Mohon tunggu...
Ziaw Noha
Ziaw Noha Mohon Tunggu... Akuntan - Menulis adalah nafasku

Aku menulis karena aku mencintainya. Di setiap ide-ide yang terlintas dalam benakku, di setiap aksara yang tergores dari penaku dan di setiap kebenaran yang terpancar untuk masyarakatku. Sungguh, aku mencintainya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan di Bulan Proklamasi

16 Agustus 2023   06:30 Diperbarui: 16 Agustus 2023   09:19 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://olipeoile.files.wordpress.com/

Jantung Agus seketika berhenti berdetak mendengar suara itu. Dia melihat gadis pujaannya sudah berdiri di depannya. Agus menelan ludah. Setelah 7 tahun tidak berjumpa, Maria semakin menawan hatinya. Selama ini Agus tak pernah berani meminta panggilan video saat berkomunikasi dengan Maria. Hanya sebatas chat dan itupun sangat singkat sekali Maria membalasnya. Tak ubahnya seperti saat masih sekolah dulu, Maria lebih banyak diam.

Agus berdiri mempersilahkan Maria duduk. Dalam hati dia merutuki dirinya yang masih kikuk di hadapan Maria. Agus bahkan tak kuasa walau hanya untuk sekedar mengucapkan, 'Silahkan duduk'. Aurora kecantikan Maria sekali lagi berhasil membekukan seluruh arus darah dalam pilar-pilar nadinya.

"Apa kabarmu?"

Agus hanya menganguk dan tersenyum. Berusaha menguasai diri. Dia mengambil gelas minuman di depannya agar lebih tenang.

"Aku tahu kau ke Jakarta untuk mencariku."

Agus terbatuk-batuk. Baru saja dirinya sedikit bisa mengendalikan perasaan, tapi seketika ambyar mendengar kata-kata Maria. Agus menatap gadis di depannya dengan tatapan, 'Tahu dari mana?'

Maria tersenyum melihat tingkah konyol Agus. Seolah mengerti maksud pertanyaan Agus, Maria menjawab, "Temanmu yang memberitahuku."

Wajah Agus merah padam. Dalam hati dia mengutuk teman kantornya yang tak bisa menjaga rahasia. Tapi salah Agus juga, kenapa Dia sangat euforia sekali ketika mendapatkan akun Maria sampai menceritakan segala perasaan yang lama dipendamnya.

"Aku senang sekali mendengar bahwa kau juga mencintaiku."

Agus mengernyitkan keningnya.

"Juga?" Akhirnya Agus berhasil mengeluarkan sepatah kata. Benar-benar se-patah kata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun