Mohon tunggu...
Zia Mukhlis
Zia Mukhlis Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Jurnalis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bisnis Mahasiswa Indonesia di Mesir Amburadul?

11 April 2019   10:07 Diperbarui: 12 April 2019   09:50 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lihat saja untuk membuat gulai khas Padang saja ada banyak bumbu yang dipakai, ini menunjukkan selera kita dan kreativitas orang Indonesia lebih tinggi daripada orang Mesir. Bagi orang Mesir ngemil bawang merah adalah biasa bagi mereka, bagi kita?! Mana kuat!

Lalu kita perhatikan jumlah Masisir yang berbisnis akan kita temukan jumlah yang tidak sedikit, alias banyak! Bisa kita lihat ada berapa grup jual beli Masisir di Whats App. Bisa jadi ada puluhan atau ratusan. Untuk grup pembisnis bagasi pesawat saja ada belasan, belum lagi yang lain. 

Pada grup-grup perhimpunan seperti kekeluargaan, organisasi, jurusan, komunitas dan lainnya pasti akan kita temukan ada yang promosi barang jualannya. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa semakin kesini ledakan bisnis di Masisir akan semakin besar. Ritme bisnis Masisir pun berubah-rubah, dahulu kebanyakan orang bisnisnya adalah membuka restoran atau rumah makan, lalu ada yang mengkomersilkan bagasinya yang kosong, mulailah berbondong-bondong Masisir menjadi pembisnis bagasi pesawat. 

Sebab keuntungannya sangat besar jika seseorang sudah menjadi members dari sebuah maskapai. Dengan keuntungan yang berkali lipat dibandingkan dengan bekerja di rumah makan selama sebulan. Ditambah lagi dengan permintaan barang  yang tinggi dari Indonesia ke Mesir. Maka bisnis bagasi menjadi lahan basah bagi Masisir.

Namun sekarang ada tantangan baru bagi pembisnis bagasi, khususnya bagi mereka yang telah menjadi members bagi maskapai langganannya dengan dikuranginya jumlah bagasinya, yang semula 46 kg kini menjadi 40 kg atau kurang lagi. 

Memang hanya 6 kg atau berapa kg yang dikurangi, tapi setelah dihitung-hitung beberapa kg yang hilang itu nominal uangnya ternyata cukup banyak dan merugikan. Bagaimana para pembisnis bagasi menghadapi tentangan ini kedepannya? Apakah bisnis bagasi akan tetap eksis dengan berkurannya kapasistas bagasi maskapai langganan mereka?

Dengan banyaknya grup Whats App dan Facebook jual beli dan bisnis Masisir, boleh kita anggap ada sekitar 10% Masisir yang melakukan praktek bisnis di Mesir. Andai Masisir ada sebanyak 7000 orang maka ada 700 orang yang berbisnis. 

Wah, ini angka yang fantastis untuk meningkatkan ekonomi Indoneisa dan Mesir. Tentu angka 700 orang adalah angka hitungan kasar, boleh jadi benar boleh jadi tidak, bisa jadi angkanya lebih besar lagi dan bisa jadi lebih kecil, sebab belum ada surve yang melakukan penelitian atas persentase pembisnis di Masisir.

Kenapa berani menetapkan angka 700 orang sebagai pembisnis di Masisir?

Sebelumnya, 700 orang ini bukan saja untuk para Masisir pembisnis, masuk juga padanya Masisir yang bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Baik bekerja dengan orang Indonesia di restoran, travel, guru, dan lainnya. Lalu mereka yang bekerja dengan orang Mesir, seperti kerja di hotel, jual tiket dan lainnya. 

Nah ini adalah kategori pertama dari 700 orang tadi, yaitu pekerja. Kedua adalah pembisnis, mereka yang punya barang, produk dan jasa tertentu yang dikomersilkan, ini yang paling banyak. Pembisnis bisa dikategorikan juga, ada pembisnis aktif dan pembisnis pasif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun