Hari ini dan hari-hari sebelum ini kita sebagai penonton pentas politik tentu menyaksikan bagaimana kemeriahan, konflik dan kekonyolan yang sedang terpentaskan dihadapan kita. Serang dan saling menyerang selalu terjadi antara tokoh ini dan tokoh itu. Lapor demi lapor juga acap terjadi seolah tugas polisi hanya mengurus sentimen para elite. Â Dari sentimen-sentimen itu berakhir dengan kegaduhan hingga masing-masing lupa dengan kewajiban yang seharusnya. Entah sampai kapan kita akan menyaksikan episode konflik ini, rasanya setiap episode adalah konflik, disangka konflik-konflik sebelumnya adalah klimaks, tapi kemudian datang lagi konflik baru. Jemu juga penonton dibuatnya.
Sang sutradara tak perlu memperkenalkan peran para pemainnya di credititle nanti, penonton dengan sendirinya bisa menilai siapa yang antagonis dan siapa yang protagonis. Dan ternyata semakin kesini alur ceritanya semakin menarik dengan muncul tokoh-tokoh baru yang unik dengan pesonanya sendiri.
Awalnya penonton sudah muak bin bosan dengan alur yang berulang-ulag dan datar, tiba-tiba muncul tokoh baru yang membuat alur cerita lebih meriah bahkan acap bikin ketawa penonton pecah.
Tokoh baru ini seperti pahwalan yang membawa cahaya dari kekelapan konflik yang bertele-tele. Sikapnya agak bebas hingga bisa masuk kemana saja, ucapannya ceplas-ceplos tapi benar, dan ocehannya selalu bikin orang terpikal tapi setelah itu orang merenung dari ocehannya tersebut. Siapakah dia?
Sekarang kita kembali ke masa Sebelum Masehi (SM), yakni era Yunani Kuno. Era yang tak jauh berbeda dengan kita hari ini, masyarakat sibuk dengan pencariannya masing-masing, tak peduli tentang hakikat dirinya, dan lebih memilih mengikuti alur yang ada.
Lalu muncullah seseorang yang bernama Socrates. Seorang filosof dan guru yang sangat dihormati. Setiap kalamnya adalah kebijakan, pribadinya luhur dan rendah hati.
Saking rendah hatinya saat dipuji oleh temannya Oracle delphi, "anda adalah orang paling bijak", iapun pergi untuk membuktikan bahwa ia bukanlah seorang yang bijak.
Ia pergi berdiskusi dengan orang-orang besar di masyarakat untuk membuktikan bahwa ia hanyalah orang bodoh. Walaupun alhasil yang menang dalam diskusi adalah Socrates namun tetap ia merasa orang paling bodoh.
Hingga keluarlah sesuatu dari lisannya Socrates yang hingga hari ini dikutip oleh banyak orang,"satu-satunya yang aku tahu adalah bahwa aku tidak tahu apa-apa".
Socrates adalah orang bijaksana yang diakui oleh masyarakat Yunani Kuno. Ia tak pernah mengajarkan dan mendiktekan orang lain, ia hanya bertanya dan membuat orang lain berpikir akan hakikat dirinya dan kehidupan ini. Hingga lawan bicaranya merasa tercerahkan oleh pikirannya sendiri, padahal yang mengarahkannya adalah Socrates.
Namun sayangnya hubungan Socrates dengan elite politik tidak harmonis, ia dituduh telah meracuni pikiran anak-anak muda. Hingga akhirnya ia diberi racun dan mati.