Mohon tunggu...
Zia ul Haramein
Zia ul Haramein Mohon Tunggu... Guru - Jangan mati sebelum menulis

Kutulis apa yang kubaca dan pahami, tak peduli engkau setuju atau murka

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hayya 'alal-Jihaad! (Marilah Kita Berjihad!)

5 Desember 2020   17:06 Diperbarui: 5 Desember 2020   19:20 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari hadis-hadis dan ucapan para ulama di atas, dapat kita pahami bahwa jihad tidak sesempit paradigma mereka yang selalu menyerukan 'perang' terhadap sesama muslim. Jihad yang sejati ialah menundukkan hawa nafsu, mengarahkannya pada hal-hal positif yang bersifat ketaatan. Jika kita telah sanggup mengendalikan nafsu dengan perbuatan taat, naikkanlah level jihad ini pada hal yang lebih bersifat sosial, yang membawa Islam pada apa yang diharapkan Rasulullah ﷺ. Mengasihi orang lain dengan apa yang kita mampu dari harta kita dengan cara bersedekah, infaq dan mengayomi anak yatim adalah sebuah manifestasi bahwa kita telah berjihad dengan harta, sebagaimana anjuran Nabi ﷺ.

Lebih jauh lagi, anjuran Nabi ﷺ untuk berjihad dengan ucapan pun masih dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Mengucapkan hal baik, tidak memfitnah, tidak menyebar dusta, tidak mencaci-maki, dll. adalah bentuk kendali penuh diri kita atas hawa nafsu untuk tidak menyakiti hati orang lain. Bahkan menasehati dengan santun, memberi dakwah Islam yang ramah, tanpa perlu menghakimi sana-sini, merupakan bukti bahwa kita telah mampu menguasai hawa nafsu kita dengan menebar esensi Islam yang penuh kasih sayang.

Jihad Generasi Muda

Bagi kaum muda yang tidak berkesempatan keluar ke medan perang, Rasulullah ﷺ memberi opsi jihad yang dapat dilakukan oleh golongan ini, bahkan juga berbagai kalangan, selama mereka masih memiliki orang tua.

Dari Abdullah bin Amr ra., bahwa seorang lelaki mendatangi Rasulullah ﷺ dan memohon izin untuk ikut berperang. Lalu Rasulullah bertanya, "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?"
Ia menjawab, "Ya, masih".
"Maka berjihadlah pada keduanya", pungkas Rasulullah .

Apa makna berjihad pada kedua orang tua?
Jawabannya yaitu Birrul-Walidayn; berbakti pada keduanya.
Dalam menjelaskan hadis ini, Imam al-Nawawi memaparkan bahwa bakti pada orang tua derajatnya lebih utama dibanding jihad di medan perang. Sebab seorang anak diharamkan pergi mengikuti peperangan jika tanpa izin dari orang tua. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani bahkan menganalogikan, bahwa dalam jihad fi sabilillah ada dimensi kepayahan, kesuliltan, totalitas dalam tenaga dan harta. Begitu pula dalam berbakti pun perlu upaya dan tenaga bahkan harta demi menjalankan perintah Allah dan nabiNya dalam Birrul-Walidayn.

Hadis semacam ini selain sebagai perintah tersendiri, juga menjadi penguat dari himbauan yang Allah serukan mengenai wajibnya berbuat baik pada kedua orang tua,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Sembahlah Allah dan janganlah menyekutukanNya dengan sesuatu pun, serta berbuat baiklah pada kedua orang tua.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.

Di hadis lain Rasulullah ﷺ mencela mereka yang akan merugi sebab melewatkan kesempatan berbakti pada orang tua,
رغِم أنفه، رغم أنفه، رغم أنفه، قيل من يا رسول الله؟ قال: من أدرك والديه عند الكبر أحدهما أو كلاهما ثم لم يدخل الجنة
"Sungguh celaka! Celaka! Celaka!" Para sahabat bertanya, "Siapa dia wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Yaitu orang yang mendapati masa tua kedua bapak ibunya, atau salah satunya, namun ia gagal masuk surga". (HR. Muslim)

Apa maksud dari "gagal masuk surga"?
Yaitu ketika seorang anak yang sejatinya memiliki kesempatan berbakti, bahkan sampai usia tua bapak-ibunya, namun melewatkannya. Ia tidak mengerahkan segala tenaga dan hartanya untuk merawat orang tuanya, padahal inilah "injury time" yang Allah berikan demi dapat menggapai ridhoNya, dan di akhirat mendapat surgaNya. Imam al-Nawawi menambahkan bahwa berkhidmah pada orang tua, menafkahinya, ialah salah satu dari sebab masuk surga. Sungguh merugi orang yang melewatinya.

***

Maka telah terang-benderang, bahwa Allah dan rasulNya ﷺ menganjurkan kaum muslimin untuk berjihad, baik jihad fisik yaitu jihad fi sabilillah maupun jihad-jihad substansial lainnya. Jihad fisik dapat dilakukan dalam konteks yang mendukung, seperti halnya peperangan di zaman Nabi dan sahabat. Turun ke medan perang demi menegakkan teguhnya Islam menjadi pahala yang besar di sisiNya. Namun bagi kita yang hidup di zaman ini, jauh dari peperangan, bahkan hidup dalam pluralitas menjadi tujuan utama dalam berislam, maka jihad tidak dapat dimaknai dengan terjun memerangi mereka yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun