Saya mulai dari orang  Mesir yang kayanya dulu, sekedar informasi saja, kami mahasiswa Al Azhar University setiap minggunya diberi sembako oleh pemilik supermarket Aulad Ragab masing-masing 5 kg beras dan satu ekor ayam, dibagikan setiap minggunya kepada 500 orang, coba bayangin berapa kilogram si bapak ini berinfaq untuk warga Indonesia, berapa ekor ayam yang sudah ia  berikan selama ini dan berapa banyak warga Indonesia yang telah ia beri makan. Saya gak tahu apakah ada orang seperti ini di Indonesia.Â
Ada lagi Yayasan Abu Ainain yang tiap bulannya memberikan kami mahasiswa Al Azhar santunan sebanyak 50 Pond, saya gak tau berapa banyak orang yang dikasihnya yang jelas orang Indonesia, Thailand, Nigeria dan lainnya banyak yang ia santuni. Subhanallah.
Belum selesai guys, itu masih orang kayanya belum lagi yang miskin dan biasa-biasa saja. Jika anda sempat shalat Jum'at di Masjid Al Azhar akan anda temukan usai shalat jum'at ada orang yang membagikan roti di pintu keluar.Â
Bahkan pernah pengalaman saya pribadi usai shalat jum'at di salah satu masjid dekat rumah, seperti biasa ada yang membagikan makanan di pintu keluar, kebetulan waktu itu saya tidak mendapat bagian, tapi di luar telah menunggu anak kecil dengan menenteng asoi kecil seraya membagikan permen kepada orang yang lewat. Allahu Akbar! Mereka bukan orang kaya.
Sungguh pemandangan yang amat sukar saya temukan di Indonesia. masyarakat yang setiap saat tak berhenti-henti bertasbih dan bersholawat, memang watak mereka tempramen namun ada nilai-nilai kebaikan yang menutupi sisi kekurangan mereka.
Saat Ramadhan adalah saat dimana sisi Nabi Musa mereka keluar, dimana setiap orang berlomba-lomba untuk memberi makanan kepada orang yang berpuasa.Â
Tentu kami yang mahasiswa miskin ini menjadi lahan basah untuk tempat beramal mereka masyarakat Mesir. Di banyak Masjid ada namanya Maidah Rahman tempat mereka membagikan makanan bagi yang hendak berbuka puasa, bukan sekedar takjil yang mereka bagikan tapi nasi, sepotong daging besar, seperempat ayam(ayam dipotong empat), serta buah-buahan dan minuman manis. Subhanallah. Perlu diingat Maidah Rahman ini bukan saja berada di satu titik tapi di berbagai titik bahkan berdekatan.
Masih banyak lagi kedermawanan masyarakat Mesir terhadap kami mahasiswa Indonesia. bisa dikatakan telah besar jasa Mesir terhadap kami, selama bulan puasa tak ada uang kami yang keluar sepersenpun karena banyak makanan yang kami dapatkan, bahkan sampai diantar kerumah kami. Belum lagi biaya kuliah yang sangat murah sekali (nantikan ditulisan selanjutnya tentang serba serbi kuliah di Universitas Al Azhar).
Butuh waktu empat tahun bagi saya untuk mengenal masyarakat Mesir, benar cakap orang, "emas itu adanya di lumpur". Banyak hal lain yang belum saya tuliskan disini, silahkan datang sendiri ke Mesir dan rasakan decak iman anda. Semoga tulisan ini bermanfaat dan sebagai bentuk rasa syukur saya pernah hidup di bumi para nabi ini. Berkah, itulah kata yang cocok untuk negara Mesir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H