Mohon tunggu...
Zia Mukhlis
Zia Mukhlis Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Jurnalis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Decak Iman di Yogyakarta

31 Juli 2018   20:37 Diperbarui: 1 Agustus 2018   14:45 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tujuan kami selanjutnya adalah Kraton, sejarah panjang telah dilalui oleh Kraton dan yang menyebabkan biaya hidup di Jogja sangat murah murah, yang salah satu sebabnya adalah karena kebijakan Kraton. Biaya masuk cukup murah tapi anehnya kami juga harus bayar Rp. 2000 untuk izin foto, padahal didalam kraton tidak ada petugas yang berjaga.

Di depan Kraton ada alun-alun tempat masyarakat Jogja berkumpul jika ada event-event dan kegiatan adat, namun tampaknya sudah lama tidak digunakan tampak dari rumputnya sudah mulai meninggi. Lalu kami melihat pakaian adat Kraton, dari tutur sahabatku ini setiap pakaian lambangkan kedudukan seseorang di Kraton, apakah sebagai permaisuri, putri selir, pangeran, algojo dan lain-lain.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Lalu tak jauh dari museum pakaian adat tersebut ada ukiran perjuangan Kraton dari Hemengkubuwono I hingga Hemengkubuwono IX.Lalu kami menaiki tangga menuju tempat kegiatan adat dan upacara lainnya, kabarnya Soekarno pernah dilantik disini. Yang menarik adalah salah satu Hemengkubuwono ada yang berputra 78 orang. Luar biasa!

Selanjutnya kami berjalan menuju Masjid Gedhe Kauman, tempat sakral bagi aku sebagai kader PII ( Pelajar Islam Indonesia). Disinilah Yoesdi Ghazali pendiri PII mendapat ilham untuk menggabungkan pelajar umum dan santri. Masjid yang lumayan luas, terbuat dari kayu dan banyak ukiran, melihat atap dalamnya sempat berpikir "gimana orang dulu membuatnya?" tiba dibagian dalam masjid langsung ku rebahkan badan ini, rasanya capek sekali, baru sampai Jogja langsung putar-putar, ya gimana lagi wong aku cuma tiga hari di Jogja.

Sampai di kontrakkan sahabatku langsung badan ini tepar hingga ashar. Usai shalat ashar masih terbawa hawa-hawa kasur alias masih belum sepenuhnya sadar akupun termenung dalam lamunan. Fikripun datang dan kami mengobrol kesan kemari, cukup lama kami ngobrol dan dalam, ngobrol kali ini rasanya lebih serius dan berat dari yang tadi pagi, "sudah lama aku tak mengobrol seperti ini...".

Sorenya berjalan-jalan ke toko buku, toh Jogja terkenal dengan buku-bukunya yang murah. Dapat buku-buku langka lagi murah. Malamnya kami makan diluar lagi, nama restorannya Preksu (ayam geprek-susu). Iman saya berdecak kagum melihat restoran ini. Seluruh karyawan perempuannya menggunakan jilbab yang dalam, tak ada yang berpakaian ketat, semuanya tertutup dan longgar, seperti akhwat Malaysia jika di Mesir, laki-lakinya semuanya menggunakan peci.

Saat azan berkumandang semua karyawan langsung bergerak menuju musholla yang berada di kawasan restoran. Subhanallah, luar biasa, tak pernah saya menyaksikan pemandangan seindah ini sebelumnya, bahkan di Mesir sekalipun. Tidak sampai disitu tak sengaja saya membaca tulisan yang ada di dekat kami, "puasa senin-kamis dapat paket gratis", Allahu Akbar !!!

Pulang dari Preksu kagumku pada Jogja semakin bertambah, ditambah dengan cerita sahabatku Fikri yang menceritakan tentang perkembangan pengajian di Jogja. Memang budaya-budaya seperti ini harus tetap dilestarikan. Malam ini aku tidur lebih cepat, dan ternyata tidurku malam ini adalah tidur yang paling terpuas sejak datang ke Indonesia.

Next Trip to Prambanan. Kembali saya dibuat kaget dengan harga soto disini yang sangat murah, masih ditertawakan oleh Fikri yang melihatku takjub dengan Jogja. Ternyata Prambanan cukup dekat dengan pusat kota. Walaupun sudah keliling dan masuk candi tapi takjubku tak berdenyut. Usai foto sana sini kamipun segera pulang, mungkin hanya setengah jam kami jalan-jalan di candi ini.

Usai shalat zuhur kamipun segera pulang, rencananya mau ke Malioboro untuk beli oleh-oleh eh malah singgah dulu di kedai jus. Teringat teman seperjuangan di PII dulu, sahabat yang banyak membantu dalam beraktivitas dan bisa diandalkan selama kepengurusan kami. Kamipun berjumpa setelah sekian lama.

Wisata kuliner Jojga memang nomor satu, sagala jenis makanan ada dan bervariasi, aneh-aneh saja jenis makanan disini, aku yang biasa makan telur dan nasi menyebabkan perutku agak mules saat makan makanan baru disini. Agak menyedihkan kelihatan mereka yang sudah lama di jojga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun