Mohon tunggu...
Zia ul Haramein
Zia ul Haramein Mohon Tunggu... Guru - Jangan mati sebelum menulis

Kutulis apa yang kubaca dan pahami, tak peduli engkau setuju atau murka

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Saat Manusia Iri Kepada Penghuni Kubur

14 Maret 2021   06:52 Diperbarui: 14 Maret 2021   07:02 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Datangnya hari akhir adalah suatu keniscayaan. Seluruh orang yang beriman tentu mengimani hal ini. Namun tidak seorang pun mengetahui kapan datangnya hari kiamat. Berbagai literatur keislaman menyatakan bahwa akhir zaman akan tiba dengan petunjuk-petunjuk yang menyertainya. Ketika satu per satu isyarat ini terjadi, maka dapat dimaknai bahwa dunia sejatinya sedang memasuki fase kehancurannya. Dan hal semacam ini tidak dapat diprediksi oleh siapa pun.

Dalam kitab Majma' al-Zawaid, Imam Ibnu Hajar al-Haitami meriwayatkan sebuah hadis mengenai fase umat Nabi Muhammad ﷺ di akhir zaman. Dari Hudzaifah ra., Rasulullah ﷺ bersabda,

"(Periode) kenabian yang ada pada kalian akan Allah angkat (tuntaskan) sesuai kehendakNya, dilanjutkan kekhalifahan ala (tata kelola) kenabian yang juga akan Allah angkat (tuntaskan) sesuai kehendakNya, dilanjutkan (sistem) kerajaan yang menggigit (otoriter) yang juga akan Allah angkat (tuntaskan) sesuai kehendakNya, lalu diakhiri dengan kekhalifahan ala (tata kelola) kenabian."

Dari hadis ini dapat kita lihat beberapa fase yang juga menjadi indikator akhir zaman yang disebutkan Baginda Nabi ﷺ. Fase kenabian sudah selesai 14 abad lalu. Disusul fase khilafah yang bertahta selama kurang lebih 30 tahun, yaitu kepemimpinan empat Khilafah Rasyidah; Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhum. Sebelum kembali kepada kekhalifahan yang bersifat kenabian di ujung zaman nanti, tidak berlebihan jika disebut bahwa kita sekarang sedang berada pada fase sebelum akhir. Tersisa satu fase lagi di hadapan kita menuju musnahnya alam semesta.

Dekatnya Hari Kiamat

Tanpa melihat hadis-hadis yang berkaitan dengan fase di atas pun, sejatinya Nabi Muhammad ﷺ telah memberikan warning mengenai dekatnya umat ini dengan hari kiamat. Sahabat Sahal bin Sa'd ra. berkata, "Aku melihat Rasulullah ﷺ berisyarat dengan kedua jarinya (telunjuk dan tengah) sambil bersabda, '(Jarak) antara saat aku diutus (menjadi rasul) dan datangnya hari kiamat ialah seperti (dua jari) ini'. Yakni menandakan dekatnya kedua masa tersebut". Atau mengenai kisah sekelompok Badui yang bertanya pada Nabi ﷺ tentang datangnya hari kiamat, "Kapankah datangnya hari kiamat, wahai Nabi?" Lalu Nabi ﷺ memandang di antara mereka yang usianya paling muda seraya menjawab, "Seandainya dia (masih) hidup, sebelum menjadi tua renta, maka kiamat akan terjadi". Dua hadis di atas diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya.

Kedua hadis di atas dapat dipahami dari beberapa pendekatan, salah satunya ialah memahami hadis secara Majaz. Dalam ilmu linguistik Arab, sebuah kalimat jika ia merujuk pada makna aslinya maka disebut Haqiqah. Sebaliknya, jika secara konotasi menunjukkan makna lain maka disebut Majaz. Keduanya acapkali terdapat pada hadis Nabi ﷺ. Jarak antara kedua jari yang Nabi ﷺ isyaratkan secara konotatif ialah sebuah kata kiasan yang memang berarti sangat dekat. Namun kita juga harus memahami bahwa 'dekat' dalam dimensi alam semesta dan ketentuan Allah tidaklah sama.

Sedangkan hadis yang kedua, meski tidak dipahami secara konotatif, namun inilah bentuk keistimewaan gaya bahasa Nabi ﷺ. Di hadis ini, sebagai pembaca awam tentu kita akan berfikir bahwa, "Pasti anak muda tersebut saat ini sudah meninggal, tapi kiamat belum juga terjadi". Perkataan Nabi ﷺ di hadis ini tidak lantas dipahami secara haqiqi, namun lebih ke arah peringatan sebagaimana di hadis pertama tadi. Jika kita memahaminya secara tekstual, maka dapat membuka celah sikap ketidakpercayaan terhadap Baginda Nabi ﷺ, padahal beliau adalah manusia paling jujur yang pernah Allah ciptakan. Segala yang Beliau ucapkan pun bukanlah atas dasar hawa nafsu, melainkan atas wahyu dari Allah, sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Najm : 3-4.

Pemahaman kontekstual hadis kedua ini yaitu dengan memahami bahwa 'dekat' dalam diskursus eskatologi bukanlah perkara bilangan tahun. Kita dituntut, dalam waktu yang singkat ini, untuk senantiasa mawas diri, muhasabah, memohon ampunanNya, dan yang terpenting yaitu kita menyadari bahwa hidup di dunia ini singkat; sesingkat jarak antara jari telunjuk dan jari tengah atau sesingkat usia manusia pada umumnya. Dengan demikian kita dapat senantiasa mengisi setiap detik kita dengan kebaikan dan ber-istighfar dari segala kesalahan.

Iri Terhadap Penghuni Kubur

Dahsyatnya huru-hara akhir zaman belum pernah terlintas dalam pikiran kita. Sebab tidak satupun dari manusia yang pernah mengalaminya. Namun, hal-hal yang bersifat gaib dapat kita temui prediksinya dalam hadis-hadis Nabi ﷺ. Seringkali Baginda ﷺ mengabarkan kondisi akhir zaman kelak dengan kalimat "laa taquumus-saa'ah, hatta..." (tidaklah hari kiamat akan terjadi, hingga...) dengan diiringi berbagai kejadian menakjubkan yang menyertainya. Sebagai contoh, kelak menjelang hari kiamat akan banyak terjadi peristiwa "haraj". Ketika para sahabat menanyakan apa arti haraj, Rasulullah ﷺ menjawab, "pembuhunan". Atau di hadis lain disebutkan bahwa kiamat tidak akan terjadi hingga terdapat dua kubu besar yang saling berperang, padahal mereka menyeru kepada hal yang sama.

Kekacauan dan hiruk pikuk dunia pada saat menjelang kiamat nanti akan ditambah dengan munculnya berbagai fitnah atau cobaan. Fitnah Dajjal adalah yang paling monumental dalam fase ini. Lalu keluarnya Ya'juj dan Ma'juj dari persembunyian mereka. Begitu juga turunnya Nabi Isa as. dan Imam Mahdi yang akan mengusung kembali kekhalifahan Islam atas asas Nubuwwah (kenabian). Saking beratnya fitnah yang terjadi pada era tersebut, membuat orang-orang yang masih hidup pun iri terhadap mereka yang telah meninggal. Baginda Rasulullah ﷺ telah memprediksikan peristiwa ini dalam sebuah hadis Muttafaq 'Alaih. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah ﷺ bersabda,

لا تقوم الساعة حتى يمر الرجل بقبر الرجل فيقول: يا ليتني مكانه

Hari kiamat tidak akan terjadi hingga seseorang melewati suatu kuburan lantas berkata; 'andai saja aku yang ada di dalam situ'.

Parahnya kondisi hari akhir membuat seseorang menganggap bahwa dirinya lebih baik berada di dalam kubur, alias mati. Ibnu Batthal dalam menjelaskan hadis ini menggarisbawahi bahwa keinginan mati ini tidak berkaitan dengan 'mengharap kematian' yang dilarang oleh Rasulullah ﷺ. Hadis ini mengisyaratkan bahwa kondisi iri terhadap penghuni kubur disebabkan kerasnya cobaan fitnah. Orang tersebut takut imannya akan hilang karena maraknya kebatilan, maksiat dan kemungkaran yang dipertontonkan terang benderang, dan ini tidak akan terjadi pada setiap individu melainkan hanya bagi para pelaku kebajikan.

Kita patut merasa was-was sekaligus memperbanyak introspeksi diri, bahwa fase itu telah menunjukkan satu persatu tanda-tandanya. Petunjuk Nabi ﷺ bahwa di akhir zaman kelak waktu akan terasa sangat cepat, sudah mulai kita alami. Rasanya baru beberapa hari kemarin kita berpisah dari Ramadan, tanpa terasa sebulan lagi kita memasuki Ramadan kembali. Setahun berlalu sangat cepat. Tidak ada yang mampu kita jadikan pegangan kecuali memperbaiki kualitas iman kita, sebab hanya ini yang dapat kita andalkan dalam menghadapi fitnah-fitnah di atas. Memegang erat ayatNya dan sunnah NabiNya ﷺ menjadi 'warisan' terbaik yang bisa menolong kita dari kesesatan fitnah akhir zaman. Dan semuanya tentu diiringi dengan doa agar kita terhindar dari berbagai kebatilan yang terjadi di fase terakhir alam semesta. Semoga kita menjadi golongan yang selamat dalam menghadapi fitnah dan cobaan menjelang hari kiamat.

Pada akhirnya kita hanyalah individu-individu yang hanya mampu mengandalkan iman dan amal saleh. Sebab yang terpenting bukanlah bagaimana dan kapan terjadinya hari akhir, tapi apa yang telah kita persiapkan untuk menghadapinya. Dalam riwayat Anas bin Malik ra., Rasulullah ﷺ suatu hari ditanya oleh seorang Badui, tentang kapan datangnya hari kiamat. Beliau ﷺ balas bertanya, "Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya?" Lalu dijawab, "Aku hanya mencintai Allah dan RasulNya". Lantas Rasulullah ﷺ bersabda, "Kamu akan (dikumpulkan) bersama orang yang kamu cintai". [HR. Muslim]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun