Mohon tunggu...
Zahratul Iftikar
Zahratul Iftikar Mohon Tunggu... Lainnya - Dokter gigi, ibu 2 anak, pegiat sustainable living, guru tahsin Al-Quran

Raising my children sambil praktek dokter gigi, berkebun, beternak, membaca, menulis dan mengajar baca Quran.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Jangan Dibakar atau Dibuang, Komposin Aja

24 Juni 2023   05:21 Diperbarui: 25 Juni 2023   04:46 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membuat kompos(shutterstock) 

Berdasarkan data Kompas, timbunan sampah makanan di Jakarta tahun 2020 mencapai 2.126.924 ton yang setara 14 kali ketinggian Monas dan bahkan lebih tinggi dari gunung Kelud. 

Kondisi demikian tidak jauh berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia, yang mana di Surabaya saja timbunan sampah makannya mencapai 9 kali ketinggian Tugu Pahlawan.

Ilustrasi timbulan sampah makanan di DKI Jakarta (kompas.id) 
Ilustrasi timbulan sampah makanan di DKI Jakarta (kompas.id) 

Hal ini diperparah oleh kebanyakan jenis TPA di Indonesia yang masih menggunakan sistem open dumping. Pada sistem ini, sampah dikumpulkan di tanah terbuka dan tidak ditimbun menggunakan tanah kembali. 

Sistem ini menyebabkan pencemaran air dan tanah, pencemaran gas metan, dan tumbuh suburnya binatang-binatang seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk. 

Tidak hanya itu, bau busuk dari tumpukan sampah di TPA bisa tercium hingga beberapa kilometer dari lokasi. TPA juga berpotensi mengalami longsor dan ledakan oleh karena gas metana yang terperangkap di dalam timbunan.

Padahal, apabila sampah makanan tersebut selesai diolah di rumah, beban TPA dan kebiasaan membakar sampah akan sangat jauh berkurang. Pun, apabila setiap rumah melakukan pemilahan sampah organik, anorganik, serta residu, sampah terpilah memiliki nial jual dan dapat didaur ulang sehingga tidak terbuang menjadi sampah yang tidak bermanfaat.

Semua manfaat di atas dapat diraih apabila setiap rumah mengolah sendiri sampah organiknya dengan mengompos, yang berarti setiap rumah paling tidak memiliki satu komposter. Tapi tentu untuk mewujudkan hal tersebut bukanlah hal mudah karena perlu edukasi yang masif kepada masyarakat.

Membaca manfaat mengompos di atas, tergerak untuk mengompos? Yuk diskusi di kolom komentar! 

Referensi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun