Cenderung anak-anak bisa lebih pintar dan canggih dibandingkan orang dewasa. Sebagai contoh anak-anak balita saat ini sudah bisa menyalakan dan membuka gadget milik orang tuanya, bahkan mengotak-atik hingga memainkan game.Â
Sebagian orang tua ada saat ini ada yang masih susah mengisi pulsa sendiri, menyimpan nomor baru dan menggunakan aplikasi tertentu hingga membaca google map.
Kemampuan belajar cepat dan rasa penasaran yang tinggi membuat anak-anak mudah menguasai suatu teknologi yang baru dibandingkan orang dewasa. Salah satu efek yang ditimbulkan secara tidak langsung adalah munculnya rasa lebih hebat dalam diri anak-anak terhadap orang dewasa.
Sebuah sekolah yang saya ajar merupakan sekolah elit di mana biaya masuknya hingga puluhan juta, fasilitas lengkap dan masing-masing siswanya belajar tidak menggunakan buku tulis lagi melainkan laptop.Â
Ketika memasuki ruang kelasnya, saya cukup terpesona dengan kelengkapan fasilitas belajarnya, meja belajar yang begitu elit, sebuah TV besar di depan kelas, jumlah siswa yang tidak membludak, dan berbagai kemewahan yang terpancar dari isi kelas. Suasana ini begitu asing bagi saya di mana baru kali ini saya mengajar di sekolah yang begitu elit.Â
Saat memulai pelajaran saya mulai dari hal yang paling dasar. Mereka merasa kesulitan dengan pelajaran yang saya ajarkan disebabkan pelajaran bahasa asing.Â
Mereka pun mengeluh, hingga saya berkata, "Lakukan semampu kalian", tapi mereka tetap mengeluh sepanjang pelajaran, hingga saya katakan, "Kalian harus berusaha keras".
Spontan ada yang menjawab perkataan saya, "Gimana bapak ini, tadi bilang semampunya sekarang bilang kerja kelas!" Dia berbicara dengan nada sinis.Â
Saat itu saya begitu syok mendengar kata-kata yang keluar mulut siswa ini. Bagaimana bisa kata-kata kasar itu dikeluarkan kepada gurunya. Apakah dia tidak berpikir untuk mengatakan itu?Â
Apakah baginya kata seperti itu adalah wajar disampaikan kepada seorang guru? Apakah tidak ada yang menegurnya selama ini hingga dia dapat berbicara sekasar itu pada gurunya?Â