Malam itu, di dalam gerbong cukup sepi, enam kursi yang harusnya diisi oleh 6 orang, dari awal hingga akhir hanya saya yang mengisi, Alhamdulillah, bisa selonjoran kaki dan melepas sepatu, karena entah kenapa sejak dari Stasiun Surabaya Gubeng, kaki bagian bawah cukup terasa sakit saat dibuat berjalan, apalagi saat akan naik KA Blorasura sempat dibuat lari-lari. Semoga baik-baik ya kaki.
Pukul menunjukkan 21.00 WIB, saya pun melayangkan chat Whatsapp kepada kakak "Kak, dah nyampek Stasiun Bojonegoro", untung ada kakak yang bersedia menjemputku kapan saja, dan jawabnya "Ok siap". Malam itupun sama halnya seperti malam saat akan berangkat ke Malang, diiringi hujan cukup deras.
Sampai di kos kakak, pertama kali yang ingin saya lihat adalah, kondisi kaki saya, karena masih saja terasa berat dan sakit, setelah sepatu dibuka dan kaos kaki dilepas, benar saja, kedua kaki saya bengkak, mulai lutut hingga telapak kaki. Â Kakak pun nyeletuk "Kebanyakan duduk itu kamu", saya pun senyum sinis, sambil memijat-mijat kaki perlahan. Â
Akhirnya penjelajahan 5 stasiun usai, saya pun memutuskan menginap semalam di kos kakak, dan keesokan harinya harus naik sepeda motor selama kurang lebih 45 menit untuk mencapai rumah. Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan namun saya cukup menikmatinya sebagai solo backpacker pertama dalam hidup saya.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H