek. Rumah Ayu berada di desa dan bengkel berada di kota, jarak antara rumah ke kota cukup jauh, sekitar 45 km.

Selain itu, satu-satunya akses untuk pergi ke kota adalah dengan melewati hutan-hutan jati minim penerangan sepanjang separuh perjalanan, mendekati ujung hutan ada air terjun cantik yang biasa dikunjungi pelancong tiap harinya, juga ada makam wali lokal yang dihormati oleh penduduk sekitar.

"Dek, nanti siang ikut aku ambil mobil di bengkel ya", kata Rifka kepada adeknya Ayu.

"Oke kak, naik motor bonceng berdua kan berarti?", Jawab Ayu

"Iya dek, nanti pulangnya kamu sendiri, bentar doang, cuman ambil, gabakal kesorean", Timpa Rifka

"Siap", Jawab Ayu

Keduanya pun bersiap-siap mandi dan berdandan, pukul 13.00 mereka akhirnya siap, sudah memakai jaket dan helm lengkap, tidak lupa membawa SIM serta kartu pengenal lain, keduanya pun berangkat dan tidak lupa berpamitan kepada Ibunya.

"Hati-hati nduk, selalu bersholawat di sepanjang jalan ya", ucap ibu sambil menyalami Ayu dan Rifka, disusul adik laki-laki keduanya, bernama Zafran yang baru berumur 5 tahun, berlari dan berpesan kepada kedua kakaknya untuk membelikannya tahu kekinian yang hanya membuka kedai di kota.

Saat perjalanan menuju bengkel, semuanya berjalan lancar tidak ada kendala, hanya udara terasa kian panas, ditambah mereka harus menahan lapar dan haus karena sedang berpuasa. Pukul 14.10 keduanya tiba di bengkel.

Yang menjadi masalah adalah sudah seminggu lamanya mobil itu dikirim ke bengkel, belum juga tuntas tindakan si montir. Katanya antrian membludak karena memasuki musim pemudik, untuk progres mobil, AC sudah kembali dingin, tinggal melakukan pembersihan menyeluruh, disebut salon mobil yang harus antri sekitar 2 mobil lagi.

"Wah pulang jam berapa ini kak nanti?" tanya Ayu pada kakaknya

"Gatau juga dek, nanti kalau udah jam 4 kamu ndang pulang aja, gapapa, kakak kan nanti naik mobil jadi tetap aman" jawab Rifka pada Ayu.

Sembari menunggu dan scroll beberapa sosial media, mereka pun cukup bosan dan Ayu mengajak kakaknya untuk pindah ke ruangan atas, sebuah mushola kecil yang masih berada satu lokasi dengan bengkel mobil, lumayan bisa beristirahat untuk meluruskan kaki.

Mereka tidak berniat untuk tidur pada awalnya, namun nyatanya keduanya ketiduran juga. Rifka sedikit panik saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 16.35, kemudian ia mencoba membangunkan Ayu yang masih tidur.

"Dek bangun, udah jam setengah 5, kamu nggak pulang, belum solat juga, ayo cepet" pinta kak Rifka.

Dengan setengah sadar, Ayu berusaha membuka kedua matanya dan membenahi jilbab yang sudah tidak berbentuk lagi. Keduanya pun turun ke bawah untuk berwudhu dan kembali ke atas untuk sholat berjamaah.

Setelah selesai sholat, Kak Rifka bertanya pada pak montir, "Kurang berapa lama lagi pak mobilnya selesai?" dan pak montir hanya menjawab, "Bentar lagi mbak, punyamu masih separuh proses, sabar nggih".

Ayu duduk melamun, pandangannya kosong, ia masih belum menyadari bahwa waktu sudah mendekati jam 5 tepat.

"Ayu, ndang pulang sekarang, keburu gelap, nanti beli bukaan dulu dijalan buat batalin puasamu, sekalian beliin Zafran tahu ya" ucap Kak Rifka.

"Iya kak aku pulang dulu ya" jawab Ayu dengan malas sambil memakai jaketnya.

Ayu pulang di jam 17.05, ia masih harus membeli es untuk buka puasanya dan tahu pesanan adiknya. Ayu memang terbiasa berkendara sendiri dari rumah ke kota, namun ini kali pertamanya ia harus pulang sendiri saat petang.

Setelah es dan tahu sudah berada ditangannya, Ayu memutuskan untuk pulang segera, ia pacu kecepatan lebih cepat dari biasanya, namun apa boleh buat, ternyata jalan juga banyak yang lubang ditambah beberapa jalan masih minim penerangan.

Ayu tidak takut pada begal atau apapun, yang ia khawatirkan adalah bertemu dengan mahluk selain manusia. Tiba-tiba Ayu teringat cerita-cerita kenalannya bahwa ada tikungan kecil yang berada di dekat air terjun, banyak dari mereka yang mengalami kejadian mistis, entah bertemu anak kecil, ular besar yang melintas dan tidak kunjung putus, dan sebagainya.

Masih teringat ucapan ibunya, Ayu terus membaca sholawat sepanjang perjalanan dibarengi jantung yang berdebar akan kecemasan itu. Suara adzan pun terdengar di jam 17.45 dan Ayu masih berada di setengah perjalanan.

Ayu sengaja belum membatalkan puasanya, apalagi berhenti untuk sholat maghrib di masjid/mushola yang ia temui, karena takut jika berhenti maka semakin malam ia sampai rumahnya dan semakin memiliki peluang besar untuk bertemu mahluk halus, pikirnya.

Saat mendekati lokasi air terjun, jantung Ayu semakin berdebar kencang, ia sengaja memelankan kecepatan motornya menunggu kendaraan lain lewat bersamanya, namun tidak juga ada kendaraan lain yang menyusul. Ayu dilema, jika berhenti tidak mungkin, karena posisi di tengah hutan, dan jika menunggu harus berapa lama lagi.

Ayu pun semakin dekat dengan lokasi yang dimaksud, tiba-tiba Ayu merasakan hawa dingin yang membuat bulu kuduknya merinding, tepat setelah tikungan, Ayu menengok dari kaca spion kirinya, dan melihat ada sosok kakek tua berbaju putih duduk menumpang dibelakangnya sambil tersenyum, tubuhnya kurus, sampai terlihat tulang pipinya, giginya habis, dan rambutnya juga terlihat memutih.

Sekilas melihat sosok kakek tersebut, Ayu hanya bisa merem sambil terus menge-gas motornya, Ayu berucap takbir kencang sangking paniknya, "Allahu Akbar... Allahu Akbar...."'

Dengan memberanikan diri, Ayu mencoba kembali melihat jalan depan agar tidak terjatuh, dan kembali melihat kaca spion kirinya dan mendapati sosok kakek tua itu sudah tidak ada. Lega akan hal tersebut, Ayu mencoba meraba tubuhnya bagian belakang karena khawatir ada benda aneh yang menempel padanya. Nyatanya juga tidak ada.

Ayu semakin lega karena akhirnya ada mobil box putih yang membersamainya. Sampailah Ayu dengan selamat sampai rumah pada pukul 18.05, setelah itu ia bercerita kepada ibu dan adik laki-lakinya, tak berselang lama, kak Rifka juga datang.

"Ya Allah, untung selamet ya Nduk, lain kali kalau adzan maghrib tiba mending berhenti dulu buat sholat di masjid/mushola habis itu meneruskan perjalanan lagi", nasehat ibu.

Ayu memang memiliki kepekaan terhadap mahluk-mahluk halus yang berada di dekatnya, ia memperolehnya dari almarhum ayahnya yang dulunya adalah seorang kyai desa yang bisa mengobati orang sakit dan menerawang kejadian-kejadian tertentu.

Ayu masih penasaran dengan senyuman sosok kakek di tikungan itu, apakah kakek hanya murni ingin menyapa atau Ayu melakukan kesalahan tertentu. Sampai saat ini Ayu memilih untuk tidak membahasnya dan menghindari jam sore saat berada di perjalanan.  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun