Mohon tunggu...
Zia Mukhlis
Zia Mukhlis Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Jurnalis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kelebihan Perempuan Indonesia dari Perempuan Mesir

13 Februari 2018   02:09 Diperbarui: 13 Februari 2018   02:22 1858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hal berislam kita sering melirik kepada saudara-saudara kita di tanah Arab, apakah itu dalam keilmuan, busana maupun beberapa tradisi. Sebagian ada yang mengatakan wajar saja jika kita orang Indonesia banyak melirik ke Negeri Arab toh memang banyak pengaruh Arab dalam berbagai tatanan kehidupan masyarakat Indonesia, misalnya saja bahasa yang kita gunakan, ahli bahasa sepakat bahwa dalam bahasa Indonesia banyak melakukan penyerapan dari beberapa bahasa, salah satunya adalah bahasa Arab.

Bahasa Indonesia yang disepakati pada Hari Sumpah Pemuda adalah bahasa Melayu. Kenapa sampai bahasa Melayu yang dijadikan bahasa nasional kita? Kenapa tidak bahasa jawa, sunda dan lainnya? Jawabannya karena bahasa Melayu adalah bahasa para intelek  dan diplomasi antar kerajaan-kerajaan di Nusantara. Makanya bahasa yang digunakan di dunia ilmu pengetahuan dan antar kerajaan inilah yang dijadikan bahasa nasional kita.

Dan ternyata bahasa Melayu tersebut banyak terpengaruh dari bahasa Arab sendiri. Inilah salah satu pengaruh bahasa Arab terhadap kita Indonesia. Disamping itu, negeri Arab yang menjadi tempat turunnya Nabi Muhammad dan syariat Islam membuatnya menjadi sumber keilmuan, banyak negeri-negeri Arab yang menjadi sumber mata air khazanan keilmuan Islam, salah satunya Mesir. 

Di Mesir berdiri kokoh Universitas tertua di dunia, yakni Universitas Al Azhar Syarif, sejak dahulu ada banyak anak bangsa kita yang berguru kepada guru-guru di negeri Musa ini, hingga kini masih banyak anak bangsa kita yang sedang melanjutkan studinya di Universitas Al Azhar, dan pulang memberi pengaruh kebaikan kepada masyarakat Indonesia, salah satunya yang sangat dekat di hati masyarakat kita adalah Ustadz Abdul Somad.

Melihat banyaknya pengaruh Arab terhadap kita, bukan berarti kita berada di bawah mereka, tidak, memang negeri Arab seperti Mesir menjadi kiblat ilmu kita, namun dalam beberapa aspek pengamalan nilai-nilai Islam dan tradisi kita cukup baik dari pada Mesir sendiri. Memang nabi diturunkan di negeri Arab ini, tapi itu tidak menjadi alasan bahwa kita Indonesia yang tak ada nabi turun disana tidak baik, belum tentu, karena yang di nilai itu bukan dimana Nabi itu turun, tapi siapa yang patuh dan ta'at pada ajaran Nabi Muhammad, bukan?

Lalu pertanyaannya apakah kita Indonesia kurang baik dari pada Mesir?

Jawabannya, BELUM TENTU...

Sudah cukup lama penulis berada di negara Mesir ini cukup banyak yang membuat kagum tapi ternyata ada sesuatu yang sangat luar biasa, yang ada di Indonesia dan tidak ada di Mesir, apakah itu ?

Adalah bahwa masjid-masjid di Mesir kebanyakan tidak menyediakan tempat shalat untuk jamaah perempuannya, biasanya masjid hanya menyediakan tempat untuk laki-laki saja, bahkan fasilitas pun juga demikian, tempat berwudu' hanya disediakan untuk laki-laki saja dan kamar mandi pun juga demikian.

Dalam kebiasaan masyarakat Mesir atau Arab umumnya mereka tidak menyediakan tempat shalat untuk jamaah perempuan, karena mungkin dalam kebiasaan mereka perempuan itu shalatnya di rumah. Walau ada juga masjid yang menyediakan tempat untuk perempuan tapi itu hanya masjid-masjid besar dan sebagian kecil, ada yang menyediakan tapi cuma ruang sempit, dan juga kamar mandinya bergantian dengan laki-laki.

Bayangkan saja biasanya jika kita berpergian membawa perempuan, dan kita hendak beristirahat sejenak dan membuang hajat kita, pasti masjidlah tempat pertama yang terpikirkan oleh kita, namun ternyata masjid itu tak menyediakan fasilitas untuk jamaah perempuan, tentu bingunglah kita olehnya.

Pernah suatu ketika penulis melakukan perjalanan bersama saudari penulis, ketika waktu shalat sudah masuk maka kami langsung mencari masjid terdekat untuk shalat, waktu itu penulis lupa bahwa masjid-masjid di Mesir ini banyak yang tidak menyediak tempat dan fasilitas untuk perempuan, maka penulis periksa ke dalam masjid ternyata memang tidak menyediakan untuk perempuan, kebetulan saudari penulis wudu'nya masih ada, dan karena ia sudah terbiasa dengan kondisi Mesir yang demikian ia telah sedia sejadah di tasnya dan shalat di teras luar masjid, sedangkan penulis sendiri shalat di dalam masjid. Dalam hati berkata, " tak terbayang jika penulis jadi perempuan...", tapi jika di siasati dari awal bisa seperti yang dilakukan saudari penulis, semuanya ada jalan.

Dan Alhamdulillah kita di Indonesia sangat jauh dari keadaan yang seperti ini, masjid-masjid di Indonesia semuanya menyediakan tempat dan fasilitas untuk perempuan, bahkan fasilitas perempuan lebih baik dari laki-laki. Di Indonesia bukan hal yang tabu jika perempuan hendak ke masjid, bayangkan saja jika kebiasaan kita sama dengan di Mesir, mungkin masjid-masjid kita akan banyak yang sepi karena ibuk-ibuknya pada shalat di rumah, karena yang meramaikan masjid itu adalah ibuk-ibuk dan nenek-nenek, bukan jamaah laki-lakinya, kalaupun ada itupun imam dan muazin saja. itu disebagian masjid, banyak masjid yang jamaah laki-laki dan perempuannya sama banyak dan bahkan lebih.

Walaupun dalam kebiasaan Mesir perempuannya shalat dirumah tapi ada juga sebagian perempuannya yang shalat di masjid apalagi pada saat shalat jum'at, jika pembaca shalat jum'at di Mesir maka akan ditemukan bahwa yang pergi untuk jumatan itu bukan hanya laki-laki tapi perempuan juga dan banyak, tentu tujuan mereka ikut jum'at adalah juga ingin shalat berjamaah di masjid dan mendengarkan tausiyah khutbah jum'at, rasa haus akan siraman rohani dan makanan hati adalah kebutuhan pokok seorang hamba, dan itu hanya bisa di dapatkan di masjid.

Beruntung sekali perempuan-perempuan di Indonesia dengan bebasnya bisa ke masjid, duduk mendengarkan pengajian dan ceramah, dan banyak pula yang mengadakan majelis ta'lim khusus untuk ibuk-ibuk, betapa beruntungnya perempuan Indonesia. Coba bayangkan jika ibuk-ibuk shalatnya di rumah tidak di masjid, tentu pasti akan kering jiwa itu karena tidak bisa mendengar tausiyah dari ustadz Abdul Somad di masjid, dan tentunya pasti ada banyak hal yang hilang saat ibuk-ibuk shalatnya di rumah.

Ohh iya, satu lagi kelebihan perempuan Indonesia dari perempuan Mesir adalah, sejauh penglihatan penulis perempuan Mesir shalatnya tidak menggunakan 'mukena', mereka shalat hanya menggunakan pakaian yang mereka pakai, jika saat itu mereka menggunakan seragam sekolah, maka seragam sekolah itu yang dipakai untuk shalat, dan lainnya, tentunya tetap menutup aurat. 

Tapi bagi penulis, mukena adalah pakaian khusus untuk ibadah dan shalat yang pasti menutup aurat perempuan yang menggunakannya, karena jika mengunakan pakaian yang di pakai perempuan saat itu, kadang ada perempuan yang sedang otw hijrah jadi masih menggunakan baju ketat atau ada perempuan yang baru hijrah dan masih menggunakan baju ketat, maka dengan mengenakan mukena semuanya tertutupi dan ibadahnya lebih khusyuk, dan juga membuat yang menggunakannya terlihat anggun. Cie...  

Cuma orang Indonesia yang peke mukena, Alhamdulillah Indonesiaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun