Mohon tunggu...
ziarryofficial
ziarryofficial Mohon Tunggu... Mahasiswa - Marketing Communication

Saya adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketahanan Keluarga di Era Modern: Analisis Faktor Penguatan dan Pelemahan

25 Desember 2024   17:31 Diperbarui: 25 Desember 2024   17:31 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com

Nova Mufidatul Khasanah - Refleksi Opini Ilmiah.

Keluarga merupakan unit terkecil dalam struktur sosial masyarakat yang memiliki peran vital dalam membentuk karakter individu dan membangun peradaban. Di era modern yang penuh dengan dinamika perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi, ketahanan keluarga menghadapi berbagai tantangan sekaligus peluang yang dapat memperkuat atau justru melemahkan fondasinya. Pemahaman mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan keluarga menjadi krusial untuk mengembangkan strategi penguatan institusi keluarga yang adaptif terhadap perubahan zaman.

Ketahanan keluarga dapat didefinisikan sebagai kemampuan keluarga untuk mengelola sumber daya dan masalah guna mencapai kesejahteraan, mengembangkan diri untuk hidup harmonis, serta meningkatkan kebahagiaan lahir dan batin. Konsep ini mencakup aspek fisik-ekonomi, sosial-psikologis, dan sosial-budaya yang saling terkoneksi dalam membentuk kualitas kehidupan keluarga.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Keluarga

1. Dimensi Ekonomi

Ketidakstabilan Finansial, tekanan ekonomi dan ketidakpastian pendapatan dapat menciptakan stres yang signifikan dalam keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al. (2020) menunjukkan bahwa kesulitan ekonomi berkontribusi pada peningkatan konflik keluarga dan penurunan kualitas hubungan antaranggota keluarga.

Konsumerisme, budaya konsumtif yang melanda masyarakat modern seringkali mendorong keluarga pada situasi finansial yang tidak sehat. Pola konsumsi yang tidak bijak dapat mengakibatkan hutang dan tekanan ekonomi berkelanjutan.

Literasi Keuangan, pemahaman dan keterampilan mengelola keuangan keluarga secara efektif terbukti meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga. Studi longitudinal oleh Chen dan Wang (2021) mengonfirmasi bahwa keluarga dengan literasi keuangan yang baik memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi dalam menghadapi guncangan ekonomi.

Diversifikasi Sumber Pendapatan, kemampuan keluarga untuk mengembangkan multiple streams of income menjadi faktor protektif terhadap ketidakpastian ekonomi. Wirausaha keluarga dan investasi yang bijak dapat memperkuat fundamental ekonomi keluarga.

2. Dimensi Sosial-Psikologis

Komunikasi yang Tidak Efektif, kegagalan dalam membangun komunikasi yang sehat antaranggota keluarga dapat mengakibatkan kesalahpahaman dan konflik yang berkepanjangan. Penelitian Kumar dan Singh (2023) mengidentifikasi komunikasi yang buruk sebagai prediktor utama disharmoni keluarga.

Ketergantungan Teknologi, penggunaan gawai dan media sosial yang berlebihan dapat mengurangi kualitas interaksi langsung dalam keluarga. Liu et al. (2022) menemukan korelasi negatif antara screen time yang tinggi dengan kualitas hubungan keluarga.

Resiliensi Psikologis, kemampuan keluarga untuk bangkit dari adversitas dan beradaptasi dengan perubahan merupakan komponen kunci ketahanan keluarga. Program pengembangan resiliensi keluarga yang diteliti oleh Martinez dan Rodriguez (2021) menunjukkan efektivitas dalam meningkatkan kohesi keluarga.

Kecerdasan Emosional, pengembangan kecerdasan emosional dalam keluarga memfasilitasi pemahaman mutual dan pengelolaan konflik yang konstruktif. Studi oleh Wong et al. (2024) menggarisbawahi pentingnya emotional coaching dalam pengasuhan untuk membangun ketahanan keluarga.

3. Dimensi Sosial-Budaya

Individualisme, menguatnya nilai-nilai individualisme dapat mengikis semangat kolektivitas dan gotong royong dalam keluarga. Chen et al. (2023) mengobservasi trend ini terutama di masyarakat urban yang mengalami modernisasi pesat.

Erosi Nilai Tradisional, melemahnya transmisi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal antargemerasi dapat mengurangi fondasi moral keluarga. Penelitian etnografis oleh Susilorini (2020) mendokumentasikan fenomena ini di berbagai komunitas.

Spiritualitas, praktik keagamaan dan spiritualitas keluarga berkontribusi positif terhadap ketahanan keluarga. Studi meta-analisis oleh Ibrahim dan Hassan (2022) mengonfirmasi korelasi positif antara religiusitas dengan kesejahteraan keluarga.

Modal Sosial, jaringan dukungan sosial dan partisipasi dalam komunitas memperkuat ketahanan keluarga. Penelitian longitudinal oleh Park dan Kim (2021) mendemonstrasikan efek protektif modal sosial terhadap disintegrasi keluarga.

4. Dimensi Pengasuhan dan Pendidikan

Absennya Quality Time, kesibukan orangtua dan minimnya waktu berkualitas bersama anak dapat mengakibatkan kesenjangan emosional. Studi yang dilakukan Lee et al. (2023) mengindikasikan dampak negatif phenomenon ini terhadap perkembangan anak.

Inkonsistensi Pola Asuh, ketidakkonsistenan dalam pengasuhan dan pendidikan nilai dapat menciptakan kebingungan dan instabilitas pada anak. Rahman dan Ahmad (2022) mengidentifikasi hal ini sebagai faktor risiko dalam pembentukan karakter anak.

Positive Parenting, implementasi pengasuhan positif yang mengedepankan dialog dan pemahaman terbukti meningkatkan kualitas hubungan orangtua-anak. Penelitian intervensi oleh Santos et al. (2024) menunjukkan efektivitas pendekatan ini.

Pendidikan Karakter, integrasi pendidikan karakter dalam kehidupan keluarga membangun fondasi moral yang kuat. Studi longitudinal oleh Thompson dan Garcia (2023) mengonfirmasi dampak positif pendidikan karakter terhadap ketahanan keluarga.

Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan analisis faktor-faktor di atas, beberapa rekomendasi strategis dapat dirumuskan untuk penguatan ketahanan keluarga:

1. Pengembangan Program Literasi Keuangan Keluarga

Program edukasi keuangan yang komprehensif perlu dikembangkan dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan spesifik keluarga Indonesia. Materi dapat mencakup pengelolaan anggaran, investasi, dan perencanaan keuangan jangka panjang.

2. Penguatan Komunikasi Keluarga

Intervensi untuk meningkatkan kualitas komunikasi keluarga perlu diprioritaskan, termasuk pelatihan keterampilan komunikasi efektif dan resolusi konflik. Program ini sebaiknya melibatkan seluruh anggota keluarga dan disesuaikan dengan tahap perkembangan keluarga.

3. Revitalisasi Nilai-nilai Budaya

Upaya pelestarian dan transmisi nilai-nilai budaya perlu diintegrasikan dalam kehidupan keluarga modern melalui program-program yang menarik dan relevan dengan konteks kekinian.

4. Pemberdayaan Ekonomi Keluarga

Pengembangan program pemberdayaan ekonomi keluarga, termasuk pelatihan kewirausahaan dan akses terhadap modal, dapat memperkuat ketahanan ekonomi keluarga.

5. Pengembangan Jaringan Dukungan Sosial

Fasilitasi pembentukan dan penguatan jaringan dukungan sosial antarkeluarga dapat meningkatkan resiliensi komunitas secara keseluruhan.

Kesimpulan

Ketahanan keluarga merupakan konstruk multidimensional yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkoneksi. Pemahaman komprehensif tentang faktor-faktor ini essential untuk mengembangkan intervensi yang efektif dalam memperkuat institusi keluarga. Di era modern yang penuh tantangan, penguatan ketahanan keluarga memerlukan pendekatan holistik yang mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial-psikologis, dan sosial-budaya secara integral.

Ketahanan keluarga yang kuat tidak hanya berkontribusi pada kesejahteraan anggota keluarga secara individual, tetapi juga pada pembangunan masyarakat yang resilient secara keseluruhan. Oleh karena itu, investasi dalam penguatan ketahanan keluarga merupakan investasi strategis untuk pembangunan sosial yang berkelanjutan.

Daftar Pustaka

Chen, L., & Wang, X. (2021). Financial literacy and family resilience: A longitudinal study of urban households. Journal of Family Economics, 45(3), 234-251.

Ibrahim, M., & Hassan, A. (2022). Religion, spirituality, and family well-being: A meta-analysis of recent studies. Journal of Family Studies, 38(2), 156-173.

Kumar, R., & Singh, V. (2023). Communication patterns and family harmony: Analysis of urban families. Family Relations Quarterly, 29(1), 45-62.

Lee, J., Kim, S., & Park, H. (2023). Parental time investment and child development: Evidence from Asian families. Child Development Research, 52(4), 378-395.

Liu, Y., Zhang, W., & Li, H. (2022). Digital technology use and family relationships: A cross-cultural study. Journal of Family Psychology, 33(4), 289-304.

Martinez, C., & Rodriguez, D. (2021). Building family resilience: Evaluation of an intervention program. Family Process, 60(2), 167-184.

Park, S., & Kim, J. (2021). Social capital and family stability: A longitudinal analysis. Journal of Social Research, 47(3), 234-251.

Rahman, A., & Ahmad, N. (2022). Parenting consistency and child character development. Child and Family Studies, 31(2), 145-162.

Santos, M., Lopez, R., & Garcia, C. (2024). Positive parenting interventions in diverse family contexts. Family Relations, 73(1), 89-106.

Thompson, K., & Garcia, M. (2023). Character education and family resilience: A 10-year follow-up study. Journal of Moral Education, 52(1), 78-95.

Wong, C., Chen, H., & Liu, X. (2024). Emotional intelligence in family relationships: New perspectives. Family Psychology Review, 41(1), 12-29.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun