Ketika disebutkan "Mesir" apa yang terbayang olehmu? Ya!... Pyramid, Spinkx, Sungai Nil dan unta kali ya. Tapi Mesir bukan itu saja, masih banyak hal menarik lainnya yang belum kamu ketahui khususnya bagi kamu yang akan liburan ataupun belajar di bumi padang pasir ini. Yuk kita lanjutin!
Mesir, sebuah negara republik yang berada di benua Afrika. Walau posisinya di Afrika namun masyarakatnya sendiri tidak menganggap bahwa mereka adalah orang Afrika, malahan pernah suatu kali saya naik bus om keneknya malah nyorakin orang dari negara Nigeria (berkulit hitam) dengan 'afrika', "hoi Afrika gimana kabarmu?", loh wong kamu kan juga afrika? Bingung saya dalam hati.
Jika kita ke Jepang yang paling pertama kita ingat adalah masyarakatnya, nah Mesir pun demikian karena masyarakat adalah sesuatu yang tak terpisahkan dari Mesir, jadi kalo jalan-jalan ke Mesir masyarakatnya jangan dilupain ya, masa mereka diduain sama Spink, kan gak enak.
Untuk mengenal masyarakat Mesir tak cukup dengan pandangan pertama, karena biasanya para pelancong pasti akan kecewa dengan Mesir ketika mereka liburan ke sini. Â Untuk masyarakat yang hidup di daerah panas dan jarang hujan sudah sewajarnya mereka berwatak tempramen, suka emosian, marah-marah dan nada suaranya tinggi.Â
Awal-awal saya tinggal di Mesir memang agak kaget lihat sesama mereka sering kelahi, ternyata setelah lama itu memang bagian dari muamalah sesama mereka yang biasa, sampai-sampai sayapun harus ngomong agak kasar kepada mereka, jika tidak tentu maksud saya tak sampai dan mereka tak paham. (kasar menurut kita, sopan menurut mereka).
Walau mereka berwatak tempramen namun kalo udah berhadapan dengan orang wafidin (non Arab) mereka lembutnya minta ampun, apalagi jika kita bisa lahjah atau gaya ngomong mereka senang banget mereka mungkin bisa murah kita beli cabe, hehe. Kita orang Indonesia sangat terkenal di Mesir, tahu kenapa? karena kita rame di sana dan kita orangnya sopan-sopan. Dari jumlah mahasiswa saja mungkin sampai 5000-an atau lebih belum lagi ditambah dengan TKI, udah bisa pemekaran kecaman tuh.
Tak dipungkiri lagi para syekh (guru) dan dosen pun banyak yang suka dengan sifat kita orang Indonesia yang sopan santun, bicara apabila ditanya dan saat bicarapun penuh rasa hormat kepada guru, beda dengan teman-teman kita orang Mesir yang suka langsung-langsung dan berani banget.
Untuk yang pengen jalan-jalan dan melanjutkan studinya di Mesir adalah sangat direkomendasikan karena biaya hidup di Mesir bisa dikatakan cukup murah. Untuk kurs saat ini 1 Pond (Mesir)= Rp. 809, murahkan? 1 pond itu udah bisa beli biskuit, apalagi kalo 1,5 Pond udah bisa beli Indomie. Eh.., di Mesir banyak orang jual Indomie loh.
Dengan mata uang kita yang tinggi maka untuk jalan-jalan tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal. Saya pribadi mungkin dengan biaya hidup Rp. 500.000 sudah bisa hidup selama sebulan, termasuk didalamnya sewa rumah, makan dan jajan lainnya. Murah coy ayo ke Mesir! Siapa bilang negara kita miskin, nih buktinya !
Hal yang paling menarik lagi dari Mesir adalah Mesir bukan negara 'kaya'! bisa dikatakan Mesir adalah negara miskin, mungkin Ust. Abdul Somad udah sering bicara ini di ceramahnya. Memang benar, Mesir tidak memiliki minyak, kayu aja mahal disini, sebagian besar wilayahnya adalah padang pasir, masyarakatnya banyak hidup di sekitar sungai Nil. Namun walau demikian untuk berinfaq atau memberi rasanya masyarakat Mesir adalah yang nomor satu di dunia. Negara Saudi jika berinfaq itu sudah wajar karena mereka adalah negara kaya, ini Mesir yang 'miskin'.
Saya mulai dari orang  Mesir yang kayanya dulu, sekedar informasi saja, kami mahasiswa Al Azhar University setiap minggunya diberi sembako oleh pemilik supermarket Aulad Ragab masing-masing 5 kg beras dan satu ekor ayam, dibagikan setiap minggunya kepada 500 orang, coba bayangin berapa kilogram si bapak ini berinfaq untuk warga Indonesia, berapa ekor ayam yang sudah ia  berikan selama ini dan berapa banyak warga Indonesia yang telah ia beri makan. Saya gak tahu apakah ada orang seperti ini di Indonesia.Â
Ada lagi Yayasan Abu Ainain yang tiap bulannya memberikan kami mahasiswa Al Azhar santunan sebanyak 50 Pond, saya gak tau berapa banyak orang yang dikasihnya yang jelas orang Indonesia, Thailand, Nigeria dan lainnya banyak yang ia santuni. Subhanallah.
Belum selesai guys, itu masih orang kayanya belum lagi yang miskin dan biasa-biasa saja. Jika anda sempat shalat Jum'at di Masjid Al Azhar akan anda temukan usai shalat jum'at ada orang yang membagikan roti di pintu keluar.Â
Bahkan pernah pengalaman saya pribadi usai shalat jum'at di salah satu masjid dekat rumah, seperti biasa ada yang membagikan makanan di pintu keluar, kebetulan waktu itu saya tidak mendapat bagian, tapi di luar telah menunggu anak kecil dengan menenteng asoi kecil seraya membagikan permen kepada orang yang lewat. Allahu Akbar! Mereka bukan orang kaya.
Sungguh pemandangan yang amat sukar saya temukan di Indonesia. masyarakat yang setiap saat tak berhenti-henti bertasbih dan bersholawat, memang watak mereka tempramen namun ada nilai-nilai kebaikan yang menutupi sisi kekurangan mereka.
Saat Ramadhan adalah saat dimana sisi Nabi Musa mereka keluar, dimana setiap orang berlomba-lomba untuk memberi makanan kepada orang yang berpuasa.Â
Tentu kami yang mahasiswa miskin ini menjadi lahan basah untuk tempat beramal mereka masyarakat Mesir. Di banyak Masjid ada namanya Maidah Rahman tempat mereka membagikan makanan bagi yang hendak berbuka puasa, bukan sekedar takjil yang mereka bagikan tapi nasi, sepotong daging besar, seperempat ayam(ayam dipotong empat), serta buah-buahan dan minuman manis. Subhanallah. Perlu diingat Maidah Rahman ini bukan saja berada di satu titik tapi di berbagai titik bahkan berdekatan.
Masih banyak lagi kedermawanan masyarakat Mesir terhadap kami mahasiswa Indonesia. bisa dikatakan telah besar jasa Mesir terhadap kami, selama bulan puasa tak ada uang kami yang keluar sepersenpun karena banyak makanan yang kami dapatkan, bahkan sampai diantar kerumah kami. Belum lagi biaya kuliah yang sangat murah sekali (nantikan ditulisan selanjutnya tentang serba serbi kuliah di Universitas Al Azhar).
Butuh waktu empat tahun bagi saya untuk mengenal masyarakat Mesir, benar cakap orang, "emas itu adanya di lumpur". Banyak hal lain yang belum saya tuliskan disini, silahkan datang sendiri ke Mesir dan rasakan decak iman anda. Semoga tulisan ini bermanfaat dan sebagai bentuk rasa syukur saya pernah hidup di bumi para nabi ini. Berkah, itulah kata yang cocok untuk negara Mesir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H