"Bu, ini masih kurang balita sio (nama samaran), apa memang belum dikasih tau ya kemarin kalau hari ini ada penimbangan SKI?" tanyaku pada ibu kader
"Sudah mbak, susah emang ibunya kalau diajak timbangan, ada aja alasannya," jawab bu kader.
"Oh ya sudah nanti kita datang ke rumahnya saja," jawabku
Dalam hati kecilku bertanya-tanya, sebenarnya apa sih alasan ibu Sio tidak rutin membawa balitanya ke posyandu? Saya tidak ingin hanya menyalahkan Ibu Sio dalam hal ini, karena bagaimanapun ada banyak faktor yang menyebabkan Ibu Sio tidak datang penimbangan tiap bulan untuk memantau tumbuh kembang buah hatinya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saputro dkk (2022) diketahui bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi balita tidak hadir di posyandu yaitu ibu balita yang tidak memiliki waktu karena bekerja, kualitas pelayanan di posyandu, dan kurangnya pengetahuan ibu balita mengenai manfaat posyandu.
Posyandu tiap bulan digunakan oleh para ibu untuk dapat memantau pertumbuhan anak-anak mereka. Selain itu, anak-anak akan diberi PMT (Pemberian Makanan Tambahan) yang bergizi, sarana menimba ilmu dan berkonsultasi mengenai tumbuh kembang balita baik kepada kader, ahli gizi atau bidan desa, serta wadah untuk saling berbagi pengalaman, apakah sudah melakukan fungsinya dengan baik? Ataukah posyandu hanya sebagai sarana pengukuran, dapat makan, lalu pulang?
Jika terkendala akibat Ibu yang bekerja karena waktu posyandu dan bekerja sama-sama di pagi hari, mungkin dapat dibuat lebih fleksibel waktunya, dalam satu hari jadwal posyandu dapat dilakukan dalam 2 sesi, sesi pagi dan sesi sore. Memang lebih membutuhkan effort, namun langkah kecil ini perlu dilakukan jika memang pemerintah ingin mewujudkan zero stunting.
Selain itu, mungkin dalam setiap bulannya juga perlu dilakukan musyawarah antar kader, ahli gizi, dan ibu balita, mengenai apa-apa saja yang perlu dijadikan perbaikan posyandu bulan depan, yang dapat meringankan kedua belah pihak.
Diharapkan bagi ibu balita untuk lebih aktif ke posyandu agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapar terpantau. Selain itu, kader posyandu dan petugas kesehatan perlu melakukan sosialisasi pentingnya membawa balita ke posyandu dan manfaat posyandu.
Referensi :
- Ni'mah, Cholifat un dan Lailatul Muniroh. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu Dengan Wasting Dan Stunting Pada Balita Keluarga Miskin. Media Gizi Indonesia. Vol. 10, No. 1 Januari-Juni 2015: hlm. 84-90.
- Saputro, Fahrul Rozi , Gina Yola Okvitasari, dan Ira Saphira Maulidha. 2022. Faktor Balita Tidak Hadir Di Posyandu Rambutan Desa Yosomulyo Kecamatan Gambiran Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Service), vol 6 no 2 Tahun 2022, halaman 363-372
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H