Sebagai anggota BZW, saya pun sering nggumun pada anggota yang lain. Mereka ini jarang sekali menyetor sampah ke TPA. Banyak di antara mereka yang menyetor sampah ke TPA setiap tiga minggu sekali, bahkan banyak juga yang membuangnya dua bulan sekali. Itupun ukurannya hanya satu atau dua kresek sedang, hampir mirip dengan buangan sampah rumah tangga pada umumnya. Hanya saja, apabila rumah tangga lain membuang sampah sebanyak itu setiap hari, rata-rata anggota BZW membuangnya setahun paling banyak cuma 16 kali!
Tidak hanya fokus mengelola sampah rumah tangga, anggota BZW juga banyak yang kemudian mendirikan bank sampah, bulkstore, usaha minim sampah, hingga menjadi influencer gaya hidup minim sampah. Selain mencegah, memilah dan mengolah sampah di rumah tangganya sendiri, anggota BZW juga didorong untuk membuat perubahan di masyarakat.Â
Gerakan ibu rumah tangga dalam mengurangi sampah juga diinisiasi oleh Mama4Planet. Berbeda dengan BZW yang berbasis online, Mama4Planet memfokuskan diri untuk mengedukasi ibu rumah tangga di 3 padukuhan di daerah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Mama4Planet melatih 21 kader yang kemudian mengedukasi ibu rumah tangga di daerah tersebut untuk mengolah sampah. Mereka juga membuat challenge bagi para ibu untuk mengurangi sampah makanan. Hasilnya, para ibu ini berhasil mengurangi sampah rata-rata sebesar 60% di rumahnya. Lumayan banget kan?
BZW dan Mama4Planet adalah bukti bahwa the power of emak-emak sangat bisa dimanfaatkan untuk mengurangi dan mengolah sampah. Apabila para ibu teredukasi, sampah yang berasal dari rumah tangga dapat berkurang dengan signifikan.
The power of emak-emak dalam menangani isu lingkungan pernah diteliti Laila Kholid dari Universitas Diponegoro pada tahun 2018-2020. Gerakan aktivis lingkungan oleh perempuan terbukti efektif salah satunya karena perempuan memiliki jejaring sosial yang kuat. Sebuah gerakan dapat dengan mudah tumbuh dari organisasi perempuan seperti PKK, Posyandu, hingga kelompok pengajian atau kegiatan religius. Perempuan seringkali tidak diam saja dalam geraknya, tapi juga mendorong sesama perempuan untuk juga bergerak bersama.
Efektivitas gerakan perempuan juga disebabkan karena motivasi para perempuan ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadinya, tapi juga untuk keluarganya. Terbukti, para Ibu selalu saja memikirkan suami dan anaknya terlebih dahulu sebelum memikirkan dirinya sendiri.
Dalam kasus persampahan pun, motivasi untuk memberikan warisan kepada anak-anak mereka berupa lingkungan yang masih aman untuk ditinggali pun menjadikan mereka bersemangat dan konsisten dalam mencegah, memilah dan mengolah sampah.
Partner Pemerintah
Pemerintah memang masih punya tugas untuk menangani timbulan sampah yang telah menggunung di TPA dan melakukan penanganan sampah. Telebih, saat ini banyak TPA telah overload. Mustahil gunung sampah yang sekarang terbentuk di TPA berbagai daerah termasuk TPST Piyungan bisa musnah tanpa bantuan teknologi.
Penggunaan teknologi pun sebaiknya tidak hanya satu jenis yang diandalkan. Perlu banyak inovasi yang diadopsi serta menggaet banyak investor besar supaya lebih efektif dalam penganan sampah.