Mohon tunggu...
Zahratul Iftikar
Zahratul Iftikar Mohon Tunggu... Lainnya - Dokter gigi, ibu 2 anak, pegiat sustainable living, guru tahsin Al-Quran

Raising my children sambil praktek dokter gigi, berkebun, beternak, membaca, menulis dan mengajar baca Quran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Gempa Bantul dan Trauma yang Masih Mengintai

1 Juli 2023   08:33 Diperbarui: 1 Juli 2023   19:01 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gempa Bantul tahun 2006 (kompas.com) 

Saat itu, orang-orang sangat ketakutan. Mereka tidak mau dekat-dekat bangunan meski hanya pagar setinggi satu meter. Setiap kali ada gempa susulan, kami langsung berhamburan. Anak-anak menangis sampai histeris. Berbulan-bulan kemudian, kami hidup di tenda. Bukan hanya karena tidak ada rumah untuk dihuni, tapi karena trauma mendalam yang tak jua mau pergi. 

Hampir setahun berlalu, barulah bantuan dari pemerintah maulun LSM datang. Rumah yang rubuh dibangun kembali. Sebagian besar malah lebih bagus daripada rumah sebelumnya. Hampir-hampir setiap desa di Bantul tidak bisa dikenali lagi karena semuanya bertransformasi.

Timbul Kembali

Lalu, malam tadi, gempa cukup besar terjadi lagi. Menguak luka yang belasan tahun telah dicoba untuk ditutup rapat-rapat. Tapi ternyata menguat kembali bak kotak pandora yang terbuka.

Gempa semalem memang tidak sebesar 17 tahun lalu. Tapi saya yakin, gempa tersebut cukup membuat warga Bantul terngiang kembali memori kelam 17 tahun silam. Tidak hanya bayangan yang tergambar mata, tapi juga perasaan takut, kalut, panik dan tak berdaya yang juga menghegemoni perasaan orang-orang semalam.

Lebih-lebih, di negeri ini, gempa masih jua belum bisa diprediksi. Datangnya sekonyong-konyong tanpa permisi. Sehingga meskipun rumah-rumah telah dibangun kembali, trauma tetap juga tidak bisa terobati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun