"Tidak ada satu pun dari amal saleh kalian yang dapat menghantarkan masuk surga atau menghalangi masuk neraka." Lalu para sahabat bertanya, "Begitu pula dengan engkau, wahai Rasulullah?" "Ya, begitu pun aku. Namun Allah telah merahmatiku." [HR. Muslim] Dalam redaksi lain disebutkan, "Namun Allah telah menaungiku dengan rahmah (kasih sayang) dan maghfirah (ampunan)Nya."
Lantas bagaimana bisa perkataan Nabi ﷺ ini dapat menyelisihi 'pendapat' Allah dalam ayat-ayatNya di atas?
Perlu kita pahami bahwa amal saleh kita tidak mampu menjadi 'alat tukar' terhadap surga agungNya. Betapa cacatnya amal kita di hadapan Allah jika digunakan untuk menukar surga yang sempurna. Betapa sedikitnya amal kita dibandingkan dengan balasan yang melimpah tiada akhir di surga kelak. Tentu tidak sebanding 'membeli' surga dengan amal saleh kita yang serba minimalis. Maka Imam al-Nawawi dalam Syarh Sahih Muslim mencoba mereda kebingungan umat dalam memahami dua teks yang tampak bertentangan ini,
"Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa amal bisa mengantarkan ke surga tidak lantas bertentangan dengan hadis-hadis di atas. Firman Allah menunjukkan amalan seseorang bisa menjadi sebab masuk surga. Namun dalam beramal tentu membutuhkan taufiq dari Allah, begitu pula hidayah untuk ikhlas beramal. Artinya, tidak ada amal yang diterima oleh Allah kecuali ada faktor rahmat dan hidayahNya".
Amal Saleh Alasan Rahmat Allah
Dengan demikian perlu kita pahami bahwa manusia tidak dapat mengandalkan amal saleh dalam meraih surgaNya kelak. Sebaliknya, jangan hanya karena membaca hadis di atas lantas kita berpangku tangan dan tidak melakukan kebaikan apa-apa. Hadis semacam ini memang terkesan tricky, nampak menjebak nalar. Maka memahaminya pun harus secara komprehensif. Bagaimana mungkin seorang hamba mengharap rahmat dan maghfirahNya tanpa melakukan kebaikan apapun? Bagaimana mungkin surga menerima orang yang tidak pernah melakukan kebajikan?
Maka untuk memahami hadis di atas, tidak cukup membaca sepintas atau terjemahannya saja. Kita harus memahami bahwa salah satu sebab turunnya rahmat, maghfirah dan ridha Allah ialah dengan ber-taqorrub padaNya. Salah satu bentuk taqorrub ialah dengan melakukan amal saleh dan meninggalkan maksiat. Itulah mengapa seringkali Allah menyebutkan bahwa keabadian surga diberikan kepada siapa yang beramal baik selama di dunia. Begitu pula kesengsaraan di neraka ditimpakan kepada mereka yang gemar melakukan maksiat dan enggan beramal baik.
أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ خَٰلِدِينَ فِيهَا جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
"Itulah mereka para penghuni surga, kekal abadi di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang mereka lakukan di dunia". [QS. al-Ahqaf : 14]
فَذُوقُوا۟ بِمَا نَسِيتُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَآ إِنَّا نَسِينَٰكُمْ ۖ وَذُوقُوا۟ عَذَابَ ٱلْخُلْدِ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
"Maka rasakanlah (siksa ini) sebab kamu melupakan hari pertemuanmu hari ini, dan sungguh kami pun melupakanmu, rasakanlah siksa yang kekal sebab apa yang selalu kamu lakukan". [QS. al-Sajdah : 14]