Mohon tunggu...
Susanti Susanti
Susanti Susanti Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker Susanti

Mari Berkarya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jawablah Pertanyaan Tenaga Kefarmasian dengan Baik dan Benar (1)

21 September 2019   12:59 Diperbarui: 16 April 2021   19:14 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah anda pernah membeli obat dengan resep dokter? Bagaimana anda menanggapi pertanyaan dari Apoteker terkait kondisi penyakit dan pengobatan anda?

Suatu hari, Pasien S datang ke apotek untuk menebus resep Alprazolam 0,5mg sebanyak dua puluh tablet, dengan aturan pemakaian 2 kali sehari setengah tablet. Ini diresepkan oleh seorang dokter umum.

Apoteker (Apt): Pak, obat ini untuk siapa ya?

Pasien S (PS): Teman saya yang titip beli obat.

Apt: Teman Bapak sakit apa? Apakah sudah pernah minum obat ini sebelumnya?

PS: Saya gak tahu.

Apt: (setelah mencatat data pasien, memeriksa stok dan harga obat di komputer, dan pasien menyetujui harga tersebut) Baik, Pak. Bapak tunggu sebentar, disiapkan dulu obatnya.

Setelah obat disiapkan, obat diberikan pada pasien dengan pemberian informasi obat. Adapun Three Prime Questions perlu ditanyakan terlebih dahulu untuk menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat (ini juga untuk menghindari ketumpangtindihan informasi obat yang diberikan dokter dan apoteker):

a. Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda? 

b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat Anda? 

c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda menerima terapi Obat?

PS mengakui bahwa tidak tahu, karena tidak bersama temannya saat menemui dokter, hanya dititipkan resep ini untuk beli obat ke apotek.

Apt: Baik, Pak. Ini obatnya Alprazolam 0,5mg untuk menenangkan pikiran. Diminum dua kali sehari setengah tablet, jadi obat diminum setiap dua belas jam. Obat ini bisa bikin ngantuk ya, Pak.

PS: Owh gitu.

Apt: (sambil menunjukkan kartu nama dokter yang praktik di apotek) Pak, di apotek sini juga ada dokter, ini kartu namanya.

PS: (Setelah melihat sebentar kartu nama) Owh, di sini ada Psikiater ya?

Apt: Iya, Pak, beliau Psikiater, dokter spesialis kesehatan jiwa.

PS: Sebenarnya, obat ini untuk saya sendiri. Akhir-akhir ini, saya merasa sering sesak napas. Duduk-duduk biasa saja juga rasa sesak. Sudah cek macam-macam, sudah cek jantung juga pakai alat, gak nemu sakitnya apa. Tetapi, kata dokter akhir-akhir ini, saya terlalu banyak pikiran, jadi meresepkan obat penenang ini.

Apt: Owh gitu, Pak. Kalau bapak mau konsultasi dengan Psikiater, bisa janjian setiap Senin sampai Sabtu, jam 16.00-21.00 WIB.

PS: Nanti saya habis minum obat ini dulu deh, baru lihat gimana. Kalau tidak membaik, saya baru konsultasi sama psikiater lagi. Terima kasih.

Apt: Bisa, Pak. Nanti bisa telepon dulu ke apotek. Terima kasih. Semoga sehat selalu.

Menanyakan untuk siapa obat ini, dan keluhan apa yang dialami pasien itu bukan sok ingin tahu, ingin mencampuri, sok "kepo", atau ingin menggosip. Tetapi, itu memang diperlukan untuk mengkaji resep perihal pertimbangan klinis.

Selain itu, juga mendukung pemberian informasi obat yang tepat, karena suatu obat dapat memiliki beberapa fungsi. Contohnya, ada suatu obat A yang dapat berfungsi sebagai obat pereda rasa sakit, penurun demam, dan antiradang yang diminum bila ada gejala, tetapi juga merupakan suatu obat pengencer darah yang harus diminum rutin. 

Bila saat penyerahan obat, tenaga kefarmasian menjelaskan bahwa obat A sebagai obat antinyeri yang diminum bila perlu, bisa jadi sewaktu-waktu si pasien mengalami stroke akibat obat pengencer darahnya tidak rutin diminum. Contoh lain, suatu obat C, yang dapat berfungsi sebagai antinyeri, juga merupakan obat untuk batuk kering. 

Bila tenaga kefarmasian menjelaskan bahwa obat C ini adalah obat batuk, sedangkan pasien tidak batuk, apa yang dipikirkan pasien? Dokter yang keliru atau tenaga kefarmasian yang salah memberikan obat?

Menanyakan Three Prime Questions itu "menunjukkan" atau "menurunkan" profesionalitas tenaga kefarmasian?

Mengapa saya bilang ada kesan "menurunkan" keprofesian tenaga kefarmasian? Karena saya pernah mengalami bahwa saya ditanya balik begini oleh pasien:

1.    Apakah tidak ditulis di resep?

2.    Kamu yang "jaga apotek", masa gak tahu?

Tanpa mengurangi rasa hormat, tentu saya menjawab, "Bukan, Pak/Bu, hanya ingin memastikan informasi yang sudah Bapak/Ibu dapat dari dokter, agar tidak bertumpang tindih dengan informasi yang akan kami berikan."

Tidak peduli sakit apapun, tidak ada hal yang perlu dirasa malu untuk menebus obat yang memang diresepkan sesuai dengan hasil diagnosis dokter (atau dokter gigi sesuai dengan keluhan yang diderita, atau dokter hewan bila pasiennya adalah binatang). 

Justru, yang harus dihindari adalah membeli obat melalui jalur yang tidak tepat dan menyalahgunakan obat. Jadi, dapatkanlah diagnosis dan penanganan/pengobatan yang tepat sejak dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun