Memang saya juga masih berusaha untuk terus istiqamah untuk mengirim alfatihah pada Abah setiap selesai salat fardhu dan berziarah ke makam setiap satu minggu sekali. Tapi nafsu seringkali menghambat iktikad baik ini. Â
Dulu, saya sempat takut untuk sekedar lewat TPU setempat, karena banyak kejadian horror dari mulut ke mulut yang makin menambah rasa takut saya, pertama ada kejadian penumpang bis malam hari yang diturunkan di TPU, orang tersebut meyakini bahwa ia diturunkan di depan rumah gedongan mewah, namun setelah masuk, ia sadar bahwa rumah tersebut lama-kelamaan berubah menjadi TPU.
Kedua, ada banyak kejadian kecelakaan di area depan TPU, masyarakat sekitar meyakini bahwa ada penunggu usil di pohon besar dekat TPU yang kerap menganggu pengguna jalan. Karena semakin sering terjadi kecelakaan, akhirnya masyarakat desa sepakat untuk menebang pohon besar tersebut, namun anehnya penebang pohon jatuh sakit selama kurang lebih 3 hari setelah proses penebangan berhasil.
Semenjak jasad Abah ikut dimakamkan di TPU tersebut, dan saya serta keluarga kerap berkunjung, kami menjadi terbiasa dan rasa takut tersebut lambat laun luntur. Saya percaya jika datang dengan niat baik dan adab yang sopan, InsyaAllah tidak ada gangguan.
Ramadan tahun ini datang lebih cepat dari tahun lalu, biasanya setiap ramadan identik dengan cuaca panas tiap siang, namun tahun ini berbeda. Hari-hari masih sering hujan, seakan menjadi hadiah bagi umat muslim agar tidak merasa terlalu haus dan letih saat menjalani kurang lebih 14 jam berpuasa.
Semoga di Ramadan tahun ini, kita selalu diberikan kesehatan hingga akhir dalam menjalankan serangkaian ibadah dengan pahala berlipat ganda, serta diberikan kesempatan untuk bangun di malam lailatul qadar. Â Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H