Salahkah Socrates hingga ia diracun? Semua orang sepakat bahwa Socrates adalah orang bijak, namun ternyata elite politik anti dengan pikirannya yang membuat orang berpikir tersebut alias mencerahkan. Namun begitulah orang yang menyerukan kebaikan, akhirnya selalu tragis dan kita mengenangnya sebagai pahlawan.
Tapi ternyata di zaman itu masih ada orang bijaksana lainnya. Plato menyebutnya Si Socrates yang gila. Ya, ia memiliki misi yang sama seperti Socrates mencerahkan pikiran-pikiran masyarakat tapi dengan gayanya yang konyol, alias lucu, makanya Plato memanggilnya Socrates yang gila. Siapakah dia? Kita panggil dia, Diogenes.
Diogenes adalah filosof yang hidup sezaman dengan Plato. Kedua tokoh besar ini sangat kontras, mulai dari cara berpikir hingga hubungan dengan elite politik. Jika Plato memiliki murid yang hebat seperti Aristotales yang dekat dengan elite politik, maka Diogenes sangat tidak tertarik dengan elite politik. Bukti kedekatan Aristotales dengan elite adalah dengan pernahnya ia menjadi guru dari pahlawan agung Alexander The Great.
Sedangkan Diogenes disalah satu kisahnya dengan Alexander; Syahdan, suatu hari Alexander berkunjung ke gubuknya Diogenes. Alexander mengatakan,"sebutkan apa permintaanmu akan ku kabulkan. Jika kau ingin tahta, uang dan apapun akan ku kabulkan, Diogenes?", Diogenes kebetulan waktu itu sedang berjemur dibawah terik matahari, dengan jengkel ia menjawab, "cukup anda minggir yang mulia, saya ingin menikmati cahaya matahari".
Itulah potongan kisah Diogenes dengan Alexander The Great sang penguasa sepertiga dunia yang membuat kita geleng-geleng kepala
 Namun begitulah Diogenes ia tak peduli dengan jabatan elite sedikitpun. Pernah juga suatu hari Diogenes memberi suatu kajian, tapi tak ada seorangpun yang mendengarkannya.
Maka ia pun menari-nari sambil bersiul, sontak orang-orangpun mengerumuni dirinya. Diogenespun berhenti dan berkata, "kalian orang-orang idiot. Kalian tidak tertarik dengan kajian kebijaksanaan, tapi tertarik dengan hal konyol".
Seolah Socrates hari ini adalah Habib Rizieq Shihab, kenapa demikian? Sebab seolah ia hari ini keluar dari gelangga pertempuran layaknya Socrates yang diracuni. Dengan berdomisilinya ia hari ini di Arab Saudi serta terbatasnya pergerakannya untuk memimpin umat membuatnya seperti Socrates yang mendapatkan pertentangan dari elite politik.
Apa salah kedua orang ini? tidak ada, yang dikatakan keduanya adalah benar dan haq. Sempat Buya Yahya memuji Habib Rizieq karena berani bicara lantang dengan elite politik. Bukankah menyampaikan kebenaran kepada penguasa adalah berat. Dan tugas berat ini ditampuhnya sendiri.
Dan  yang terjadi saat ini  mirip dengan yang dialami Socrates, terbuang. Walau kita berharap beliau kembalike gelanggang lagi.