si pemuda:
"paman, aku tentu mau, tapi apakah putri paman bersedia dan cukup sabar untuk hidup bersamaku yang miskin ini?"
si ayah:
"tentu dia bersedia dan cukup sabar, dia itu putriku yang sejak kecil sudah ku didik supaya zuhud terhadap dunia, dan sekarang dia tumbuh menjadi hamba yang di sepanjang waktunya selalu meng-esahkan allah".
singkat cerita, si ayah dan pemuda sepakat. dan setelah mendengar cerita dan pandangan di ayah tentang pemudah itu maka si putripun bersedia.
akhirnya menikalah mereka, dengan restu kedua orang tua.
sebenarnya setelah sejak awal di perkenalkan si pemudah itu agak sedikit sombong, dengan ilmu hakikat yang di milikinya, dan dengan banyaknya murid orang yang berguru padanya, dia agak menganggap rendah putri waliullah yang baru di nikahinya itu. dia merasa telah memiliki ilmu yang cukup tinggi dan telah memiliki makom yang sangat dekat dengan allah swt.Â
sampai pada suatu hari, si istri melihat ada roti di atas meja di dapur mereka, sehingga si istrinya bertanya:
"wahai kandah, apakah maksud ini semua?"
suami menjawab:
"itu roti kemarin yang ku simpan untuk hari ini"