Mohon tunggu...
Susanti Susanti
Susanti Susanti Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker Susanti

Mari Berkarya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Imlek di Konawe Selatan: Vihara Dhamma Sasana dan Pantai Pasir Putih

28 Februari 2022   20:13 Diperbarui: 28 Februari 2022   20:15 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melewati sawah sebelum tiba di Pantai Pasir Putih (Dokpri)

Bagi anda, adakah hari-hari yang harus pasti dilalui bersama-sama dengan keluarga? Seperti Lebaran bagi kaum Muslim, Natal bagi kaum Kristiani, dan Tahun Baru Imlek bagi kaum Tionghua? Apakah pernah hari-hari tersebut anda lewati tanpa kebersamaan dengan keluarga?

Saya adalah seorang Warga Negara Indonesia bersuku Tionghua. Bagiku, kebersamaan keluarga saat Tahun Baru Imlek itu memang sebuah momentum, mulai dari makan malam di malam tahun baru, Angpao dari orang tua, berkunjung, dan makan kue di rumah saudara-saudara. Namun, Tahun Baru Imlek pada 2022 ini, saya jauh dari keluarga.

Vihara Dharma Sasana di Lapoa

Walaupun sebenarnya berdoa dapat dilakukan kapan saja, dan di mana saja, tetapi layaknya pendatang baru, kami pun mencaritahu tempat ibadah terdekat di area kerja kami (Lalembuu, Konawe Selatan). Pas hari raya Tahun Baru Imlek itu, kami memutuskan untuk mengunjungi vihara dengan patokan bahwa vihara dekat setelah rumah si ibu ini (salah satu karyawan di tempat kerja kami).

Rumah ibu itupun cukup gampang dikenali, rumah besar berwarna pink bhayangkari. Setelah melewati rumah ibu itu cukup jauh, tetapi kami belum melihat vihara, maka kami memutuskan untuk menanyakan pada warga setempat. Kakak muda yang kami tanyain itu memberitahu bahwa sedikit lagi ke depan, nanti ada perempatan, vihara berdekatan dengan gereja. Kakak ini juga memberitahu bahwa vihara ada di sebelah kanan jalan. Kamipun meneruskan perjalanan.

Setelah cukup jauh, kami memutuskan untuk menelepon pada rekan kerja kami yang rumahnya berdekatan dengan vihara. Ternyata, kami sudah kelewat tempatnya. Jadi, kami memutar balik. Akhirnya kami, menemukan gereja Katolik di sebelah kiri jalan dari daerah asal kami.  Dengan demikian, kami melihat ke seberangnya, ternyata letak vihara memang gak di depan jalan, tetapi sedikit masuk ke dalam gang gitu, tidak ada papan penunjuk jalannya.

Dari depan jalan raya, kami melihat bangunan vihara yang bercat hijau itu tertutup pintunya. Tetapi, kami tetap masuk ke dalam gang, dan berjalan menuju vihara tersebut. Vihara Dharma Sasana, nama viharanya. Ternyata, kunci tertancap pada pintu kayu yang tertutup itu. Awalnya, kami mencoba memanggil (berteriak), namun tidak ada yang menyahut, jadi kami pun berasumsi bahwa memang kunci dibiarkan pada pintu agar pengunjung membuka sendiri. Oleh karena itu, kami pun memutar kunci, membuka pintu kaca, kemudian membuka slot pada pintu besi di dalamnya, dan membuka sepatu untuk masuk ke dalam ruangan vihara.

(Oh ya, di sini, saya ingin sedikit berbagi informasi, bahwa sebenarnya perayaan Tahun Baru Imlek adalah perayaan bagi penduduk suku Tionghua, jadi tidak terbatas agama apapun. Bisa jadi, anda menemukan temanmu beragama Buddha yang merayakan Tahun Baru Imlek, beragama Kristen Tahun Baru Imlek, ataupun agama lainnya. Ini, karena saya beragama Buddha, jadi berkunjung ke tempat ibadah umat Buddha, yaitu: vihara.)

Meja Altar di Vihara Dhamma Sasana,Lapoa, Konawe Selatan (Dokpri)
Meja Altar di Vihara Dhamma Sasana,Lapoa, Konawe Selatan (Dokpri)

Dalam vihara ini dicat warna putih, dengan langit-langit dan keramik lantai berwarna oren. Ada dua rupang Buddha berwarna keemasan pada altar. Saat diperhatikan lebih dekat pada altar, terdapat pula tempat tancap dupa, dua lilin putih yang sudah terbakar pendek, sebuah mancis, dua lilin baterai, semangkok bunga palsu, dan semangkok bunga segar yang belum terlalu layu pertanda baru saja ada yang datang bersembahyang di sini. Ada pula dua rupang Buddha kecil yang diletakkan di samping rupang besar.

Ada dua loudspeaker yang digantung masing-masing pada samping kiri dan kanan atas bangunan, dan sebuah rak berisi berbagai barang-barang yang kurang tertata (ada dupa, dan kemoceng) pada dinding sisi altar, serta sebuah lemari berisi banyak buku-buku, dan tumpukan alas duduk di sebelah pojok kanan dekat pintu masuk. Tidak lupa kami bernamaskara pada pada rupang Buddha, dan menjepret beberapa foto, lalu pergi ke destinasi berikutnya.

Pantai Pasir Putih di Tinanggea

Karena ini merupakan perjalanan jauh dan sulit ditempuh (karena jalan penuh lekukan dan kerikil) bagi kami, jadi akan sayang bila hanya menuju satu destinasi, kamipun mencari tempat lain yang bisa dikunjungi. Ketemu deh Pantai Pasir Putih di Tinanggea, nama tempatnya. Jadi, kami meneruskan perjalanan dari Lapoa ke Tinanggea, selanjutnya mengikuti Google Maps menuju pantai tersebut. Walaupun sudah memiliki pedoman, kami sempat ragu apakah kami salah jalan, karena kami melalui hamparan sawah yang indah dan luas. Mau ke pantai, melewati persawahan dulu, Aneh gak sih?

Melewati sawah sebelum tiba di Pantai Pasir Putih (Dokpri)
Melewati sawah sebelum tiba di Pantai Pasir Putih (Dokpri)

Selain itu, karena salah seorang rekan kerja kami memberi tahu bahwa ada plang nama "Pantai Pasir Putih" saat belokan menuju pantai tersebut. Tetapi, tidak kunjung kami temui plang tersebut. Selain itu, alamat pada internet "Pantai Pasir Putih di Desa Watumelewe, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel)", sedangkan saya melihat nama jalan pada plang sebuah bangunan yang kami lalui "Desa Moolo Indah". Apaan sih ini?

Oleh karena itu, kami memutuskan untuk berhenti, dan bertanya pada seorang bapak petani yang sedang bekerja. Ternyata memang betul, kami dikasihtahu untuk terus lagi, nanti belok kiri di perempatan kedua.

Kami berangkat dengan dua motor. Saat motor di depan sudah berbelok kiri, saya dan teman di motor belakang sempat ragu apakah ini sudah perempatan ke dua. Jadi, kami memanggil mereka. Mereka sangat yakin bahwa ini sudah perempatan ke dua. Kemudian, salah seorang teman mencegat pengendara motor yang datang dari arah berlawanan dengan kami. Lelaki itu pun memastikan bahwa betul jalan aja terus ke depan, pantai pasir putih.

Pantai Pasir Putih, Tinanggea, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Dokpri)
Pantai Pasir Putih, Tinanggea, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Dokpri)

Akhirnya, kamipun tiba. Banyak saung-saung berjejeran di pantai. Ada pula bangunan tempat orang-orang berjualan. Pantai Pasir Putih? Ehm, sepenglihatan kami pantai ini tidak berpasir putih halus. Kamipun teringat pada cerita salah seorang rekan kerja kami, katanya, "Pasir Putih kalo air lautnya lagi gak naik." Kebetulan, kami tiba di pantai sekitar jam 3 sore, saat air laut sudah pasang, kami berjalan menelusuri dermaga kayu itu. Saat memasuki pijakan awal di dermaga, saya menoleh ke arah air, memang airnya bening, dan pasir di bawahnya putih. Mungkin itu maksudnya, "Pasir Putih kalo air lautnya lagi gak naik." Sedangkan, pada sisi kiri dan kanan dermaga berjejeran banyak pohon bakau berjejeran.

Pantai Pasir Putih, Tinanggea, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Dokpri)
Pantai Pasir Putih, Tinanggea, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Dokpri)

Saat keluar, ada petugas di rumah kecil yang menjaga portal dan menagih tiket masuk. Setelah kami membayar Rp10.000 untuk 2 motor, baru palang dinaikkan untuk kami keluar.

Dalam perjalanan pulang, saya tidak mengerti bagaimana si teman pengemudi motor membawa pada berbeda jalur. Kali ini, kami tidak melewati sawah lagi, dan hanya sebentar saja perjalanan dari pantai ke jalan raya. Di situpun, kami melihat plang "Pantai Pasir Putih" yang roboh di tengah jalan. Lalu, kamipun melaju sampai ke rumah kami di Atari Jaya, Lalembuu.

Demikian, wisataku pada hari raya Tahun Baru Imlek di Konawe Selatan. Bagaimana ceritamu merantau sambil mengunjungi tempat wisata di perantauan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun