Mohon tunggu...
Wahyu Prasetyo
Wahyu Prasetyo Mohon Tunggu... -

lulusan SMA dan seorang Hikikomori

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jomini dan Clausewitz (oleh Chritopher Bassford)

20 Mei 2015   12:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:47 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

terjemahan dari artikel yang dipublikasikan di situs http://www.clausewitz.com/readings/Bassford/Jomini/JOMINIX.htm, diakses 29 Desember 2014

Paling tidak terdapat tiga teoritikus militer terkemuka yang lahir selama Perang Revolusioner Prancis dan Perang Napoleon. Archduke Charles dari Austria, Antoine Henry Jomini seorang penulis Swiss, Carl von Clausewitz dari Prussia.  Pengaruh Archduke Charles di Amerika maupun Inggris dapat dikatakan amat kecil, dikarenakan karyanya belum diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris .  Dilain pihak tradisi teoritis militer yang ditulis oleh Jomini dan Clausewitz memiliki efek secara definitif bagi pemikiran militer kita.

Paling sering,  entah bagaimana Jomini dianggap sebagai sesuatu yang  berlawanan dari Clusewitz, para pendidik militer sering melontarkan julukan “Jominian” atau “Clausewitzian”  satu sama  lain sehingga seakan-akan  kata tersebut  memiliki makna yang menunjukkan kesesatan pandangan dari lawannya dan kecatatan karakter personalnya. Dilain pihak, beberapa pengamat yang lebih cermat dapat melihat bahwa bahwa perbedaan antara Jomini dan Clausewitz bisa dikatakan tidak penting. Alfred Thayer Mahan adalah contohnya kasusnya. Ayah Mahan, Dennis Hart Mahan seorang pengajar militer, sering dianggap sebagai penganut Jominian setia, begitu pula dengan anaknya ( meskipun secara fakta mereka sendiri adalah  pemikir militer kreatif, sehingga ungkapan penganut Jominian sebenarnya tidak benar-benar tepat). Alfred Mahan sendiri pada akhirnya menjadi familier dengan ide-ide Clausewitz dan menyebutnya sebagai “salah satu panutan”.  Pada akhirnya ia menemukan bahwa ide-ide Jomini dan Clausewizt secara esensial tidak berbeda, sehingga ia pada akhirnya tetap mengemukakan ide- ide argumennya dalam termologi Jominian. Spencer Wilkinson seorang pengaut Clausewizian dari Inggris pun mengatakan bahwa ide-ideJomini dan Clausewitz sebenarnya saling serasi. Di Jerman, Albrecht von Boguslawski pun berargumantasi bahwa Jomini dan Clausewitz pada dasarnya mengemukakan hal yang sama. Dalam kasus yang lebih baru, Profesor Sekolah Perang Laut Amerika, Michael Handel telah berupaya untuk melakukan rekonsiliasi ide dua teorisi ini.

Dengan demikian Jomini dan Clausewitz sering dipandang sebagai baik lawan ataupun kembaran. Sebagaimana biasanya satai kita diberikan pilihan antara dua alternatif,  tidak ada yang terbukti sangat berguna dan kebenaran bisanya berada diantara keduanya. Dalam kenyataan  baik Jomini maupun Clausewitz melihat banyak hal yang sama dalam perang, namun mereka melihat dalam kacamata yang berbeda. Kesamanan dalam ide-ide militer mereka, yang mana sangat besar, biasanya berakar dari 3 hal :

1.Kesamaan ketertarikan terhadap Kampanye Militer Frederick Agung

2.Pengalaman militer personal yang panjang selama masa Perang-Perang Napoleon, meskipun berada pada pihak yang berbeda.

3.Mereka telah saling membaca buku satu sama lainnya.

Meskipun memiliki kesamaan tersebut, pendekatan mereka terhadap teori militer secara fundamental berbeda, dan sumbernya mungkin dapat dilihat dari kepribadian keduanya yang sangat berbeda.

Pada tulisan ini kita tidak akan membahas secara mendalam mengenai detail teori militer keduanya. Sebaliknya, tulisan ini akan lebih membahas pada sumber dari kebingungan antara keduanya, Mengapa bagi beberapa pengamat ide-ide Jomini dan Clausewitz sangat bertolak belakang, namun bagi beberapa yang lain sangat mirip ? sangat akan menganggap kebingungan ini disebabkan karena seringnya kekurangan sensitivititas kita pada perbedaan kepribadian dan pengalaman yang mereka alami dan melalui cara inilah keduanya biasanya berinteraksi.

Carl von Clausewitz

Clausewitz ( 1780-1831) merupakan seorang militer profesional dari usia 12 tahun sampai dengan kematiannya akibat penyakit Kolera pada usia 51 tahun. Pertama terlibat langsung dalam perang pada tahun 1794 pada usia 13 tahun. Ia menyaksikan secara langsung kekalahan Prussia yang memalukan dari Napoleon pada tahun 1806, tertangkap, dan kembali ke Prussia sebagai pereformasi militer yang bersemangat. Sebagai perwira staf junior, ia berkerja  secara erat dengan pereformasi militer Gerhard von Scharnhorst (yang merupakan mentornya) dan August von Gneisenau (yang merupakan teman dan pelindungnya). Pada tahun 1810,  ia ditunjuk sebagai tutor militer bagi putra mahkota, yang untuknya ia menulis karangan militer The Principles of War. Pada tahun yang sama, dikarenakan masalah prinsip, ia mengundurkan diri dan bergabung ke dalam ketentaraan Rusia untuk melawan Napoleon. Ia bertempur selama kampanye Rusia dan dalam Perang-perang Pembebasan 1813-1814. Dialah yang merupakan Kepala Staff Korps Prussia III selama kampanye 1815.  Korpsnyalah yang kalah jumlah 2 banding yang menahan pasukan Marsekal Grouchy di Wavre, dengan demikian memberikan kontribusi menentukan pada kekalahan Napoleon di Waterloo.

Clausewitz memiliki reputasi dalam tentara Prussia sebagai seorang idealis dan seorang perwira staf yang kompeten, namun dianggap tidak cocok untuk posisi komando dikarenakan temperamennya. Tidak terdapatnya skandal pada dirinya, dan integritas intelektualnya merupakan kekuatan pendorong dibalik eksaminasi ide-ide teorisi politik-militer yang kemudian kita temukan dikarya terbesarnya On War. Meskipun menduduki posisi sangat tinggi dalam pengabdiannya pada raja, ia dianggap terlalu terbuka pada ide-ide liberal untuk dianggap dpat dipercaya secara politik.  Ide-idenya tentang perang banyakk dipengaruhi oleh ide peperangan populer selama Perang Revolusioner Prancis, yang bertentangan dengan kalangan aristokrat konservatif.

Hubungan Clausewitz dengan Napoleon sering disalahartikan. Meskipun ia sering disebut sebagai pendeta tinggi Napoleon ( julukan yang diberikan Liddell Hart dan J.F.C. Fuller ), namun sebenarnya Clausewitz tidak merepresentasikan ide-ide Napoleon, namun lebih kepada ide-ide dari lawannya yang paling tangguh, Gerhard von Scharnhorst.

Jomini

Orang yang mengklaim telah menafsirkan Napoleon ke dunia militer Antoine-Henri Jomini, kemudian Baron de Jomini seorang Swiss berbahasa Prancis (1779-1869).  Pada awalnya diarahkan untuk berkarir sebagai seorang bankir, ia kemudian terhanyut oleh semangat Revolusi Prancis dan kemudian masuk ke bergabung Tentara Prancis 1798. Ia kembali ke dunia bisnis setelah Perjanjian Amiens (1802), dimana ia mulai menulis mengenai masalah-masalah militer. TulisannyaTraité de grande tactique ((karakteristik dari taktik besar) kemudian dipublikasikan pertama kali pada 1803.  Ia kamudian secara terus menerus merevisi,memperbesar dan mencatak  ulangnya samapai 1850-an.

Bergabung kembali dalam militer tahun 1804, ia diterima sebagai anggota staf sukarela oleh Marsekal Ney(yang telah meminjamkan uang untuk penerbitan bukunyaTraité de grande tactique). Ia bertugas selama kampanye di Austerlitz dan Prussia, kemudian di Spanyol. Ia keudian menjadi staf aktual dalam tentara Prancia atas permintaan Napoleon sebantar selama Austerlitz. Ia sempat pula menjadi kepala staf untuk mentornya Marsekal Ney. Kearogannya, sifatnya yang mudah marah, dan ambisinya sering mengakibatkan friksi dengan rekan sekerja dan akhirnya retaknya hubungan dengan Marsekal Ney. Meskipun demikian, ia pada akhirnya dipromosikan menjadi brigadir jenderal dan posisi staf yang cukup penting, kebanyakan jauh dari tentara sebenarnya.  Sekembalinya ia dari kondisi sulit dari kampanye Rusia, ia ditugaskan kembali di bawah Marsekal Ney.  Tetapi, ia pada akhirnya ditangkap atas tuduhan ketelodoran dalam kerja staf. Ambisinya akhirnya digagalkan oleh plot real atau imajinatif atas dirinya, akibanya ia  bergabung dengan tentara Rusia pada 1813.  Ia menghabiskan sebagian besar dari sisa karir panjangnya dalam tentara Rusia.

Selama karir militer aktualnya, Jomini hanya figur kecil, jarang disebutkan dalam instruksi dan laporan resmi, dilupakan dalam memoir mereka yang pernah bertugas dengannya. Meski demikian, ia tetaplah merupakan komentator militer yang paling dikenal dalam masanya, dan mempertahankan posisi tersebut dengan promosi diri yang bersemangat. Karyanya yang paling terkenal, Summary of the Art of War, dipersembahkan, sama seperti karya  Clausewitz, Principles of War, untuk pangeran kerajaan yang menjadi muridnya. Meskipun telah lama pensiun, ia tetap memberikan nasihat pada Tsar Nicholas selama Perang Krim dan Napoleon III selama Kampanye Italia. Bahkan selama masa hidupnya banyak tokoh militer terkemuka yang melihat Jomini dengan skeptis.  Duke of Wellington menganggapnya sebagai peniru yang angkuh.

Setelah memasuki usia matang, Jomini mulai khawatir hasrat revolusioner yang pada awalnya telah membuatnya memasuki militer.  Mungkin ketergantungannya pada Tsar, salah satu penguasa paling konservatif di Eropa, memiliki pengaruh pada sikapnnya ini. Merupakan salah satu ironi sejarah bahwa Clausewitz, seorang perwira dari raja Prussia yang konservatif, yang mendasarkan dirinya pada pada warisan paling radikal dari periode revolusioner, sementara seorang staf dan penerjemah Napoleon, Jomini harus membidikkan teorinya pada korps profesional tentara yang secara essensial masih berada di abad ke-18.

Tulisan-tulisan militer Jomini mudah dilihat secara tidak seimbangnya, dikarakterisasi dengan pendekatan yang sangat menggurui dan menerangkan, dioper ke dalam tata bahasa geometri ekstensif mengenai garis strategis,  basis dan titik kunci.  Resep fundamentalnya simpel, tempatkan kekuatan yang superir pada titik yang menentukan. Dalam karya teori  dimana ia mulai dikenal publik, bagian XXXV dari Traité de grande tactique, ia secara terus menerus menekankan pada keunggulan dari garis interior.

Jomini bukanlah orang bodoh. Kecerdasannya, tulisannya yang ringan mudah dimengerti , dan pengalaman aktualnya dalam perangmembuat tulisannya jauh lebih kredibel dan bermanfaat dari yang bisa diketahui dari deskripi singkat diatas.  Setelah meninggalkan pengabdiannya dari Napoleon, ia mempertahankan dirinya dan reputasinya terutama  melalui prosa. Gaya penulisannya tidak seperti Clausewitz, mencerminkan pencarian audien secara konstan. Ia menulis sejumlah tullisan tentang subjek praktis (logitik,kekuatan maritim)  diabaikan oleh Clausewitz. Bagian dari diskusinya  (ungkapan mengenai kekuatan laut dan Inggris Raya,sebagai contohnya, dan perlakuan sycophanticnya terhadap Archduke Charles dari Austria) jelas ditujukan untuk melindungi posisi politiknya dan menambah pembaca. Dan mengganggap rendah pada Clausewitz, dikarenakan menganggap penulis Prussia itu sebagai kompetitor utamanya. Dan kematian Clausewitz 30 tahun dari dirinya, bisa dianggap sebagai keberuntungan yang tak terduga.

Perbedaan fundamental antara  teoris

Selain perbedaan hubungan dengan Napoleon, perbedaan fundamental antara Jomini dan Calusewitz  berakar dari perbedaan konsep keduanya mengenai proses sejarah dan watak serta peran dari angkatan bersenjata.

Clausewitz melihat sejarah secara relatif,menolak melihat kategori,nilai dan standar secara absolut. Masa lalu harus dilihat sesuai dengan masa  lalu itu sendiri. Menurutnya, para sejarawan harus memakai pola pikir dan kondisi pada masing-masing periode atau dari sudut pandang “spirit of age”.  Sejarah merupakan suatu proses dinamis dari perubahan, dibawa oleh kekuatan yang berada diluar kontrol dan seringkali  diluar pemahaman individu maupun kelompok. Pandangan historisisme inilah yang terlihat sangat nyata dalam 2 tema “On War” yang tidak terdapat dalam buku “Principles Of War". Ungkapan yang terkenal “perang merupakan kelanjutan dari politik dengan percampuran cara lain” (kekerasan yang terorganisasi) dan pengakuan bahwa perang dapat bervariasi bentuknya bergantung pada sifat kebijakan dan masyarakat dimana perang itu terjadi.

Sebagai kontras,  pandangan Jomini tentang perang lebih statis dan simpel.  Ia melihat perang sebagai “drama besar” dimana menjadi panggung bagi para pahlawan dan jenius militer yang memiliki bakat diluar pemahaman manusia biasa.  Ia melihat perang revolusioner dimana dirinya sendiri ikut terlibat hanya sebagai penyempurnaan dari suatu fenomena yang secra fundamental tidak berubah, hanya dimodifikasi oleh hal-hal sekilas seperti persona dramatis, teknologi, ataupun motif politik sementara. Ia mendapatkan rsep teorisi dan praktisnya dari pengalamannya selama Perang Napoleon. Kegunaan dari teorinya adalah untuk mengajarkan pelajaran paktis bagi “para perwira di tingkat tinggi”

Dengan demikian tujuan dari Jomini bersifat utilitarian dan didaktis. Sehingga tulisan lebih telah disiapkan untuk keperluan para pendidik militer. Salah satu karnyanya yang terakhir, Summary of The Art Of War (1838) pada akhirnya dalam banyak terjemahan,popularisasi, dan kupasan menjadi salah satu teks bacaan pendidikan militer yang utama pada pertengahan abad ke 19.

Kebanyakan perbedaan Jomini dan Clausewitz bisa dijejak dari faktor filosofis dan penyingkatan yang sering terjadi dari buku On War,  dmana membuat karya Clausewitz terlihat jauh lebih abstrak dari karya Jomini,  padahal faktanya mereka seringkali sedang mendiskusikan masalah paktis yang sama. Meskipun desakannya bahwa teori seharusnya lebih bersifat dekskriptif (berupa uraian) dibanding presiptif ( emberikan petunjuk secara langsung), namun ia juga cukup sering memberikan pembahasan intruksif pada masalah-masalah militer umum menahan penyeberangan sungai dan pertahanan pada daerah pegunungan.

Interaksi antara keduanya

Sebagaimana telah didiskusikan sebelumnya, disini tedapat banyak keparalelan dan titik perbedaan dalam kepribadian, pengalaman militer,  filosofi diantara kedua pemikir ini.  Namun terdapat pula, beberapa poin interseksi (pertemuan) yang menarik.  Jomini dan Clausewitz mungkin telah pernah melihat sekilas satu sama lain dari sudut pandang pihak yang berbeda selama penyeberangan yang tragis di sungai Berezena selama pengunduran diri Napoleon dari Moskow, meskipun tidak pernah terdapat cukup bukti bahwa mereka pernah bertemu secara personal.   Meskipun demikian meeka sebenarnya telah berintraksi secara intelektual, saling memberi pengaruh terhadap pemikiran satu sama lain dalam waktu lama.

Ketika Clausewitz muda menulis buku Principles of War (1812) untuk muridnya sang Putra Mahkota Prussia, ia terlihat sependapat dengan Jomini mengenai garis interior,

“Dalam strategi, pihak yang dikelilingi oleh musuh berada dalam posisi yang lebih baik dibandingkan pihak yang mengelilingi musuhnya, terutama bila kekuatan berimbang, atau bahkan sedikit lebih lemah,  Kolonel Jomini benar dalam hal ini”

Clausewitz juga menggunakan tata bahasa geometri Jomini dalam hal markas, garis dan titik dan sebagaimana Jomini bersifap positif mengenai kegunaan daerah pegunungan sebagai suatu garis pertahanan.  Namun, kemudian di dalam buku On War ia berybah menjadi sangat skeptis mengenai hal ini. Clausewitz muda juga sepaham mengenai pokok pikiran fundamental dari strategi Jomini “ Teori dar peperangan haruslah mencoba untuk menemukan bagaimana kita mendapatkan kekuatan fisik yang lebih besar keunggulan material pada titik yang menentukan.  Bahkan pada masa awal evolusinya, ia saat itu telah menekankan sesuatu yang menjadi tipikal dari ide-ide Clausewitz kemudian  “meskipun ini tidak selalu memungkinkan, teori dapat pula mengajarkan kepada kita bagaimana untuk mengkalkulasi faktor-faktor moral tertentu;  kesalahan-kesalahan yang kemungkinan akan dlakukan oleh pihak musuh, kesan yang dilakukan oleh tindakan yang berani  dan ya benar, bahkan keputus asaan pihak kita sendiri”

Telah menghabiskan waktu 20 tahun untuk memikirkan hal tersebut, namun pada akhirnya Clausewitz berubah menjadi sangat skeptis mengenai ide-ide Jomini.  Dalam bukunya On War, terlihat bahwa kritik Clausewitz mengenai keadaan teori militer ditujukan terutama pada sistem pertahanan Swiss :

“Hanya secara analitis bahwa usaha pada teori ini  dianggap maju dalam alam kenyataannya,  secara sintetik, kaidah-kaidah dan aturan-aturan yang mereka tawarkan, sama sekali tidak berguna”

“ mereka membidik pada nilai-nilat yang mutlak, namun dalam perang segalanya tidak ada yang pasti, dan perhitungan harus didasarkan pada variabel kuantitas “

“ mereka mengarahkan penyelidikan secara ekslusif pada kuantitas fisik, sementara dalam semua aksi militer sebenarnya saling berjalin dengan faktor psikologis dan efek-efeknya”

“mereka hanya mempertimbangkan aksi unilateral, sementara perang terdiri dari interaksi yang terus menerus antar pihak yang bertikai, semua yang tidak dapat dijangkau oleh sedikit kebijaksanaan dari satu sudut pandang dapat dikatakan berada diluar jangkauan pemikiran ilmiah,  hanya terdapat dalam ranah jenius, yang mana berada diluar semua kaidah yang baku “

“tentara biasa diandaikan untuk mendasarkan dirinya kepada potongan kaidah-kaidah ini, karena tidak cukup baik mampu sebagai jenius, sementara itu seorang jenius dapat mengabaikan sama sekali. Salah, apa yang dilakukan oleh seorang jenius merupakan kaidah yang terbaik, dan teori selamanya tidak bisa tidak, akan menunjukkan mengapa dan bagaimana hal ini akan selalu terjadi “

Kutipan diatas, disebutkannya setelah ejekan Clausewitz pada “ karakter berat sebelah” dari teori mengenai garis interior yang tidak usah dipertanyakan lagi ditujukan pada Jomini. Akibat dari komentarnya ini, beberapa penulis mengklaim bahwa Clausewitz merupakan pendukung dari serangan konsentrik (dengan pusat yang sama), untuk dikontraskan dengan anjuran Jomini tentang “garis inferior” . Sementara dalam faktanya,  Clausewitz menghabiskan banyak waktu mendisusikan operasi konsentrik dikarenakan sebagian karena ia merasa bahwa Jomini telah menjelaskan dengan sangat baik mengenai pendekatan yang berbeda (pendekatan garis interior).  Pilihan mengenai pendekatan yang akan dipilih, menurut Jomini didasarkan pada situasi spesifik yang dihadapi.

Komentar kritis Clausewitz ini menjadi sumber banyak kesalahpahaman dan kebingungan. Siapapun yang telah membaca karya Jomini yang paling terkenal –bila kamu berpikir sebenarnya hanya sedikit orang yang benar-benar telah membaca sampai habis buku On War, maka bahkan jauh lebih sedkit lagi yang telah memabaca The Summary-- , akan dengan mudah menyadari   bahwa ucapan Clausewitz terlihat terlalu kasar dan meyesatkan.  Komen prefatory Jomini,  terlihat cukup masuk akal dan sangat kompatibel dengan pemahaman Clausewitz mengenai perang. Satu hal yang mungkin sering dilupakan adalah komentar Clausewitz tersebut terutama ditujukan pada buku Jomini  Traité de grande tactique dan karya-karya awalnya yang lain. Karya The Summary ditulis setelah Jomini membaca On War dan setelah kematian Clausewitz.  Dengan demikian komentar Clausewitz tersebut tidak merefleksikan modifikasi Jomini terhadap argumennya yang sebelumnya,  dikarenakan pada buku The Summary telah mengandung banyak penyesuaian yang mengacu pada argumen-argumen yang diungkapkan Jomini dalam buku On War.  Terasuk didalamnya komentar Jomini mengenai pentingnya moral, ketidakmungkinan adanya kaidah tetap (kecuali mungkin secara taktis) ,  kebutuhan untuk mengurangi peran teori, skeptisme  pada kalkulasi matematis (dan juga penolakan bahwa karya Jomini itu sendiri--meskipun dengan segala terminologi geometris dan diagram—berbasis pada matematika, dan penyangkalan bahwa perang merupakan “ilmu pengetahuan positif” dan pembedaan yang jelas antar pengetahuan militer biasa dan skil tempur yang aktual”.

Jomini mengakui kebenaran dari adanya koneksi yang kuat antara politik dan perang sebagaimana yang dikatakan Clausewitz.  Buku Summary penuh dengan referensi terhadap “politique”  istilah yang sama dengan Politik nya Jomini.  Namun, kesamaan ini disembunyikan oleh penerjemahan Inggris standar, yang mana menggantikan istilah “diplomasi” untuk interaksi politik yang terjadi antar negara, sementara tidak memasukkan interaksi politik dalam negara.  Sebagai contoh bisa dilihat pada kutipan langsung Jomini dari buku On War (karya Clauseitz) “ hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang Komandan adalah sepakat dengan kepala negara dalam deklarasi perang “ . Bandingkan hal ini dengan Clausewitz “ Hal yang pertama, utama dan paling mendalam yang harus dilakukan oleh para Komandan dan negarawan adalah bagaimana untuk menciptakan perang yang mereka mulai,,adalah tidak untuk menyalahartikan dan mengubah perang itu menjadi seuatu yang asing sifatnya.

Peniruan Jomini terhadap istilah-istilah Clausewitz dalam buku On War secara langsung namun tidak diakui ini, pada akhirnya menyakinkan banyak pembaca bahwa mereka berpikir secara paralel (sejajar, tidak berhubungan, tidak memiliki titik temu). Secara silmultan,  ketidaksukaan keduanya secara terbuka cenderung membuat membuat para pembaca (terutama mereka yang tidak begitu familier terhadap karya keduanya ) menganggap terdapat kontradiksi mendasar dalam pandangan keduanya.  Meskipun demikian, pengakuan Jomini terhadap validitas dari banyak pandangan Clausewitz tidak membuatnya dengan tulus mengadopsi filosofi Clausewitz secara keseluruhan, untuk setidaknya tiga alasan. Pertama, ia dengan tepat membedakan hasil karyanya dengan karya Clausewitz dengan menunjuk bahwa karyanya memiliki tujian intruksional (bersifat mengajarkan/menggurui).  Meskipun ia setuju bahwa perang secara esensial adalah suatu tindakan politik,  ia menunjuk implikasi praktis dari fokus yang berbeda : Sejarah terutama berifat politik dan militer menawarkan banyak hal yang menarik, namun juga lebih sulit untuk ditangani, dan tidak terkadang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan didaktis (bersifat pengajaran)

Kedua, dan sesuai dengan pandangan sejumlah pengkritik di kemudian hari, ia menemukan bahwa pendekatan Clusewitz terlalu arogan secara intelektual, berlebihan secara metafisik, dan sangat sulit untuk dicerna.  Jomini terutama menekankan pada simplifitas dan kejelasan dibandingkan “pencarian pretensius” (berlebihan, bermegah-megahan, terlalu rumit) untuk mencari kebenaran yang lebih mendalam.  Lebih lanjut ia memprotes Clausewitz dikarenakan skeptisme ekstrimnya terhadap semua teori militer, kecuali terhadap karyanya sendiri On War. Terlihat munafik bagi Jomini untuk menolak pendeaktan teoritis Jomini sementara mempertahankan pendekatannya sendiri (padahal terdapat titik temu).

Ketiga, terdapat sentimen pribadi dalam kritik-kitik Jomini yang ditujukan pada Clausewitz.  Jelas Jomini dalam level tertentu sangat mengagumi karya Clausewitz. Ia menyesali bahwa Clasewitz tidak dapat membaca karyanya Summary “menganggap bahwa Clausewitz akan memberikan pada karyanya beberapa penilaian yang adil” . dengan demikian ia sangat tersinggung terhadap kritik yang terdapat dalam On War. Hal ia ekspresikan dalam beberapa olok-olokan (“karya Clausewitz memang berguna, namun bukan karena ide-ide yang ditulis pengarangnya, namun lebih karena ide berlawanan yang dilahirkan olehnya”) dan tuduhan plagiatisme (tidak ada satupun refleksiku  [dalam kampanye tahun 1799] yang tidak ia tiru). Hinaan ini, dikarenakan karena menyebut nama, memiliki lebih banyak arti bagi para pembaca yang tidak familiar dengan karya On War, ketimbang konsesi dalam isu teorotis pada karya Summary.

Kesimpulan :Kembali kepada Teori Jomini

Signifikansi dari ini semua, disamping ketertarikan antikuarian yang akan muncul , terletak pada suatu upaya untuk menghidupkan kembali Jomini. Upaya merupakan suatu bagian dari reaksi dominansi teori-teori  Clausewitz di Amerika Seriktat setelah perang Vietnam. Selama ini teori Clausewitz telah  scara periodik dinyatakan usang, namun kemudian muncul kembali lebih kuat dari sebelemnya.  Argumen demikian biasanya berfokus pada masalah perang nuklir,  namun kemudian terlihat lebih bahwa para teorisi nuklirlah, dan bukan Clausewitz dan lebih terlihat usang. Terdapat pula komplain dari para tradisionalis militer mengenai pengaruh yang berlebihan dari ”orang gila penganut Clausewitz” dan para teorisi puritan mengenai  “prostitusisasi dari teori Clausewitz sejak 1981,  terutama pada (misalnya di Angkatan Darat Amerika Serikat)  FM 1005 dan para varian turunannya yang busuk. Komplain dari kedua belah pihak memiliki beberpa justifikasi. Ekslitisme dari pemikiran militer Anglo Saxon berakar dari semangat yang sama dari suatu istilah latin, "Cave ab homine unius libri" (berhati-hatilah terhadap oang yang mendasarkan dirinya pada satu buku), mangandalkan hanya kepada karya Clasewitz sendiri tidak sejalan dengan prinsip ajaran sang filsuf militer. Dilain pihak menggunakan karya On War hanya sebagai tumpukan dari kutipan hebat untuk mendukung posisi doktrinal tertentu juga merupakan penghinaan terhadap karya Clausewitz tersebut.

Sebagian besar kritik terhadap neo Clausewitzian (pemikirian berdasarkan teori Clausewitz) hanyalah sebuah reaksi simpel. Para calon kompetitor dimasa depan hanya memiliki sedikit pilihan selain harus memaksa keluar pemikiran sang filsuf Prussia dari keunggulan pasca perang Vietnamnya.  Dan tentu saja beberapa orang telah bosan untuk terus-meneru mendengarkan pemikiran jenius yang telah lama mati ini.  Sebagaimana dikatakan David Chandler,  “generalisasi Kantian dari Clausewitz telah terlalu lama membuai kita “.  Mungkin juga terlihat di sebuah dunia dimana keliahatannya telah bebas dari konflik ideologi fundamental (meskipuntidak dengan konflik nasionalis) , di sebuah periode dimana disebut-sebut sebagai “akhir dari sejarah” , pandangan Clausewiz mengenai sebuah dunia yang kacau terlihat kurang relevan. Pandangan Chandler bahwa pendekatan sang rival Baron Antoine Jomini saat ini berada dalam pemikiran ulang yang serius, mungkin menjadi suatu tanda dari sebuah tren,orang mungkin akan bertanya, oleh siapa? Tren tersebut semakin diperkuat oleh apa yang oleh beberapa orang dilihat sebagai “ dalam pandangan masa lampau yg disesali” sebagai simplisitas yang sangat un-Clausewitzian dari Perang Teluk Persia. Mungkin saja ke sanga Clausewitz- an dari perang yang akan datang akan menekan usaha baru untu memperbaiki klaim Jomini dengan status Guru.

Dalam argumen saya sendiri sebenarnya apa paling yang dikontribusikan Jomini adalah nilai riil – yang sangat besar nilainya – telah lama meresap terlihat dari bagaimana kita menulis doktrin praktis kita.  Sementara kontribusi-kontribusi  Clausewiz tidak (meresap dalam penulisan doktrin). Sunguh, oleh karena kebrilianan dan kearifan dari banyak konsep-konsep Jomini, sangat sulit untuk membayangkan bagaimana bagaimana konsepnya akan menjadi “kearifan umum”.  Jomini penting  dalam suatu makna  historis.  Sementara itu untuk mengembangkan pemahaman kita mengenai masa lalu, sekarang dan masa mendatang, kita harus berpaling pada Clausewitz.

Kepala staf Lincoln Jenderal Henry W Halleck sering dianggap sebagai Jominian (penganut ajaran Jomini). Dia juga pastinya menyadari mengenai Clausewitz dan diasumsikan mengeluarkan beberapa pendapat mengenai ide-idenya.  Sumber inspirasi terbesarnya sebenarnya bukanlah Clausewitz ataupun Jomini, namun Archduke Charles. Lihat Thomas L. Connelly and Archer Jones,The Politics of Command: Factions and Ideas in Confederate Strategy(Baton Rouge: Louisiana State University Press, 1973, 27­28, 30, 104, 176. Russell F. Weigley mengadopsi pandangan menggenai pengaruh Archduke Charles's pada Halleck dalam artikelnya "American Strategy from Its Beginnings through the First World War," dalam buku Peter Paret, ed.,Makers of Modern Strategy: From Machiavelli to the Nuclear Age(Princeton: Princeton University Press, 1986), 416­17; yang mana belum terlihat dalam bab awalnya mengenai Halleck dalamTowards an American Army: Military Thought from Washington to Marshall(New York: 1962), dimana dalam tulisan tersebut ia lebih melihat Halleck lebih sebagai seorang pemikir yang orisinil, meskipun sangat dipengaruhi oleh Jomini.

Mahan telah familier dengan ringkasan umum dari pemikiran Clausewitz pada tahun 1890-an. Ini merupakan pandangan dari dua sejarawan militer Kapten (USN) William Dillworth Puleston,Mahan: The Life and Work of Captain Alfred Thayer Mahan, U.S.N.(New Haven: Yale University Press, 1939), 295, and Spector,Professors of War, 121. Namun editor dari paper-paper karya  Mahan, tidak benar-benar yakin bahwa Mahan pernah membaca karya Clausewitz, dan apabila ia telah membacanya menurutnya terjadi sekitar tahun 1910. See Robert Seager,Alfred Thayer Mahan: The Man and his Letters(Annapolis: US Naval Institute Press, 1978), 552, 683,n.11. saya sendiri setuju dengan perkiraan editor ini, meskipun tidak menghilangkan kemungkinan bahwa Mahan telah mengetahui ringkasan umum buku On War sebelum waktu tersebut. Ketertarikan Mahan lebih lanjut dibuktikan dengan catatan pinggirnyanya dalam sebuah kopian dari kondensasi Mayor Stewart Murray's 1909 mengenai buku On War,The Reality of War(London: Hugh Rees, 1909). Kopian milik Mahan sendiri telah hilang namun catatan pinggirnya sendiri telah ditranskip dalam sebuah kopi yang didonasikan untuk Naval War College oleh Puleston, penulis dari biografi Mahan.

Alfred Thayer Mahan,Naval Strategy Compared and Contrasted with the Principles and Practice of Military Operations on Land: Lectures Delivered at the Naval War College, Newport, R.I., between the Years 1887 and 1911(Boston: Little, Brown, and Company, 1911; ditulis ulang Westport, Conn.: Greenwood Press, 1975), terdapat dua referensi yang menunjuk langsung pda Clausewitz . Salah satunya adalah referensi catatan kaki mengenai  anggapan sarkastis Clausewitz mengenai "Kunci," (Buku VI, Bab 23 dariOn War). Sementara yang lainnya (dimana Mahan mereferensikan Clausewitz sebagai “salah satu pedoman”” in which Mahan refers to Clausewitz as "one of the first of authorities")merupakan sebuah referensi terhadap cuplikan Corbett dalamOn Warmengenai kekuatan relatif dari menyerang dan bertahan (halaman 279). Ini merupakan suatu bagian dari sebuah diskusi panjang yang penting, dimana Mahan membandingkan akpek strategis dari daratan dan laut, dimana dia secara jelas mendiskusikan mengenai tafisiran dari Clausewitz tanpa secara langsung menyebutkannya. [dia juga menggunakannya paragraf yang sama selama diskusinya mengenai beberapa latihan angkatan laut dalam suratnya kepada  4 Maret 1911, in Alfred Thayer Mahan, eds. Robert Seeger II and Doris D. Maguire,Letters and Papers of Alfred Thayer Mahan(Annapolis: Naval Institute Press, 1975.)] Mahan juga mendiskusikan apa  itu "cara dan tujuan akir" secara panjang lebar (esp. p5), dalam sikap yang sangat menyerupai Clausewitz.

Lihat Puleston hal 295; Spector, 121.

While he thought that the equally great British Clausewitzian Julian Corbett was wildly wrong in his interpretations. Sementara itu dia berpendapat bahwa Clausewitzian Inggris lainnya Julian Corbett amat salah dalam penafsirannya

Michael I. Handel,Masters of War: Sun Tzu, Clausewitz and Jomini(London: Frank Cass, 1992).

Carl von Clausewitz, terjemahan. Hans W. Gatzke,Principles of War(Harrisburg, PA: The Military Service Publishing Company, 1942); dicetak ulang dalam Stackpole Books,Roots of Strategy: Book 2, 3 Military Classics. Harrisburg, PA: Stackpole Books, 1987. [dengan judul asli "Die wichtigsten Grundsatze des Kriegfuhrens zur Erganzung meines Unterrichts bei Sr. Koniglichen Hoheit dem Kronprinzen" (ditulis tahun 1812; diterjemahkan dari edisi Jerman tahun 1936 ).] Terjemahan lainnya terdapat  sebagai tambahan/lampiran dalam terjemahan buku On War oleh J.J. Graham's tahun 1873 .

. On Jomini, lihat Crane Brinton, Gordon A. Craig, and Felix Gilbert, "Jomini," in Edward Mead Earle, ed.,Makers of Modern Strategy: Military Thought from Machiavelli to Hitler(Princeton: Princeton University Press, 1944); Michael Howard, "Jomini and the Classical Tradition," dalam buku Michael Howard, ed.,The Theory and Practice of War(New York: Praeger, 1966); John Shy, "Jomini," in Peter Paret, ed.,Makers of Modern Strategy: From Machiavelli to the Nuclear Age(Princeton: Princeton University Press, 1986).

Bahasan terbaik mengenai Jomin dalam bahasa Inggris dapat ditemukan dalam buku John R. Elting, "Jomini: Disciple of Napoleon?"Military Affairs, Spring 1964, 17-26. Tidak seperti kebanyakan diskusi biografi mengneai Swiss, yang mana berbasis pada kenangannya sendiri pada orang yang ingin dibuatnya terkesan . Tulisan Eting  berdasarkan pada Xavier de Courville,Jomini, ou de le Devin de Napoleon(Paris, 1935) , ditulis oleh keturunan Jomini daidasarkan pada parer pribadinya, itu merupakan biografinya yang paling objektif, berbeda dengan kebanyakan biografi lainnya, yang umunya berdasarkan kenangan mengenai orang yang ingin dibuatnya kagum. Tulisan Elting berdasarkan pada Xavier de Courville,Jomini, ou de le Devin de Napoleon(Paris, 1935). "Ditulis oleh keturunan Jomini senidri dan berdasarkan dari catatan-catatan pribadinya, uku ini dapat dianggap sebagai yang paling objektif.

Elting, "Jomini: Disciple of Napoleon?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun